Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kisah Kholidin, Peraih Emas ASEAN Para Games: Tangan Diamputasi Akibat Jatuh
16 Agustus 2022 17:49 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Nama Kholidin sontak viral usai sukses meraih masing-masing satu medali emas, perak, dan perunggu di ASEAN Para Games 2022. Di balik itu, ada musibah yang membuatnya nyaris berhenti sebagai atlet panahan .
ADVERTISEMENT
Kholidin lahir di Pekalongan, 17 Agustus 1977, dengan kondisi dua tangan normal. Bahkan, sampai sejak pertama kali menjajal panahan pada 2015, ia masih memakai dua tangan dan beberapa kali menjadi juara atau runner-up dalam sejumlah perlombaan.
Musibah yang membuatnya kehilangan satu tangan karena diamputasi terjadi pada 2017. Semua berawal ketika sosok yang juga berprofesi sebagai tukang bubur ini jatuh dari pohon.
"Jadi, saya sudah ikhtiar maksimal ke dokter, ke RSUD di Pekalongan, ditangani di malam itu memang enggak ada dokter ortopedi. Alhasil, saya hanya dibersihkan, terus dijahit lukanya, terus dikasih gips."
"Nah, besok paginya, saya dioperasi di Pemalang sama dokter ortopedi. Setelah dioperasi, dua hari diperbolehkan pulang, dikontrol, pas mau kontrol seminggu, ternyata infeksi dan harus diamputasi [tangan kanan]," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Musibah itu cukup memukulnya. Kholidin lantas memanjatkan doa kepada Tuhan. Menariknya, ia tidak serta-merta meminta agar bisa tetap menjadi atlet panahan. Ia awalnya berdoa dengan permintaan sederhana.
"Jadi, ya, saya hanya berdoa kepada Allah kalau memang itu jalan saya yang terakhir, saya minta kepada Allah tolong matikanlah saya dalam kondisi husnul khatimah. Tapi, kalau bisa disembuhkan, saya minta kepada Allah supaya hidup saya bisa bermanfaat bagi orang lain, itu saja tujuan saya," kisahnya.
Pemulihan operasi itu tidaklah mudah. Memang, yang diamputasi satu tangan, tetapi efeknya sempat membuat Kholidin tidak bisa duduk dan susah berjalan. Ia butuh sekitar 3 minggu untuk pulih.
Lantas, Kholidin kembali teringat kepada panahan usai pulih. Ia mencoba untuk memanah dengan tangan kiri dan gigi. Sempat menderita susah makan karena luka di bagian mulut, ia tak menyerah untuk terus berlatih dan berdoa. Hingga akhirnya, ia mampu berprestasi.
ADVERTISEMENT
Kegigihan Kholidin juga diakui oleh sang pelatih, Denny Decko. Pria kelahiran Jakarta, 27 Desember 1989, itu telah mendampinginya sejak 2018 dan angkat topi untuk kegigihannya selama ini.
"Orangnya sangat bersemangat untuk berlatih. Kadang walaupun jeda istirahat, dia tetap menambah latihan. Orangnya bertanggung jawab, dia menganggap berlatih panahan itu bukan lagi suatu latihan, tetapi juga merupakan sebuah kebutuhan," ujar Denny saat ditemui kumparan di tempat Kholidin biasa berlatih di Felfest Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.
"Saya sering sampaikan ke dia bahwa olahraga panahan ini harus bertahap, kontinyu latihannya, jangan lebih 48 jam otot itu tidak terlatih karena strength (kekuatan) akan menurun."
"Maka dari itu, dia menjaga waktu latihan, volume latihan, dia sangat bersemangat, tentunya setelah berdagang bubur di pagi hari baru mulai berlatih, kecuali dia memang TC di Solo kemarin [untuk ASEAN Para Games]. Dia memang full time pagi-sore di lapangan latihan waktu itu," tambah Denny.
ADVERTISEMENT