Kuliah Politik dan Sentilan untuk Presiden dari Steve Kerr

8 Juni 2018 8:26 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Steve Kerr memberi instruksi di lapangan. (Foto: Reuters/Kyle Terada)
zoom-in-whitePerbesar
Steve Kerr memberi instruksi di lapangan. (Foto: Reuters/Kyle Terada)
ADVERTISEMENT
Kuliah politik datangnya bisa dari siapa saja dan dilangsungkan di mana saja. Kalau tak percaya, simak apa yang dilakukan pelatih Golden State Warriors, Steve Kerr, sesaat setelah tim asuhannya menundukkan Cleveland Cavaliers pada gim ketiga final NBA, Kamis (7/6/2018) siang WIB, di Qucken Loans Arena, Cleveland.
ADVERTISEMENT
Saat ini, para pelaku olahraga di Amerika Serikat memang sedang terlibat dalam perseteruan sengit dengan presiden Donald Trump. Banyak di antara para atlet tersebut yang secara terang-terangan bakal menolak untuk datang ke Gedung Putih seandainya diundang untuk merayakan gelar juara.
Philadelphia Eagles, misalnya. Juara Super Bowl 2017 ini dikenal sebagai The Wokest Team in America atau tim olahraga dengan kesadaran sosial paling tinggi di Amerika. Soal aktivisme sosial, mereka jagonya. Empat pemain mereka, Malcolm Jenkins, Torrey Smith, Chris Long, dan Rodney McLeod pernah melakukan audiensi dengan pemerintah kota Philadelphia untuk membicarakan kekerasan polisi terhadap orang-orang Afro-Amerika.
Sejak sebelum Super Bowl, Februari lalu, Jenkins, Smith, dan Long sudah secara tegas menyatakan penolakan mereka untuk menghadiri undangan Gedung Putih jika menjadi juara. Sikap itu akhirnya menjadi sikap dari mayoritas pemain Eagles dan dari sekian banyak pemain serta staf, hanya ada selusin yang menghadiri undangan dari Trump.
ADVERTISEMENT
Minimnya jumlah kontingen Eagles yang bertandang ke Gedung Putih itu membuat Trump secara resmi membatalkan undangannya. Untuk mereka yang sudah telanjur datang, acara pun diubah menjadi acara berbau militerisme dengan tajuk 'Celebration of America'. Pada acara tersebut, para undangan diminta untuk menyanyikan lagu 'God Bless America'.
Apa yang dilakukan Trump itu mendapat semprotan keras dari Kerr. Terlebih, sang presiden sendiri rupanya tidak hafal lirik lagu 'God Bless America' tadi.
"Aku benar-benar terkejut dengan pembatalan undangan untuk Eagles. Ketika Anda membaca hal-hal baik yang telah mereka lakukan untuk masyarakat -- Malcolm Jenkins berbicara kepada para pemangku kebijakan dan berusaha sekuat tenaga mengatasi isu sosial --, yang ada justru aksi pamer patriotisme dengan menyanyi lagu militer, meskipun kita semua tidak hafal liriknya," kata Kerr.
ADVERTISEMENT
Pelatih yang lahir dan besar di Lebanon ini kemudian menjelaskan bahwa apa yang dilakukan Trump itu bukan contoh dari patriotisme. Menurut Kerr, patriotisme adalah bagaimana caranya melayani masyarakat, seperti yang dilakukan oleh para atlet Amerika selama ini.
Contoh dari pelayanan terhadap masyarakat ini ditunjukkan oleh anak asuh Kerr di Warriors, Kevin Durant. Pemain yang jadi bintang pada gim ketiga dengan raihan 43 poin itu memiliki sebuah program beasiswa di yayasannya yang diberi tajuk 'College Track Program'. Sampai sekarang, program Durant ini telah mengumpulkan uang senilai 10 juta dolar untuk membantu para siswa SMA dan mahasiswa yang membutuhkan.
Contoh lain datang dari Minnesota Lynx, juara WNBA yang juga tidak diundang oleh Trump ke Gedung Putih. Meski tidak bertandang ke Gedung Putih, para pemain Lynx tetap merayakan gelar juara dengan berangkat ke Washington DC. Di sana, mereka memilih untuk melakukan kegiatan sosial di sebuah sekolah di bagian tenggara DC.
ADVERTISEMENT
"Presiden kita mengubah semuanya jadi permainan politik dan rating. Itu adalah wujud banal dari nasionalisme. Patriotisme adalah bagaimana membantu sesama warga, seperti apa yang dilakukan Durant dan Lynx. Itu baru namanya patriotisme," tegas mantan point guard San Antonio Spurs ini.
"Apa yang mereka lakukan benar-benar luar biasa. Aku sangat bangga dengan orang-orang di negeri ini yang menyadari apa yang sebenarnya sedang terjadi. Alih-alih menjadikannya permainan politik, mereka memilih untuk berbuat baik karena itulah yang dibutuhkan saat ini," tutup Kerr.
Aksi Kevin Durant di final NBA. (Foto: Reuters/Ken Blaze)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Kevin Durant di final NBA. (Foto: Reuters/Ken Blaze)
Selain Eagles dan Lynx, juara NBA tahun ini, entah itu Warriors maupun Cavaliers, juga tidak akan datang ke Gedung Putih meskipun mereka diundang. Pernyataan sikap ini disampaikan oleh LeBron James jelang gim ketiga final NBA.
ADVERTISEMENT
"Aku tidak terkejut. Apa yang dilakukannya (Trump, red) itu sangat tipikal. Dan aku yakin bahwa siapa pun nanti yang memenangi seri ini, takkan ada yang sudi memenuhi undangan. Golden State maupun Cleveland tidak akan datang," kata James seperti dilansir Washington Post.
Sikap James itu diamini oleh Steph Curry dan Durant. Menurut Curry, apabila keputusan terletak di tangannya, Warriors tidak akan menghadiri undangan Gedung Putih. Sementara itu, Durant berkata, "Apa, sih, yang bisa kita harapkan dari Trump? Ketika ada seseorang yang berkata mereka tidak mau datang ke Gedung Putih, dia membatalkan undangan supaya dirinya tidak terlihat buruk. Kami paham, lah."
Warriors sendiri, yang merupakan juara NBA musim lalu, sudah memutuskan untuk tidak datang ke Gedung Putih sebelumnya. Saat ini, mereka tengah memimpin seri final dengan skor 3-0 dan hanya butuh satu kemenangan lagi untuk mengunci gelar juara.
ADVERTISEMENT