Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Perjalanan Naomi Osaka dan Petra Kvitova hingga sampai ke laga puncak Australia Terbuka 2019 memastikan bahwa gelar juara jauh lebih rumit ketimbang kisah dongeng. Pertarungan yang berlangsung selama 2 jam 27 menit di Rod Laver Arena Melbourne Park itu ditutup dengan keberhasilan Osaka mengangkat trofi Australia Terbuka untuk kali pertama. Pertandingan yang digelar pada Sabtu (26/1/2019) itu tuntas dengan kemenangan 7-6 (7-2), 5-7, 6-4 Osaka atas Kvitova.
ADVERTISEMENT
Osaka datang ke Melbourne Park dengan memberikan pembuktian bahwa gelar juara Amerika Serikat (AS) Terbuka 2018 yang diraihnya itu bukan aji mumpung. Ia juga bukan bocah 21 tahun yang cuma mampu mewarnai arena Grand Slam dengan tingkah polos dan lelucon-leluconnya. Lewat kemenangan demi kemenangan Osaka membuktikan bahwa ia layak bertanding sebagai petenis papan atas.
Kvitova juga tidak sampai ke final Australia Terbuka 2019 dengan situasi menyenangkan. Setelah menjadi juara Wimbledon 2014, pendakian Kvitova sering berujung kesia-siaan. Ia terpuruk di satu pertandingan ke pertandingan lainnya. Itu belum ditambah dengan insiden perampokan pada Desember 2016 yang bukannya tidak mungkin membuatnya tidak bisa bermain tenis lain. Maka serupa Osaka yang ingin membuktikan bahwa tenisnya belum habis, melangkah Kvitova ke arena perburuan gelar Grand Slam.
ADVERTISEMENT
Asa dari dua petenis itulah yang tergambar jelas dari set pertama pertandingan ini. Keunggulan 1-0 Osaka berhasil disamakan menjadi 1-1 oleh Kvitova. Dan yang mengesankan situasi ini berlanjut hingga gim ke-10, sampai kedudukan 5-5. Bila melihat hitung-hitungan winner kedua petenis, tak ada perbedaan berarti antara Osaka dan Kvitova. Di set pertama, Osaka mampu menorehkan 14 winner, sementara Kvitova membukukan 16 winner. Yang menjadi pembeda justru pada torehan ace.
Osaka memang terkenal dengan servisnya yang mematikan. Mengusung keunggulan itu, tak heran bila si petarung Jepang mampu menciptkan lima ace. Sementara, Kvitova cuma mampu membuat dua ace. Faktor pembeda kedua ada pada kerapian permainan. Dibandingkan Osaka, Kvitova lebih sering kehilangan poin akibat 16 unforced error yang dibuatnya. Walaupun permainan Osaka tidak kalis dari kesalahan, manuver-manuvernya cenderung lebih aman karena ia hanya mencatat sembilan unforced error.
ADVERTISEMENT
Setelah kedudukan 5-5 itu, Osaka berhasil membawa laga pada keunggulan 6-5. Ketatnya situasi di gim ke-12 terlihat dari selisih poin yang begitu minim di sepanjang gim. Setelah Kvitova mengamankan keunggulan 15-0, Osaka mengejar dan sanggup menyamakan kedudukan menjadi 30-30 bahkan sampai 40-40.
Karena kedudukan imbang ini, laga gim ke-12 harus berlanjut pada deuce. Sayangnya, saat mengembalikan serangan cepat Osaka dalam permainan reli panjang, Kvitova kembali membuat unforced error. Namun, Osaka juga melakukan kesalahan serupa sehingga situasi deuce harus kembali terulang.
Lantas, winner yang lahir dari lesakan forehand Kvitova menutup laga gim ke-12 dengan kemenangan sehingga kedudukan berubah menjadi sama kuat 6-6. Kalau sudah seperti ini, babak tie-break harus ditempuh. Kabar baik bagi pendukung Osaka, jagoannya itu sanggup menjaga jarak keunggulan, dari 1-0 hingga 6-2. Penutupnya, forced error yang dibuat Kvitova akibat gempuran serangan memastikan bahwa set pertama tuntas dengan kemenangan untuk Osaka.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya Kvitova membuka set kedua dengan meyakinkan. Dua gim awal berakhir dengan keunggulan 2-0 untuknya. Namun, Osaka belum kehilangan akal dan daya untuk bangkit dan menyerang balik. Tertinggal 0-30, Osaka mendapat angka akibat pengembalian tak sempurna Kvitova. Lesakan winner Osaka yang mematikan memaksa kedudukan bergeser menjadi 30-30.
Kvitova merespons dengan backhand winner yang akurat yang mencium garis tepi sehingga sanggup mengubah kedudukan jadi 40-30. Namun, di hadapan keperkasaan lawan pun Osaka masih mampu melepaskan pukulan-pukulan keras yang merepotkan Kvitova.
Demi melepaskan diri dari tekanan lawan, Kvitova melakukan manuver-manuver berisiko. Salah satunya forehand melebar yang memaksa Osaka berlari ke sudut lapangan. Upaya Osaka itu berujung buntung karena aksi defensif backhandnya justru berujung forced error.
ADVERTISEMENT
Setelahnya, giliran forehand Osaka yang bekerja dengan piawai. Terkejut dengan serangan Osaka yang menyasar sudut lapangan, kegagalan Kvivota itu berbuah winner yang memberikan tambahan poin bagi Osaka. Lantas, pukulan backhand Kvitova yang hanya sanggup membuat bola kirimannya membentur net memastikan Osaka memperkecil ketertinggalan menjadi 1-2.
Kemenangan di gim ketiga itu ibarat momentum yang membalikkan keadaan. Dari tertinggal, Osaka bangkit dan menancapkan keunggulan 4-2 yang didapatnya berkat menutup gim keenam dengan pukulan yang tak mampu dikembalikan oleh backhand Kvitova. Walaupun Kvitova mampu merengkuh satu kemenangan gim lagi, Osaka tetap memimpin 5-3.
Namun, kekuatan mental Kvitova memastikan bahwa laga tak berakhir dengan kemenangan 6-3 di set kedua untuk Osaka. Memimpin 40-0, Osaka justru gigit jari karena kedudukan berubah imbang menjadi 40-40. Situasi itu tambah mengesalkan bagi Osaka karena forehand Kvitova berhasil dikonversi menjadi winner yang berarti set kedua mesti berlanjut ke gim 10. Pertandingan pamungkas ini pun bertambah gila karena Kvitova tak hanya mengejar 4-5, tapi sanggup menyamakan kedudukan menjadi 5-5 sebagai epilog gim ke-10.
ADVERTISEMENT
Apa yang terjadi di set kedua membuktikan bahwa momentum turning-table dapat terjadi kapan pun di atas lapangan tenis. Dari dominasi yang mendekatkannya dengan kemenangan, Osaka justru kesulitan karena kehilangan ritme permainan. Situasi inilah yang dimanfaatkan dengan piawai oleh Kvitova.
Kesalahan demi kesalahan Osaka berbuah poin dan dipermanis dengan permainan yang tak kelewat agresif, tapi efektif. Aksi defensif Kvitova berulang kali pula memancing Osaka melakukan manuver sembrono. Berkaca dari sini, tak mengherankan bila kemenangan di 11 melayang ke tangan si petarung Republik Ceko.
Standing ovation menghentak Rod Laver Arena. Kalau ditanya sebabnya, maka jawabannya adalah kemenangan 7-5 untuk Kvitova di set kedua. Pelatih Kvitova, Jiri Vanek, bahkan menyambut kemenangan anak asuhnya itu dengan berteriak garang di special box. Apa boleh bikin, pertarungan puncak benar-benar menunjukkan rupanya, set ketiga mau tak mau menjadi pertarungan puncak.
ADVERTISEMENT
Hampir semua orang paham bahwa agresivitas dan kecepatan pukulan Osaka menjadi senjata mematikan baginya untuk meraih kemenangan. Namun, senjata pamungkas yang menyerang balik juga bukan fragmen anyar yang lahir di jagat tenis.
Keadaan itu pulalah yang terlihat saat Kvitova memimpin 15-0 di gim pertama set ketiga. Bermaksud menyudahi tekanan Kvitova, Osaka yang mengambil posisi di area baseline menyerang balik dengan backhand berkecepatan tinggi. Sialnya, ketidakakuratan menjadi musuh di bawah selimut. Alih-alih mendapat angka, Kvitova justru memperlebar keunggulan jadi 30-0 karena pukulan tadi mengantarkan bola jatuh di luar bidang permainan.
Tak ada lagi mimik kekanak-kanakan yang acap menghiasi wajah Osaka. Tertinggal 0-1, dia menggempur Kvitova dengan tekanan dan berusaha melindungi permainannya dari kesalahan sendiri. Hasilnya tak mengecewakan, pukulan forehand yang mengincar area baseline Kvitova tak terjangkau sehingga menggiring skor pada kedudukan sama kuat 1-1.
ADVERTISEMENT
Situasi laga terlihat kembali berpihak pada Osaka sesaat setelah ia berhasil mengakhiri gim ketiga dengan kemenangan. Dalam keunggulan tipis 2-1, Osaka unggul 40-15 di gim keempat. Yang menjadi persoalan backhand Osaka memang acap memberikan poin cuma-cuma bagi lawan.
Tapi, kali ini situasinya berbeda. Jika biasanya backhand itu bertenaga kencang, di kedudukan ini pukulan Osaka seperti kurang power. Akibatnya, bola membentur net dan poin baru melayang ke tangan Kvitova. Hanya, Osaka juga mau membuktikan bahwa ia belum habis. Winner yang merupakan anak kandung dari pukulan forehand-nya itu menghukum Kvitova dan menghadiahinya dengan keunggulan 3-1.
Setelah menutup gim kelima dengan kemenangan, situasi menyebalkan datang kembali menghampiri Osaka. Apalagi kalau bukan kemenangan gim yang pada akhirnya menjadi penanda bahwa Kvitova juga belum tamat. Tertinggal 1-4, Kvitova bangkit dan mempersempit jarak menjadi 3-4.
ADVERTISEMENT
Hanya karena Osaka unggul 5-3, bukan berarti persoalan sudah selesai. Petenis Jepang itu tentu ingat benar bagaimana Kvitova membalikkan kedudukan di set kedua, persis di kedudukan ini. Dan benar saja. Setelah Osaka unggul 15-0, Kvitova jadi berbalik memimpin 40-15 bahkan menutup gim kedelapan dengan kemenangan. Muasal mengapa set ketiga bertambah panjang ke gim kesembilan adalah pukulan lob Osaka yang membuat bola terlempar dari luar bidang permainan Kvitova. Untuk sementara, Kvitova mengejar 4-5.
Tak mau kehilangan momentum, Osaka menggiring set kesembilan pada keunggulan 40-0 dengan cepat. Bila poin pertama didapatnya dengan ace, maka poin kedua didapatnya dengan forehand winner. Lantas, satu kesalahan pengembalian Kvitova membikin Osaka merengkuh poin ketiga yang artinya championship point.
ADVERTISEMENT
Yang mengherankan, dalam situasi di ujung tanduk seperti ini pun Kvitova masih sanggup menyambar poin akibat unforced error Osaka. Semacam fragmen yang membuktikan bahwa yang bertanding di atas lapangan Rod Laver Arena hari ini adalah dua petarung sejati. Hanya, sekuat apa pun keduanya bertarung, trofi Grand Slam tak bisa dibelah dua, ia harus jatuh kepada satu orang saja.
Permainan reli yang digagas oleh Kvitova saat kedudukan 40-15 di gim kesembilan berujung buntung. Lesatan forehand Osaka tak mampu dikembalikan secara sempurna oleh Kvitova. Maka, di hadapan penonton yang entah berapa ribu itu Osaka tersenyum, membungkukkan badan memberi hormat kepada mereka yang bersorak di tribune penonton. Osaka mengangkat trofi trofi Grand Slam keduanya, membuka musim dengan trofi Australia Terbuka pertamanya.
ADVERTISEMENT
Di tengah gemuruh sorak-sorai Rod Laver Arena, berjalanlah Osaka ke arah net, melepaskan pelukan dan beberapa tepukan di punggung Kvitova. Dari atas podium ia berterima kasih untuk perlawanan hebat Kvitova, mengganjar sang rival dengan tabik dan senyuman hangat. Mungkin itu menjadi penanda bahwa Osaka meninggalkan arena tanpa membawa lawan.