Russell Westbrook Akan Produksi Serial Dokumenter Pembantaian Black Wall Street

11 Juni 2020 6:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Russell Westbrook saat masih bermain untuk Oklahoma City Thunder. Foto: USA Today via Reuters/Mark D. Smith
zoom-in-whitePerbesar
Russell Westbrook saat masih bermain untuk Oklahoma City Thunder. Foto: USA Today via Reuters/Mark D. Smith
ADVERTISEMENT
Protes Black Lives Matter awalnya 'hanya' dilakukan untuk menuntut keadilan bagi orang kulit hitam yang jadi korban kebrutalan polisi seperti George Floyd dan Breonna Taylor. Akan tetapi, gerakan itu kemudian berkembang.
ADVERTISEMENT
Lewat protes Black Lives Matter, publik dipaksa untuk memutar memorinya lebih jauh lagi karena kejahatan kemanusiaan terhadap orang kulit hitam tidak cuma terjadi dalam setahun dua tahun terakhir, melainkan sudah ratusan tahun.
Perubuhan patung Edward Colston di Inggris, Raja Leopold II di Belgia, dan Christopher Colombus di Amerika Serikat menjadi bentuk pernyataan para demonstran. Mereka tak mau penjahat-penjahat kemanusiaan seperti ketiga tokoh itu terus diglorifikasi.
Bicara soal kejahatan kemanusiaan terhadap orang kulit hitam, ada sebuah tragedi terlupakan yang pernah terjadi di Tulsa, Oklahoma. Pada 31 Mei dan 1 Juni 1921, sebuah pembantaian terjadi di sebuah area yang disebut Black Wall Street.
Black Wall Street di Tulsa itu tidak seperti Wall Street yang ada di New York City, tentunya. Meski tidak ada perdagangan saham dan surat-surat berharga, Black Wall Street merupakan jantung perekonomian orang-orang kulit hitam pada era tersebut.
ADVERTISEMENT
Black Wall Street terletak di distrik Greenwood. Dulunya area itu terisi oleh berbagai jenis usaha yang dimiliki orang-orang kulit hitam seperti restoran, bar, sampai tempat cukur rambut. Mereka hidup makmur dan damai.
Sampai akhirnya sebuah insiden terjadi di lift Gedung Drexel pada 30 Mei 1921. Seorang remaja putri kulit putih bernama Sarah Page bertemu dengan remaja putra kulit hitam bernama Dick Rowland. Entah apa yang terjadi, Page berteriak minta tolong.
Orang-orang berpikir Rowland telah melakukan tindakan tak pantas terhadap Page. Rowland kemudian ditangkap dan langsung disidang. Persidangan inilah yang kemudian memicu Pembantaian Black Wall Street tadi.
Persidangan berlangsung penuh ketegangan. Orang-orang kulit hitam yang mengawal Rowland menenteng senjata untuk melindungi diri dari Ku Klux Klan yang ketika itu masih sangat aktif di Tulsa.
ADVERTISEMENT
Melihat orang-orang kulit hitam menenteng senjata, orang-orang kulit putih melakukan hal serupa. Saling tembak terjadi di depan gedung pengadilan, tetapi insiden ini berhenti ketika orang-orang kulit hitam mundur ke distrik Greenwood.
Tak dinyana, orang-orang kulit putih kemudian menyerbu Greenwood. Gedung-gedung dan rumah-rumah dibakar, orang-orang kulit hitam ditembaki. Menurut catatan resmi, korban tewas mencapai 36 jiwa, tetapi banyak yang percaya jumlah korban sesungguhnya sampai ratusan.
Tragedi ini jadi terlupakan karena banyak sekali korban yang tidak diketahui keberadaannya. Sejak 1998, pemerintah Kota Tulsa mulai mencari kebenaran akan tragedi ini. Dari temuan tim ahli, disimpulkan bahwa ada tiga area yang kemungkinan besar dijadikan kuburan massal.
Sampai sekarang upaya untuk mencari kebenaran akan Pembantaian Black Wall Street itu masih berlangsung. Wali Kota Tulsa, G. T. Bynum, pun sudah berjanji untuk terus melanjutkan proses investigasi.
ADVERTISEMENT
Besarnya hasrat untuk mencari kebenaran tersebut turut menggugah bintang basket Russell Westbrook yang sempat 11 tahun bermain untuk Oklahoma City Thunder.
Westbrook berkolaborasi dengan sutradara Stanley Nelson untuk memproduksi sebuah serial dokumenter mengenai pembantaian tersebut. Serial tersebut diberi judul 'Terror In Tulsa: The Rise And Fall of Black Wall Street'.
Nelson merupakan seorang sutradara yang pernah mendapatkan Emmy Awards untuk film dokumenternya tentang pembunuhan Emmett Till. Westbrook, sementara itu, akan bertindak sebagai produser eksekutif.
"Menghabiskan 11 tahun di Oklahoma telah membuka mataku terhadap sejarah negara bagian yang buruk. Ketika aku mengetahui soal kejadian menyedihkan yang terjadi di Tulsa hampir 100 tahun lalu, aku tahu bahwa ini adalah cerita yang ingin kusampaikan," tulis Westbrook di akun Twitter-nya.
ADVERTISEMENT
"Sangatlah menyedihkan melihat kejahatan di masa lalu masih terlihat pada masa sekarang. Sejarah Afro-Amerika yang terkubur dalam harus digali. Kita harus sampaikan kisah mereka supaya bisa bergerak menuju perubahan," sambung pria 31 tahun itu.
Berdasarkan info dari Variety, produksi 'Terror In Tulsa: The Rise And Fall of Black Wall Street' akan melibatkan Museum Sejarah Masyarakat Tulsa, Pusat Rekonsiliasi John Hope Franklin, Komite Seratus Tahun Pembantaian Ras Tulsa, dan Gereja Sejarah Vernon AME.
-----
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona. Yuk, bantu donasi atasi dampak corona!