Perjalanan Penuh Liku Rafael Nadal Menuju Trofi Grand Slam ke-20

12 Oktober 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petenis Rafael Nadal merayakan kemenangan saat melawan Novak Djokovic pada pertandingan final French Open 2020 di Roland Garros, Paris, Prancis. Foto: Christian Hartmann/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Petenis Rafael Nadal merayakan kemenangan saat melawan Novak Djokovic pada pertandingan final French Open 2020 di Roland Garros, Paris, Prancis. Foto: Christian Hartmann/REUTERS
ADVERTISEMENT
Hanya ada satu kata untuk Rafael Nadal di Roland Garros: dominan.
ADVERTISEMENT
Ya, Nadal begitu mendominasi pertandingan hingga akhirnya mengalahkan Novak Djokovic dalam tiga set langsung, 6-0, 6-0, 7-5 di final Prancis Terbuka pada Minggu (11/10) malam WIB.
Dengan kemenangan tersebut, Nadal sudah mengantongi 20 gelar Grand Slam tunggal putra. Pencapaian tersebut membuat petenis asal Spanyol ini berhasil menyamai rivalnya yang lain, Roger Federer.
New York Times sebelumnya sempat mengatakan performa Nadal tahun ini merupakan yang terbaik sepanjang partisipasinya di ajang Prancis Terbuka. Tentu saja, ini merupakan sebuah pencapaian cukup besar, mengingat petenis kidal ini sebelumnya sudah punya 12 titel juara di lapangan tanah liat yang sama.
Meski begitu, tak ada yang ‘sial’ dengan titel nomor 13. Nadal tampil dominan dari gim pembuka, mematahkan servis tajam Djokovic berkali-kali di bawah atap tertutup Philippe Chatrier Court.
ADVERTISEMENT
Nadal memang sudah tak muda lagi, 34 tahun. Akan tetapi, kekuatannya dalam memukul groundstroke, mengejar dropshot dengan tenaga penuh, dan membaca pola permainan sang rival, masih belum tertandingi di arena tanah liat.
Kendati demikian, perjalanan Nadal ke titel Grand Slam ke-20-nya tak bisa dibilang mulus. Pandemi COVID-19 sempat membuat Nadal tak bisa tampil di ajang AS Terbuka pada akhir Agustus silam.
Petenis Rafael Nadal berusaha membalikkan bola saat melawan Novak Djokovic pada pertandingan final French Open 2020 di Roland Garros, Paris, Prancis. Foto: Gonzalo Fuentes/REUTERS
“Kalau sang juara (Nadal) tak protes, kenapa kami yang biasa-biasa saja protes?”tutur petenis wanita, Ons Jabeur, kepada New York Times.
Belum lagi, ajang Wimbledon tahun ini harus dibatalkan akibat pandemi. Oleh karena itu, Nadal mencoba untuk merendah dan melihat situasi dan kondisi dunia yang jelas tak kondusif untuk mengadakan turnamen tenis.
ADVERTISEMENT
“Kami berterima kasih pada ATP, Roland Garros, dan AS Terbuka serta orang-orang yang berusaha untuk penyelenggaraan turnamen tenis di dalam situasi sulit seperti ini. Saya tak lupa bagaimana sulitnya dunia saat ini, dan saya berharap situasinya cepat membaik,” tutur Nadal, dikutip dari situs resmi ATP.
Petenis Novak Djokovic dan Rafael Nadal pada pertandingan final French Open 2020 di Roland Garros, Paris, Prancis. Foto: Charles Platiau/REUTERS
Penyelenggaraan Prancis Terbuka tahun ini juga jadi tantangan bagi Nadal. Pasalnya, ajang ini biasanya diselenggarakan pada 24 Mei hingga 7 Juni, tetapi tahun ini digeser hingga 27 September hingga 11 Oktober.
Karena itu, kombinasi dari situasi lapangan yang tak kondusif dan tampil tanpa penonton, menjadikan kemenangan kali ini jadi spesial untuk Nadal. Terlebih, ia sama sekali tak pernah tertinggal satu set pun dalam turnamen kali ini.
ADVERTISEMENT
Selamat, Rafa!
Penulis: FM Aditomo