Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Medali Perak Diananda Adalah Sejarah Panahan Indonesia
28 Agustus 2018 14:15 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Diananda Choirunisa boleh saja kalah di babak final cabang olahraga panahan nomor recurve tunggal putri. Namun, di mata sang pelatih, Nurfitriyana Saiman, Diananda adalah pencetak sejarah.
ADVERTISEMENT
Diananda dikalahkan oleh atlet asal China, Zhang Xinyan, dalam laga final yang digelar di Lapangan Panahan Gelora Bung Karno, Selasa (28/8/2018). Atlet yang akrab disapa Anis itu kalah dari Zhang dengan total skor 3-7. Di dua set terakhir, Anis tumbang.
Walau menderita kekalahan, Nurfitriyana tetap mengapresiasi perjuangan Diananda yang sukses melaju sampai ke babak final. Dalam perjalanannya ke partai puncak, atlet berusia 21 tahun itu sukses mengalahkan lawan-lawan yang terbilang berat, seperti Chien-Ying Lei di babak semifinal (peraih medali perunggu Olimpiade Rio 2016), serta Hye Jin-chang di babak perempat final (peraih medali emas Olimpiade Rio 2016).
"Kebetulan, yang China ini (atlet) baru. Jadi, dia juga punya motivasi yang sama seperti Anis (Diananda). Kita kurang sedikit dari dia (Zhang Xinyan)," ujar Nurfitriyana selepas laga.
ADVERTISEMENT
Kekalahan di partai puncak tak menjadikan Diananda menutup perjalanannya di Asian Games 2018 sebagai inferior. Lewat lesakan anak-anak panahnya, ia berhasil mencatatkan sejarah karena menjadi pemanah putri Indonesia pertama yang tampil di partai puncak nomor recurve tunggal putri Asian Games. Hal ini menjadi pencapaian tersendiri, karena selama ini, panahan selalu menyumbang medali dari nomor beregu.
"Ini juga termasuk sejarah, ya. (Medali) perorangan bisa kita ambil (recurve tunggal putri), termasuk juga Riau Ega (recurve tunggal putra). Nanti, dari situ, kita koreksi ke depannya harus gimana, latihannya, atau yang lain. Kalau panahan memang cenderung individu. Jika individu siap, otomatis timnya terangkat," ujarnya.
Lebih lanjut, Nurfitriyana menjelaskan bahwa dia akan segera mempersiapkan anak-anak asuhnya untuk menghadapi beberapa ajang ke depan. Agar kemampuan Anis meningkat, Nurfitriyana berencana untuk mengikutsertakan Anis dalam beberapa event, terutama yang melibatkan lawan-lawan yang levelnya di atas Diananda.
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk SEA Games 2019 Manila nanti, pelatih yang juga mantan atlet panah Indonesia ini cukup yakin bahwa tim panahan Indonesia dapat meraih prestasi mumpuni. Pada SEA Games 2017 saja, Indonesia mampu menyabet empat emas, satu perak, dan satu perunggu.
"Kalau untuk SEA Games, ya, berjalan saja. Kemarin saja kita bisa ambil empat, kenapa kita ga bisa lebih? Kemarin memang kita ambil empat, tapi yang beregunya belum kita ambil. Tapi, di Asia Tenggara memang banyak medali. Doakan supaya maju terus," ujarnya.