Skill Bertahan Jadi PR Pevoli RI di Luar Negeri, Fahry Septian Ungkap Sebabnya

6 Januari 2024 17:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pevoli Indonesia, Fahry Septian, saat membela SKV Montana di Liga Voli Bulgaria pada Oktober 2023. Foto: BVF (National Volleyball League) Bulgaria
zoom-in-whitePerbesar
Pevoli Indonesia, Fahry Septian, saat membela SKV Montana di Liga Voli Bulgaria pada Oktober 2023. Foto: BVF (National Volleyball League) Bulgaria
ADVERTISEMENT
Fahry Septian menjelaskan rintangan dan kesulitan menjadi pevoli profesional di Benua Eropa, tepatnya Bulgaria. Ia berbicara soal sulitnya pevoli Indonesia saat melakukan defend atau mengeluarkan skill bertahan di atas lapangan.
ADVERTISEMENT
Fahry saat ini bergabung dengan tim Bulgaria, SKV Montana, sejak Oktober 2023. Pevoli asal Yogyakarta itu menuturkan bahwa postur tubuh orang Indonesia menjadi kesulitan saat tampil di Eropa, walau sebenarnya bukan cuma itu faktornya.
''Saya mau memanipulasi itu dengan timing [perhitungan waktu melompat]. Saya mau memaksimalkan apa yang kurang basic-nya, misalkan receive, defend, spike, lompatan, saya mau maksimalkan di sini selagi mumpung ada kesempatan di sini, saya mau belajar banyak di sini,'' lanjutnya.
Pevoli Indonesia, Fahry Septian, saat membela SKV Montana di Liga Voli Bulgaria pada Oktober 2023. Foto: BVF (National Volleyball League) Bulgaria
Bicara soal postur, Fahry yang bertinggi 187 cm tergolong 'kerdil' karena rata-rata pemain di Bulgaria memiliki tinggi 2 meter.
"Bahkan 187 cm sekelas libero. Saya di sini termasuk outside hitter mini. Ada sih outside hitter kayak saya dari Argentina, cuma tipikalnya sama kayak saya cara bermainnya, mungkin dari pihak tim juga melihat saya karena butuh permainan saya di tim, jadi begitulah, enggak ada masalah [besar] sama tinggi badan," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Fahry Septian juga menjelaskan bahwa di Indonesia tidak ada latihan khusus untuk meningkatkan skill bertahan. Jadi, ini masalahnya bukan karena kalah postur saja. Sebab Megawati Hangestri di Korea Selatan juga mengalami masalah serupa.
Eks penggawa Lavani itu menyorot intensitas permainan di Indonesia dengan Eropa atau negara lain. Kalau di Eropa sangat sering terjadi reli panjang, sedangkan di Indonesia tidak begitu banyak jika dibandingkan.
''Karena kami di Indonesia enggak ada secara mendetail untuk belajar defend. Di sini permainan enggak 'sekali mati', jadi harus siap dengan segala reli panjang, enggak harus menekan dengan poin karena tinggi bloknya itu jadi masalah,'' ucap pemain yang sudah 2 kali jadi penentu kemenangan di Bulgaria itu.
ADVERTISEMENT
''Di Indonesia enggak pernah bertemu blok setinggi tower, jadi mainnya pukul sekali mati, terbiasa dengan defend yang tak begitu ulet. Di Indonesia juga ada pemain dan tim yang defend-nya bagus, tetapi itu tak mendekati, kalau di sini untuk defend dan reli panjang sangat dibutuhkan,'' lanjut peraih emas SEA Games 2023 itu.
Pevoli Indonesia, Fahry Septian, saat membela SKV Montana di Liga Voli Bulgaria pada Oktober 2023. Foto: BVF (National Volleyball League) Bulgaria
Selain itu, Fahry Septian juga bercerita tentang betapa mendetailnya segala hal di voli Eropa, dalam hal ini Bulgaria. Untuk setiap hal kecil pun ada catatan atau statistiknya.
"Kalau di sini [Bulgaria], fitness saja diukur. Dari saya datang, diukur daya power-nya seberapa, jadi sudah ada alatnya waktu fitness pertama kali, nanti dilihat progress-nya bagaimana," ungkap pevoli 25 tahun tersebut.
"Kalau di Indonesia kan masih sistem lama. Jadi, beberapa hal enggak ada statistiknya, kalau di sini diperhatikan [semua], perbedaan setiap harinya," tambah Fahry.
ADVERTISEMENT
Adapun Fahry Septian akan membela SKV Montana sampai setidaknya April 2024. Perpanjangan kontrak tergantung pada berhasil atau tidaknya Montana masuk playoff 4 besar, yang berarti juga kans bersaing di turnamen se-Eropa. Selain itu, ia pun akan mempertimbangkan tawaran lain yang lebih baik jika ada.