Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Sloane Stephens Tidak Merebut, tapi Mencuri Kemenangan
8 Juni 2018 23:05 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Secara hitung-hitungan Grand Slam, Stephens memang unggul. Hanya unggul tipis, karena ia baru mengemas satu trofi. Namun, keunggulan tetap keunggulan, dan keberhasilan Stephens sebagai petenis non-unggulan terakhir yang mengangkat trofi di seri kompetisi Grand Slam menjadi modal yang cemerlang untuk memasuki laga final Prancis Terbuka .
Amerika Serikat Terbuka 2017 menjadi turnamen bersejarah bagi Stephens. Di awal turnamen, tak ada yang kelewat naif untuk menjagokan Stephens sebagai juara. Ia memang pernah menduduki peringkat 11 dunia setelah berhasil menembus semifinal Australia Terbuka dan Wimbledon 2013. Tapi di akhir Juli 2017, Stephens malah tercatat sebagai petenis peringkat 957 dunia. Cedera kaki yang memaksanya naik meja operasi menjadi permasalahan utama.
Namun, seri terakhir kompetisi perebutan Grand Slam menjadi titimangsa babak baru Stephens. Ia berhasil mengikuti jejak idolanya, Kim Clijsters, untuk menjadi petenis non-unggulan yang berhasil menjuarai AS Terbuka. Clijsters, petenis asal Belgia itu, melakukannya pada final 2009 dengan menjadikan Serena Williams sebagai korbannya.
ADVERTISEMENT
Prancis Terbuka merupakan kompetisi Grand Slam yang menggunakan lapangan tanah liat. Permainan di lapangan tenis berpermukaan tanah liat berbeda dengan di lapangan rumput yang dimiliki Wimbledon ataupun lapangan keras seperti Australia Terbuka dan Amerika Serikat Terbuka. Di lapangan tanah liat, bola biasanya bergerak lebih lambat, sehingga strategi lebih dikedepankan.
Perbedaan seperti ini membuat sejumlah petenis merasa kesulitan untuk bermain di Prancis Terbuka. Stephens pun menyadari betul perbedaan ini. Barangkali, ini juga yang menjadi alasan baginya untuk mengikuti sejumlah turnamen lapangan tanah liat sebagai pemanasan.
Sebelum menjejak di Roland Garros, Stephens melakoni tujuh pertandingan lapangan tanah liat di tahun ini. Ada tiga turnamen yang dia ikuti: Madrid Masters (16 besar), Rome Masters (16 besar), dan Nuremberg (32 besar).
ADVERTISEMENT
Berbicara tentang strategi, maka ada satu keunikan dalam pola permainan Stephens. Keunikan ini muncul dalam partai final Miami Terbuka 2018. Di laga final, ia berhadapan dengan petenis asal Latvia, Jelena Ostapenko.
Dalam kedudukan 5-1 (skor 30-0 di set kedua), Ostapenko mengembalikan bola servis yang dikirimkan Stephens dengan pukulan forehand menyilang. Dalam keadaan seperti ini, Stephens terlihat akan kehilangan bola. Namun, anggapan itu langsung berakhir ketika Stephens berlari ke sisi kanan dan mengembalikan bola dengan lesakan yang keluar dari pukulan forehand-nya.
Lesakan bola tadi lantas berhasil diterima Ostapenko. Sayangnya, ketidaksiapan meladeni perlawanan Stephens sedemikian rupa membikin kekuatan serangan Ostapenko tak ada apa-apanya sehingga bola tak sanggup melewati net. Situasi seperti ini menunjukkan, Stephens cenderung bermain dengan meredam serangan lawan ketimbang meledak-ledak sejak awal.
ADVERTISEMENT
Begitu pula dengan pertandingannya melawan Madison Keys di babak semifinal. Melihat catatan statistik, Stephens hanya melesakkan 9 winner di sepanjang laga. Sementara, Keys membukukan 25 winner.
Namun demikian, Stephens sanggup memenangi laga dalam dua set langsung 6-4, 6-4. Sebaliknya, permainan Stephens minim kesalahan. Masih menilik catatan yang sama, Stephens hanya membuat 11 unforced error, sedangkan Keys 41 unforced error.
Berbeda dengan petenis top yang sebisa mungkin merebut kemenangan dengan menyudutkan lawan, Stephens bermain lebih halus. Bukannya merebut, ia mencuri kemenangan. Ia bukannya tak menyerang sama sekali, tapi kekuatan serangannya hanya digunakan saat benar-benar dibutuhkan.
Stephens adalah petenis defensif yang ulung. Ia mampu mengejar bola hingga ke sudut dan melepaskan pukulan yang tinggi dan dalam (baik dengan forehand maupun backhand) sehingga memberinya banyak waktu untuk kembali posisinya.
ADVERTISEMENT
Di laga final nanti, kecepatan dan kekuatan kaki Halep menjadi hal yang paling disoroti banyak orang. Dua hal ini membuat petenis Rumania itu piawai dalam meladeni bola-bola sulit, bahkan hingga ke sudut lapangan. Selain itu, kecepatan ini juga menjadi modal yang baik baginya untuk mencari angle pukulan terbaik.
Menyoal footwork, Stephens juga tak kalah. Ketika Keys mencoba mencuri angka dengan mengembalikan bola dengan dropshot, Stephens yang masih ada di baseline berhasil bergerak ke arah net dan meladeni permainan lawannya itu.
Meladeni permainan powerful seperti Keys, Stephens beberapa kali mengirimkan topspin yang memaksa lawannya itu bergerak ke area belakang. Direpotkan dengan serangan yang seperti itu, pukulan groundstroke yang kurang maksimal menjadi satu-satunya pilihan bagi Keys. Akibatnya, beberapa kali pula pukulan itu tak berhasil melewati net, ataupun hanya mencapai wilayah yang begitu mudah dijangkau oleh Stephens.
ADVERTISEMENT
Dari segala keunggulan yang dimiliki Stephens, ketenangan menjadi satu hal yang paling disoroti. Ketenangan yang seperti ini agaknya didapat karena dia mengerti betul seperti apa kompetisi tenis itu sendiri.
Dalam wawancaranya, Stephens menegaskan bahwa tenis adalah olahraga individu. Tenis membiarkan seorang pemainnya bertarung sendirian di atas lapangan satu lawan satu. Dan saat seorang petenis melakoni laga nomor tunggal, maka keunggulan dan kesalahannya menjadi telanjang di atas lapangan.
Dengan pemahaman ini, Stephens melakoni turnamen demi turnamen dengan caranya sendiri. Untuk sementara, ia tak mau dipusingkan dengan urusan rekor. Yang menjadi fokusnya hanya mendapatkan kemenangan dengan cara yang efektif.
"Dalam setiap turnamen yang saya ikuti, saya tidak pernah berusaha untuk memecahkan rekor. Yang saya butuhkan di setiap turnamen yang saya ikuti adalah melakoni pertandingan dengan maksimal dan konsisten. Saya hanya mencoba untuk mencapai final, dan ternyata itulah yang terjadi," ucapnya.
ADVERTISEMENT
"Tenis adalah olahraga individual, jadi Anda harus benar-benar memastikan bahwa setiap pertandingan yang Anda lakoni menjadi jalan bagi Anda untuk meraih gelar juara," tutup Stephens.