Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Serial dokumenter Michael Jordan dan Chicago Bulls berjudul 'The Last Dance ' mendekati akhir. Delapan episode telah dirilis oleh ESPN dan Netflix sejak April 2020.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, tersisa dua episode pemungkas untuk melengkapi 10 bagian dari serial ini. Dua episode terakhir rencananya tayang pada Minggu (17/5/2020) pukul 21:00 waktu Amerika Serikat.
Salah satu kisah yang muncul di bagian akhir serial ini adalah pertandingan final NBA Wilayah Timur 1998 antara Bulls dan Indiana Pacers. Bulls tentu masih dengan tokoh utamanya, Jordan, sementara Pacers memunculkan Reggie Miller sebagai antagonis.
Miller menjelma sebagai antagonis yang 'menyebalkan' buat para penggemar Bulls dan Jordan. Miller membuat Pacers jago dan hampir saja menang. Bulls dipaksa bermain hingga tujuh gim sebelum lolos ke final NBA berkat keunggulan 4-3.
Final wilayah 1998 bukan satu-satunya fragmen persaingan Miller dengan Jordan. Mereka pertama kali bertemu pada 1987 ketika Miller masih rookie, sedangkan Jordan sudah memasuki tahun ketiga di NBA.
ADVERTISEMENT
Miller mencetak 10 poin, sementara Jordan membukukan 4 poin di dua kuarter awal laga tersebut. Namun, kedudukan berbalik selepas dari ruang ganti. Jordan mengamuk dengan mencetak 40 poin, sedangkan Miller cuma menambah 2 angka.
Miller bukan cuma melawan dengan kemampuan, tetapi juga memprovokasi Jordan dengan trash talking saat berhadapan. Tak heran jika Miller disemprot Jordan begitu laga usai.
"Pastikan bahwa Anda tidak akan pernah lagi berbicara seperti itu dengan 'Yesus' berkulit hitam (Jordan)," kata Miller saat mengenang ucapan Jordan dalam wawancaranya bersama Jimmy Kimmel.
Duel Miller dan Jordan kian memanas. Mereka terlibat keributan saat Bulls bertandang ke markas Pacers pada Februari 1993.
Miller berhasil memasukkan bola dengan lay-up dalam suatu momen serangan balik. Ketika mendarat, Miller terlihat menabrak dan sedikit mendorong Jordan.
ADVERTISEMENT
Jordan tak senang dengan gerakan lanjutan Miller. Sepersekian detik kemudian, Jordan memaki Miller sembari melayangkan pukulan ke wajahnya. Ribut-ribut itu berakhir setelah kedua pemain dipisahkan rekannya masing-masing.
Sebelum Miller, Isiah Thomas sudah menjadi nemesis dalam karier Michael Jordan.
Thomas dan ‘Bad Boys’ Detroit Pistons menjadi musuh bebuyutan Bulls di awal karier Jordan. Mereka selalu mampu menumbangkan Bulls di final Wilayah Timur 1989 dan 1990. Pada musim 1989/90 itu pula, Pistons-nya Thomas keluar sebagai kampiun NBA.
Hubungan tak harmonis dengan Thomas disinyalir membuat Jordan menolak Thomas bergabung dengan Timnas Basket Amerika Serikat untuk Olimpiade 1992. Dalam buku 'When the Game was Ours', Magic Johnson mengaku bahwa Jordan menolak keras Thomas menjadi bagian The Dream Team.
ADVERTISEMENT
Usut punya usut, Jordan dendam kepada Thomas yang tak memberi selamat dan menyalami para pemain Bulls setelah mereka mengalahkan Pistons di final wilayah 1991.
"Itulah satu-satunya waktu di mana saya tidak menjabat tangan. Tapi saat itu, ketika Anda kalah, Anda akan meninggalkan arena. Itu saja," kata Thomas saat ditanya perihal kejadian tersebut.
"Saya tahu itu semua omong kosong. Apa pun yang dikatakan Thomas sekarang, Anda tahu itu bukan alasan sebenarnya. Dia punya waktu untuk memikirkan sebab aksinya itu. Tidak mungkin kalian bisa meyakinkan saya bahwa dia bukan seorang bajingan," balas Jordan soal penjelasan Thomas.
Semua footage tentang persaingan antara Bulls-nya Jordan dan Pistons-nya Thomas tersaji di episode kedua, ketiga, dan keempat 'The Last Dance '. Bagian ini juga memperlihatkan Jordan yang fokus memperkuat tubuhnya karena ingin membalas dendam kepada Pistons.
ADVERTISEMENT
"Kalian bisa melihat kembali ketika kami kalah di gim ketujuh dari Pistons. Saya menjabat tangan semua orang, selama dua tahun beruntun kami menjabat tangan mereka ketika mengalahkan kami," tutur Jordan.
"Tak peduli betapa sakitnya dan percayalah, kekalahan saat itu sangat menyakitkan. Tapi, kami tetap menjabat tangan mereka," jelasnya.
Di lain sisi, hubungan tak akrab itu disebut mantan rekan Thomas di Pistons, John Salley, disebabkan karena Thomas melihat keponakannya yang berada di Chicago mengenakkan jersi Michael Jordan.
"Keponakan Thomas menggenakan jersi Bulls dengan nama Jordan. Dia bertanya kepada keponakannya kenapa begitu dan keponakannya berkata bahwa Bulls adalah timnya. Thomas lalu kesal dan selalu ingin mengalahkan Jordan setiap kali mereka bertanding," kenang Salley.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari perseteruan kedua sosok itu, publik harus mengakui bahwa serial 'The Last Dance' menunjukkan bahwa Thomas adalah satu-satunya lawan Jordan dan Bulls yang mampu memberi perlawanan sengit.
Sepanjang karier emasnya di Chicago Bulls, Jordan mampu mengalahkan pemain hebat, seperti Magic Johnson, Patrick Ewing, Clyde Drexler, Gary Payton, Charles Barkley, hingga Karl Malone.
Namun, Jordan tidak mampu mengalahkan Isiah Thomas. Situasi ini membuat Jordan geram sekaligus termotivasi untuk menjadi lebih hebat.
'The Last Dance ' hampir tiba di akhir. Kesepuluh episode serial ini tidak hanya berbicara tentang kejayaan Jordan dan Bulls. Di dalamnya juga terdapat kisah tentang mereka yang enggan tunduk di hadapan nama besar Jordan.
====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona . Yuk, bantu donasi atasi dampak corona!
ADVERTISEMENT