Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
"Tetapi manusia diciptakan bukan untuk ditaklukkan." Kata-kata itu diucapkan oleh Santiago, karakter rekaan Ernest Hemingway, dalam karya masyhurnya, The Old Man and the Sea -Lelaki Tua dan Laut.
ADVERTISEMENT
Kata-kata tadi pula seharusnya menjadi retrospeksi yang padat tentang apa artinya melawan ketidakmungkinan. Termasuk seperti apa yang terjadi pada Magic Johnson.
Basket mengantarkan Earvin "Magic" Johnson Jr. kepada ketinggian yang teramat sangat. Sebagai atlet, pada usianya yang ke 32 tahun, ia sudah lima kali merasakan jadi juara NBA bersama timnya, LA Lakers. Di tahun itu pula ia sedang menanti-menantikan kelahiran anak pertama. Karier melejit, keluarga bahagia. Semua yang dibutuhkan manusia untuk menjadi lengkap ada padanya.
Namun semua berubah karena satu hal: hasil tes kesehatan menyambut musim 1991-1992 menunjukkan bahwa ia positif HIV.
Yang paling menakutkan dari HIV adalah stigma. Bahwa hidup mereka yang positif HIV akan segera tamat. Semua yang dibangun runtuh dalam seketika. Tak bisa melanjutkan hidup. Bahwa mereka yang terjangkit HIV adalah orang-orang yang tak menjaga hidupnya dengan benar.
ADVERTISEMENT
Hal-hal macam tadilah yang membuat orang yang mengidap HIV tak bisa berdamai dengan diri sendiri. Membuat orang yang tak mengidap HIV bersikap naif, merasa bahwa ia tak akan mungkin terinfeksi HIV.
Magic Johnson pun merasakan bagaimana payahnya untuk bisa berdamai dengan kondisinya. Ia meminta dua kali tes ulang, tak percaya kalau orang sepertinya bisa terinfeksi HIV. Namun sama seperti tes pertama, dua tes terakhir pun menunjukkan bahwa ia positif HIV.
Hasil tes ketiga ia peroleh tanggal 5 November 1991. Di tanggal itu pula Magic Johnson mengumumkan kepada pers bahwa ia tak bisa ikut bertanding melawan LA Clippers karena masih belum pulih dari flu. Hanya pihak Lakers dan keluarga terdekat Johnson yang tahu tentang apa yang dialaminya saat itu. Sejak tes pertama, Johnson memutuskan untuk menyembunyikan apa pun yang didapatnya.
ADVERTISEMENT
Namun Johnson sampai di titik bahwa satu-satunya hal yang harus ia lakukan adalah melanjutkan hidup. Dan hidup tak akan mungkin bisa dilanjutkan bila ia tidak menerima kenyataan. Maka, di hari itu pula Johnson mengambil keputusan paling bernyali dalam hidupnya.
7 November 1991, Johnson dan Lakers menggelar konferensi pers. Kepada awak media, pihak manajemen Lakers hanya menjelaskan bahwa Johnson akan memberikan pengumuman resmi terkait penyakitnya.
Di satu sisi, sebelum konferensi pers digelar, Johnson menelepon teman-teman terdekatnya: Pat Riley, Larry Bird, Isiah Tomas, Michael Jordan. Johnson ingin orang-orang terdekatnya ini mengetahui keadaannya langsung darinya. Ia tak ingin mereka mendengar berita semacam ini dari media.
Johnson memasuki ruangan konferensi pers bersama manajemen Lakers. Ia naik ke podium, sejenak melempar pandangan ke sekeliling ruangan, mengatur tinggi pelantang suara dan mulai berbicara.
ADVERTISEMENT
“Karena saya memiliki HIV, saya harus pensiun dari Lakers. Saat ini juga.”
Seisi ruangan mati rasa. Segala sesuatu yang datang tiba-tiba memang selalu menyulitkan. Termasuk pengumuman Magic Johnson.
Johnson melanjutkan pengumumannya dengan tenang. Kepada media ia menjelaskan bahwa istrinya baik-baik saja, negatif HIV.
“Hidup saya akan terus berlanjut. Saya akan menjadi juru bicara tentang HIV. Saya ingin orang-orang tahu bahwa mereka dapat mempratikkan seks yang sehat sebagai tindakan prefentif. Karena kebanyakan dari kita bersikap naif, menganggap bahwa kita tak akan mungkin terinfeksi HIV. Saya akan tetap menjadi orang yang berbahagia.”
Melanjutkan hidup dengan kenyataan bahwa ada HIV dalam tubuhnya. Barangkali rasanya seperti mendengar orang yang membicarakan puisi saat peluru sedang mengintai di segala penjuru.
ADVERTISEMENT
Namun Magic Johnson tetaplah Magic Johnson. Magisnya tak mati dihajar HIV.
Maka yang menjadi pertanyaan, jika HIV menyerang sistem imun dalam tubuh manusia, mengapa Magic Johnson masih bisa bertahan untuk waktu yang lama?
Pada dasarnya Johnson menggunakan obat-obat khusus yang membantu orang-orang yang hidup dengan HIV dapat terus bertahan. Walaupun pada awalnya pengobatan ini masih tersedia di negara-negara maju macam Amerika Serikat, belakangan juga sudah didapati di Asia dan Afrika.
Menurut Spencer Lieb, koordinator senior penelitian epidemiologi dan HIV/AIDS untuk Konsorsium Florida, ada banyak orang yang mendapatkan pengobatan seperti Magic Johnson.
Saat seseorang terinfeksi HIV, sistem kekebalan orang tersebut secara otomatis akan membunuh virus tadi. Namun, tak semua virus mati. Dan seiring berjalannya waktu, sel-sel HIV tadi mereplikasi. Biasanya 10 tahun sejak infeksi awal, virus tadi akan membunuh sel kekebalan vital yang fungsinya mencegah tubuh dari infeksi. Dan pada saat kritis seperti inilah seseorang baru bisa dinyatakan sebagai pengidap AIDS.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia medis, terapi antiretroviral (ART) berarti mengobati infeksi HIV dengan beberapa obat. Karena HIV adalah retrovirus, obat ini biasa disebut sebagai obat antiretroviral (ARV). ARV tidak membunuh virus itu. Namun, ART dapat memperlambat pertumbuhan virus.
Pada dasarnya, ada lima jenis obat ARV yang diakui: nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRT), non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI), protease inhibitor (PI), Entry inhibitor (EI) dan integrase inhibitor (INI). Kelima jenis obat ini biasanya bekerja dengan cara yang berbeda.
Obat ARV umumnya dipakai dalam gabungan dengan tiga atau lebih ARV dari lebih dari satu golongan. Hal ini disebut sebagai terapi kombinasi, atau ART. ART bekerja jauh lebih baik daripada hanya satu ARV sendiri. Cara penggunaan obat ini mencegah munculnya resistansi.
ADVERTISEMENT
Menurut lansiran Live Science, Johnson dikabarkan saat ini mengonsumsi dua jenis ARV. Yang pertama, reverse transcriptase inhibitor, untuk menghambat perubahan kode genetik HIV dari bentuk RNA menjadi DNA protease inhibitor. Dan kedua, protease inhibitor, untuk menghambat pematangan virus baru.
Dua puluh enam tahun sejak pengumuman pentingnya itu, dunia mengenalnya sebagai pebisnis yang juga mendedikasikan hidupnya untuk mengedukasikan HIV, khususnya kepada orang-orang muda. Ia membuktikan bahwa HIV tak bisa menghentikannya untuk menjadi berkat. Ia pun dikenal sebagai orang yang gemar memberikan suntikan dana untuk membantu bisnis orang-orang di wilayah suburban, wilayah yang selama ini tak tersentuh oleh pemilik modal lainnya.
Baginya, dengan atau tanpa HIV, hidup harus terus berjalan. Dan perjalanan inilah yang pada akhirnya menjadi penanda bahwa Magic Jonshon memang belum tamat. Ia tak takluk di tangan HIV.
ADVERTISEMENT