Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Wawancara Eksklusif Agrippina: Kisah Raja Tarkam hingga Klarifikasi Match Fixing
23 Maret 2024 22:05 WIB
·
waktu baca 18 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pada masanya, Agrippina pernah bermitra dengan Marcus Gideon hingga keduanya mencapai peringkat 25 dunia. Mereka tercatat mengantongi gelar juara Singapore International 2011 dan Iran Fajr International 2012.
Pria yang kini berusia 33 tahun itu juga pernah berpartner dengan Apriyani Rahayu. Titel Indonesia International Series 2016 di Surabaya menjadi raihan sejarah keduanya.
Agrippina memang datang dari keluarga bulu tangkis. Sang ayah, Sigit Pamungkas, adalah pelatih andal yang membantu Markis Kido/Hendra Setiawan meraih medali emas Olimpiade Beijing 2008.
Sayang, ada catatan miring tentang Agrippina, karena pernah tersandung kasus match fixing pada 2021. Meski kemudian, ia menepis tuduhan tersebut.
Sekarang walau sudah tidak lagi berada di level atas, Agrippina tetap selalu mencintai bulu tangkis. Bahkan, ia mengeklaim pendapatan dari tarkam bisa menjanjikan, lho.
ADVERTISEMENT
kumparan berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengannya. Ia bercerita tentang dunia tarkam bulu tangkis yang belum banyak diketahui orang hingga klarifikasi soal tuduhan match fixing. Silakan disimak berikut ini.
Dari keluarga bulu tangkis, bagaimana awal karier bulu tangkis Anda?
Saya kenal bulu tangkis sudah dari bayi, dari kecil, karena papa juga pemain bulu tangkis, mama juga pemain bulu tangkis, jadi memang dari keluarga, om, kakek, nenek, kakek dari papa, kakek dari nenek, itu pelatih bulu tangkis. Pas mama saya mengandung saya sekitar 4 atau 5 bulan gitu, mama masih ikut pertandingan.
Mama dulu bukan tarkam, tapi mewakili bank untuk kejuaraan bank, sebenarnya sama saja kalau sekarang tarkam, main panggilan-panggilan. Kalau zaman mama saya, memang dulu seperti itu. Jadi, pas mama saya mengandung saya 4 atau 5 bulan, itu saya di dalam perut sudah main bulu tangkis, dari oroklah istilahnya.
Coach Sigit bantu Kido/Hendra raih emas Olimpiade, Anda gimana latihan sama dia?
Dari kecil enggak terlalu into banget, ya. Saya pertama latihan sama kakek, terus sama om di Bogor, pertama kali latihan mukul-mukul sama kakek, terus di PB Pamungkas latihan sama om. Sudah mulai lumayan, pindah ke Jaya Raya, ada lagi pelatihnya.
ADVERTISEMENT
Kalau sama papa jarang. Kalau papa misalkan ada privat, mungkin baru saya ikut latihan. Papa enggak dengan sengaja narik, 'Gri, sini latihan'. Ya mungkin ada beberapa tapi enggak sesering itu.
Kenapa?
Wah, saya kurang tahu juga tuh. Kenapa ya? Dulu kayak jarang aja gitu. Jadi memang sejalannya aja. Mungkin zaman dulu ada kali ya gengsi-gengsian.
Pas saya masuk pelatnas, papa kan ada di situ, pas saya masuk pelatnas, enggak sampai setahun, papa malah keluar. Sempat dilatih berapa bulan, kan papa senior, saya masuk pratama-junior dilatih sama Bambang Suprianto. Papa latih [Mohammad] Ahsan, Bona [Septano], almarhum Kido.
Saya enggak bisa langsung ikut-ikutan masuk senior meski ada orang dalam. Saya sama junior dulu, pas sudah mau masuk senior papa keluar. Kenapa bokap gua ama gua ya?
ADVERTISEMENT
Berarti enggak mentang-mentang ada orang dalam terus gampang ya masuk pelatnas?
Ada omongan seperti itu, karena kan ada seleksi, terus ada omongan mungkin pas seleksi si Agri masuk karena orang dalam.
Mulai kapan rajin main tarkam?
Pas pergantian dari kepengurusan PBSI, lupa tahunnya, dulu sebelum tarkam ramai ada sirnas kategori dewasa. Ada sekitar 10 pertandingan. Belum ramai tarkam.
Saya keluar pelatnas masih ikut sirnas dewasa itu. Pas ganti pengurus PBSI, sirkuit dewasanya dihilangkan, lalu muncullah pertandingan tarkam. Jadi, bekas-bekas pemain ini pada beralih ke tarkam. Di situ awal mulai ramainya tarkam.
Perbedaan tarkam dan pro apa sih?
Pro sama tarkam enggak ada bedanya, sama-sama bulu tangkis, dengan rules yang sama, sama-sama ingin juara. Bedanya, kalau pemain pro jadwalnya sudah tahu selama setahun. Kalau pemain tarkam, kita kan cowok panggilan. Enggak ada plan. Latihan setiap hari karena persaingan tarkam itu lebih-lebih. Semua kalau pemain pro kan kerjaannya jadi juara.
ADVERTISEMENT
Kalau di tarkam, kita kalah, nanti kita enggak dipanggil lagi. Lebih pressure kalau main tarkam harus menang kalau masih mau eksis di tarkam. Kalau pro ada sponsor setahun, ada tujuannya.
Kalau di tarkam kita enggak ada tujuan, tujuannya sekali pertandingan harus bagus. Kalau atlet pro atau nasional ibaratnya ada kontrak yang mengikat, kalau kalah bisa main lagi. Kalau kita pemain tarkam dikontrak cuma pada saat event itu saja.
Anda fokus di tarkam atau ada usaha-usaha lain?
Saya sekarang selain main di tarkam jadi brand ambassador Flypower punya Hariyanto Arbi.
Setahun main berapa turnamen tarkam?
Setahun bisa, sebulan saja sempat 5-6, banyak juga. Karena kita kan bukan menawarkan diri, tapi emang nyari duitnya gini main tarkam, tergantung aura masyarakatnya.
ADVERTISEMENT
Dari segi pemasukan menjanjikankah?
Kalau kita berprestasi di tarkam, banyak panggilan, menurut saya, lumayan menjanjikan pada saat sekarang. Karena kami cuma dikontrak seminggu, kalau kita enggak pintar-pintar menyimpan pendapatan, ya, enggak menutup kemungkinan enggak menjanjikan juga.
Di sisi lain, harus menghibur juga enggak sih selain harus menang?
Mungkin untuk sekarang ini saya fokusnya ke exhibition match, untuk menghibur, untuk memperkenalkan bulu tangkis bukan cuma untuk menang atau kalah, tapi bisa dapat kesehatan, bisa lucu-lucu, bisa seru-seruan, tapi kalau ditanya pas lagi main tarkam [yang sifatnya turnamen] apa boleh menghibur atau enggak, sama sekali tidak boleh menghibur.
Karena yang kita cari tarkam hadiah juara dan tanggung jawab sama sponsor yang manggil, PT ini, PB ini, ngapain menghibur? Gua pengin ikut pertandingan, nama PT-nya naik, juara, terus orang lihat 'Siapa tuh yang juara? Oh si Agri yang juara, dari mana tuh? Sponsor apa?'.
ADVERTISEMENT
Jadi, pemain tarkam [turnamen] sama sekali tidak boleh menghibur. Karena kasihan nanti, kalau dipanggil untuk menghibur, ngapain ikut pertandingan? Nah, sekarang saya dipanggil untuk menghibur karena sudah lewat masa tarkamnya, sekarang saya main bukan untuk ikut pertandingan, tapi untuk menghibur pas jelang final.
Sekarang tergantung panggilan. Saya dari dulu mainnya memang senang gaya aja. Ada pemain bulu tangkis yang cuma smash, net, lob, terus 'mati'. Kalau saya, tipikal orang banyak gaya. Kalau bola tanggung atau hampir mati, ya, gaya aja.
Kadang dulu papa suka nasihatin, 'Gri lu kalau main harus mikirin poin, jangan mikirin gaya'. Zaman dulu pas lagi pro, pas lagi mengejar prestasi, saya masih mikirin gaya, bukan juara. Tapi itu emang jelek, jangan ditiru. Tapi untuk fun-fun di luar prestasi, bolehlah untuk fun dan enjoy. Jadi misal kita kalah nih, enggak apa-apa, masih menang gaya. Enggak kalah-kalah banget, masih menang gaya.
Apa perbedaan tekanan atlet pro dan tarkam?
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Jauh sekali berbedanya. Dulu pas saya main pro itu, sensasi mainnya enggak mikirin sekeliling, ada sedikit, tapi lebih ke 'Ah, gua pengin juara nih'. Itu atmosfer penonton paling cuma sorak, tepuk tangan.
Kalau di tarkam, yang saya alamin, saya pernah main di salah satu GOR terbuka, penonton pada teriak 'Woi anaknya Mbah Surip main!' pada nyanyi 'Tak Gendong, Ke mana-mana'. Pokoknya kalau main tarkam tuh, kekeluargaannya, historisnya, lebih-lebih dari pemain pro. Mungkin kalau pemain pro, cuma tepuk tangan, terus 'Booo, Ah, Eaaa'.
Tapi kalau tarkam, misalnya saya bela sponsor Tim A lawan Tim B, ada suporter Tim A dan Tim B. Nah, saya di bagian A, itu suporter Tim B bisa samping lapangan. Jadi mau main diteriakin 'Wei, wei! Masuk! Out!'. Itu lebih... dibilang pressure ya pasti, ada gangguan gitu, tapi gimana?
ADVERTISEMENT
Kalau dibanding pro lebih berat tarkam?
Pressure-nya beda. Kalau lagi di pro, pressure-nya kalau kita kalah mungkin didegradasi sama PBSI. Kalau enggak prestasi, kita dikeluarin nih.
Enggak mikirin penonton. Tapi kalau di tarkam ini, wah penontonnya, mungkin saking antusias dan semangatnya gitu, lebih gokil, lebih bermasyarakat banget kalau di tarkam.
Ada cerita lucu apa lagi selain Mbah Surip tadi?
Wah ceritanya kadang lagi main, kebanyakan tarkam yang seru itu kalau main di luar sih, outdoor, kadang kita lagi main, lagi reli 10 menit, 8 menit, tiba-tiba ada kucing lewat. Sudah capek-capek gua main, tiba-tiba kucing lari-larian, stop dulu ulang lagi.
Kadang-kadang ada angin, pas kita mau mukul, belok. Tapi lebih seru, saya lebih menikmati di tarkam.
ADVERTISEMENT
Pernah ada penonton rusuh, enggak?
Jadi ada salah satu, sama juga nih, lagi main, dia tengil-tengilan, terlalu semangat, teriak ke lawan, harusnya kan enggak boleh. Kalau mau teriak enggak boleh ke musuh tapi harus ke luar lapangan. Kalau di tarkam, ada tim A dan Tim B, lawan terlalu memprovokasi mungkin bukan arogan tapi semangatlah, musuhnya enggak terima, ada yang di-smash kena kepala benaran.
Terus tiba-tiba ada bola tanggung lagi, disikat lagi. Jadi, yang rusuh itu penonton, enggak terima. Jadi semua di GOR itu langsung turun ke lapangan. Buset. Enggak pernah sampai luka, kekerasan enggak pernah.
Saya lihat Anda juga diundang tarkam ke luar negeri, kok, bisa?
Saya pernah diundang ke Filipina, ke Jepang, ke Malaysia, ke Abu Dhabi, ke Kerala di India, ya sama saja, misalkan ada pertandingan, dia boleh bawa pemain ke luar. Kalau misalkan kita pemain pro, kita membela antarnegara.
ADVERTISEMENT
Kalau tarkam di luar negeri, satu perusahaan atau toko sport atau apa pun yang berbentuk sponsor mengadakan pertandingan dengan mengundang pemain dari luar. Contoh kemarin di Filipina, tuan rumahnya ngundang saya untuk bela klub dia.
Klub bulu tangkis mereka mengadakan turnamen bulu tangkis open. Saya diminta membela tim bulu tangkis mereka. Dari tim lain pun ada yang ngambil dari Malaysia, Thailand.
Sebenarnya tarkam itu enggak kampung-kampung amat. Saya bisa ke luar negeri, yang penting kita berprestasi, masih bisa jaga skill dan stamina, kayaknya peminatnya banyak sih bulu tangkis di dunia.
Gambaran tarkam di Jepang kayak gimana?
Waktu saya ke Jepang saya main liga. Ada Liga 1, Liga 2, Liga 3. Saya dipercaya membela tim Parceiro Nagano.
ADVERTISEMENT
Itu liga antarperusahaan kalau di Jepang. Yang saya tahu, di Jepang itu pelatnasnya, kalau di kita kan satu PBSI latihan, kalau di Jepang jadi antarperusahaan, setiap perusahaan punya atlet. Nanti kalau ada event besar, baru atlet ini masuk ke pelatnas PBSI-nya Jepang.
Katanya ada pemain Jepang yang penasaran banget mau lawan Anda?
Itu baru tahun-tahun ini. Jadi itu sebenarnya dari Flypower. Dia kontak tim Flypower, dia lihat saya di YouTube pengin ngelawan, ngeri juga nama gua sampai Jepang. Tapi, dia memang pencinta bulu tangkis banget. Dia terbang ke sini untuk melawan saya, wah, gila. Akhirnya menang, serulah, bulu tangkis seru.
Catatan: Pemain itu bernama Kensuke, seorang pemain bulu tangkis amatir di Jepang yang juga aktif sebagai YouTuber.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Anda membangun reputasi sampai dikenal di luar negeri?
Mungkin karena saya dulu pernah peringkat 24 dunia bersama Gideon waktu di pelatnas. Sama mungkin dari media sosial.
Yang saya ngerti, yang saya pahami, kalau main, saya lebih banyak atraksi atau lebih banyak gaya. Saya menyuguhkan gaya yang berbeda. Mungkin kalau yang lain cuma smash, net, kalau saya kan ada gaya-gayanya, mungkin itu yang bisa bikin nama saya dikenal.
Anda sekarang di tarkam juga masih main ganda putra?
Kalau misalkan tarkam, single dan double bisa dibilang 1 banding 10, banyakan ganda putra. Di luar tarkam, saya enggak ada pasangan, sendiri, jadi di awal-awal itu tergantung dari sponsor. Biasanya mereka yang ngajuin, ada juga kita ngegendong pemain dari lokal sana. Bisa-bisa saja.
ADVERTISEMENT
Dulu-dulu saya ada partner karena main di sirkuit nasional kan. Dulu saya di klub Berkat Abadi ada partner Lucky Apri Nugroho. Nah itu mulai-mulai pas 10 pertandingan, ada 5 atau 4 yang juara. Setelah pertandingan sirnas dewasa enggak ada, mereka cari pemain dari mana, gara-gara sering juara, sponsor cari pemain untuk mewakili mereka dari sirnas itu juga.
Ceritakan dong gimana Marcus Gideon di mata Anda?
Marcus Gideon waktu lagi sama saya, dia tuh disiplin, gila latihan, gila bulu tangkis, kemauannya besar banget, rasa enggak mau kalahnya besar banget, wajarlah dia sampai peringkat 1 dunia [bareng Kevin Sanjaya]. Sinyo memang tekad, kemauan, ingin menangnya gede banget.
Contohnya?
Saya dulu susah tidur, kadang jam 2, jam 3 masih bangun, saya lagi susah tidur jam 1, jam 2-an, tiba-tiba kamar saya diketok, siapa nih ngetok? Di asrama pelatnas, lagi main HP, tidur-tiduran, malam jam 2 ada yang ngetok.
ADVERTISEMENT
Sempat enggak mau buka tuh takut, tahu-tahu Sinyo, 'Gri, Gri'. Kenapa nih? Panik kan. Gua buka, 'Kenapa Nyo?'. Dia bilang, 'Gri gua gak bisa tidur, latihan yuk'.
Gua lihat nih jam 2, gua langsung ngomong, 'Ayo, Nyo, nanti ketemu di lapangan ya'. Ya namanya partner kan masa gua mematahkan semangat partner. Dalam hati sih, 'Nyo ini jam 2 gimana sih, besok kan latihan lagi'.
Tapi namanya partner ya gitu. Saking semangatnya, saking keinginannya besar sampai itu enggak terlupakan. Kita ke GOR, nyalain sendiri, buset gelap banget. Untung enggak kelihatan tuh yang latihan sendiri [hantu] di GOR. Jam 2 malam di pelatnas, sampai sejam aja yang penting keringatan.
Kalau sama Apriyani gimana?
Kalau Apriyani adalah junior saya di klub Jaya Raya. Kalau Apri, dari junior, memang kalau lagi latihan, di-smash sama cewek, dia bisa gini doang (sambil tutup mata), memang basic-nya kuat dia.
ADVERTISEMENT
Di-smash-nya bukan sama cewek, juniornya, ama cowok, baru bisa tembus, baru bisa mati. Kalau sama cewek, dia memang ada basic kuat, dia punya talenta di lapangan. Jadi, Apriyani yang saya tahu, pas jadi junior saya di Jaya Raya, dia latihannya gabung sama cowok. Memang se-Apriyanto itu, kuat banget.
Kalau etos kerja Apriyani gimana?
ADVERTISEMENT
Latihannya jarang enggak hadir. Jadi memang, rata-rata pemain yang 'jadi' itu latihannya fokus, konsisten, sama rasa ingin enggak mau kalahnya gede.
Gimana melihat Marcus dan Apriyani berjaya, sementara Anda tarkam?
Pasti penyesalan ada, cuma alhamdulillah, saya bodo amat, ikhlas, mungkin belum rezeki. Kalau nyesal mah, 'Coba dulu gua latihannya kayak Sinyo, coba kalau gua kayak Apriyani, mungkin gua bisa lebih dari ini'.
ADVERTISEMENT
Tapi mikir lagi, ah, kalau gua nyesal, kapan gua mau next majunya, ya sudahlah rezeki orang masing-masing. Ngapain kesal-kesal? Itu memang rezeki dia, latihannya lebih keras.
Waktu itu, hambatan Anda apa? Pernah didepak pelatnas?
Saya dulu mungkin masih ego, masih anak muda, jiwa muda berbahaya, terlalu tinggi. Di pelatnas itu kita latihan Senin-Selasa, pagi-sore. Rabu setengah hari, Jumat-Sabtu pagi-sore. Begitu saja rutinitasnya, sedangkan saya ini orangnya enggak bisa diam, enggak betah.
Mungkin kalau dulu fokus saya mau juara, [enggak lupa] istirahat-tidur, yang seharusnya dilakukan kayak Sinyo, dia memang tidurnya benar. Saya mungkin terlalu terlena, enggak ada yang megang saya. Jadi, terlalu kebebasan.
Kalau di dalam [pelatnas] kan dapat gaji lumayan, dapat uang gampang, kadang pergi, sering pergi, jadi fokusnya terbelah. Habis latihan, penginnya main dan nongkrong, enggak bisa seperti mereka. Fokus saya agak kurang.
ADVERTISEMENT
Anda dulu katanya pernah lompat pagar demi bolos latihan, apa benar?
Jadi kan kami di asrama jam 10 malam sudah enggak boleh ke mana-mana, ada satpam, enggak boleh keluar. Saking jiwa muda berbahaya saya ini banget, jadi jam 9 itu saya muterin pelatnas, pengin banget keluar, kayaknya itu bisa lewat tuh di atas.
Besok paginya ngeceklah, akhirnya dapat tuh jalan menuju Roma-nya. Akhirnya malam-malam lompat, dijemput teman, ya itu, saking pengin mainnya itu. Enggak ketahuan, sekali dua kali enggak, tapi keseringan ketahuan karena ada yang ngelaporin.
Selama menjadi pemain pelatnas, apa momen tak terlupakan?
Momen yang enggak terlupakan itu ketika sama Gideon, saya bisa rubber game hampir menang lawan Lee Yong-dae/Ju Jae-sung, waktu itu mereka lagi top number 1, sedangkan saya masih piyik, baru awal-awal.
ADVERTISEMENT
Nah itu momen enggak terlupakan. Saya bisa mengeluarkan kemampuan, hampir menang, mengeluarkan skill, yang pada saat itu saya masih kecil banget tapi mereka agak kewalahan sama saya. Itu yang bikin awal percaya diri, wah, kayaknya gua bisa nih. Kalau sama Apriyani, itu pertandingan internasional di Surabaya, juara, ya itu.
Pendapat soal penurunan prestasi bulu tangkis Indonesia tahun lalu?
Melihat perkembangan bulu tangkis Indonesia, saya lebih fokus di tarkam, kalau itu sudah ada yang menguruslah. Kalau yang bagian PBSI itu. Saya fokusnya ke bulu tangkis masyarakat untuk menghibur, mau ngasih tahu ke masyarakat bahwa itu olahraga yang fun, saya mau menyuguhkan main bulu tangkis bisa fun, enjoy, sama kayak main bola.
ADVERTISEMENT
Kalau main sepak bola bisa gocek-gocek, bulu tangkis pun bisa seru juga. Itulah fokus saya sekarang.
Saya masih belum bisa mengeluarkan kapasitas saya sebagai orang yang mengomentari itu, sudah ada bagian masing-masinglah. Kalau sudah bagian ke atas itu, sudahlah, ada bagian masing-masing.
Apa rencana jangka pendek dan panjang Agrippina di tarkam?
Saya kan cari rezeki di bulu tangkis, saya ingin membesarkan kolam bulu tangkisnya. Bukan saya membesarkan diri saya sendiri. Percuma nama saya besar tapi penghasilan di bulu tangkis kecil. Jadi, kenapa saya sekarang keliling mana pun mau-mau aja? Karena saya ingin memperkenalkan bulu tangkis itu fun, enjoy, gitulah.
Mau main tarkam sampai kapan main?
Kayaknya saya enggak akan pernah berhenti main bulu tangkis karena saya dibesarkan di keluarga bulu tangkis, saya merasa enjoy di bulu tangkis, sudah banget mendarah daging. Yang saya pengin, jangka panjangnya mau ngajak masyarakat suka bulu tangkis karena itu fun, enjoy, seru.
ADVERTISEMENT
Jangka panjangnya, saya pengin pemain yang tidak seberuntung mereka, yang sudah di top-top, pasti kan jadi atlet dari kecil sampai 25 tahun, itu semua hidupnya diserahkan untuk bulu tangkis. Setelah keluar dari bulu tangkis, ada teman saya yang 'Ah mau ngapain nih?'.
Keluar dari pelatnas nge-drop, 'Kayaknya gua sudah enggak bisa ngapa-ngapain'. Nah, saya pengin inilah, tarkam jadi besar, jadi mantan atlet yang kurang beruntung bisa tetap mencari nafkah di bulu tangkis lewat tarkam karena ada pasarnya sendiri, banyak juga kok.
Ada kemarin tarkam hadiahnya Rp 60 juta, jadi sekarang bulu tangkis sudah oke, semoga tarkam bulu tangkis terus membesar, jadi orang-orang seperti saya, mantan pemain, masih bisa bermain di level tarkam dan dapat penghasilan dari bulu tangkis.
ADVERTISEMENT
Sebulan kira-kira berapa penghasilan dari tarkam?
ADVERTISEMENT
Kalau saya enggak bisa ditentuin, sekitar 'segitulah', cukup buat hidup pokoknya. (Dua digitlah ya?) Ya, tergantung, kalau kita kan yang dijual aset badan kan nih, banyak yang bilang main tarkam gitu-gitu doang.
Nah, kita enggak bisa main tarkam tapi enggak jaga stamina kita, tetap aja, latihannya mungkin sama kayak di pelatnas. Kan kita pengin juara, sama-sama berkompetisi. Harusnya disiplin pelatnas masih dipakai.
Ada orang meninggal habis main bulu tangkis, tipsnya main aman gimana?
Tipsnya harus tahu kapasitas diri. Itu tipsnya dari diri sendiri. Yang saya alami, kenapa bisa seperti itu, dia terlalu bersemangat. Terlalu suka sama bulu tangkis, menikmati main bulu tangkis. Jadi sudah capek main satu gim, diajak lagi main dua gim. Sudah capek, diajak lagi mau terus. Itu enggak melihat kapasitas badannya, saking cintanya sama bulu tangkis.
ADVERTISEMENT
Tipsnya untuk yang agak berumur, memang pasti sih, saya kalau main juga lupa umur, tapi yang penting keringatan, ketawa-tawa, jangan terlalu diforsir karena bulu tangkis salah satu olahraga terberat karena semua digerakkin. Jadi, tipsnya jangan terlalu diforsir.
Anda dulu pernah dituding melakukan match fixing, sebenarnya apa yang terjadi?
Itu di Instagram sampai sekarang, saya masih dianggap menerima suap, tukang judi, gitu-gitu. Saya sih kalau dituduh seperti itu enggak mau ada pembelaan karena saya memang tidak begitu.
Itu saya diajak suruh ngalah sama satu orang ini, pas saya lagi di Malaysia, saya berpasangan sama yang di Malaysia, saya ditawarkan untuk kalah, 'Gri dapat segini'. Saya enggak mau, saya tolak, yang nawari tertangkap, terus dia diciduk BWF, dilihat HP-nya ada chat sama saya.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, dia ditangkap, saya dipanggil ke Malaysia, BWF datang ke Malaysia, saya datang, saya enggak pernah menghindar, lha orang enggak ngapa-ngapain. Tapi, dibilangnya saya ikut match fixing. Di beritanya. Tapi di BWF-nya, larangan saya kenapa saya dianggap match fixing itu karena tidak melaporkan.
Sebenarnya, awalnya di Malaysia, karena saya tidak melakukan, saya bisa lewat jalur kekeluargaan. Jadi, BWF memanggil saya lewat PBSI sebanyak beberapa kali tidak pernah digubris oleh PBSI, dan di panggilan itu saya berhak disiapkan lawyer oleh PBSI.
Nah mungkin waktu itu PBSI terlalu sibuk dengan hal lain, maka mereka enggak ngecek ada panggilan untuk saya. Jadi, saya kesannya dipanggil enggak ada kabar, akhirnya disanksi 6 tahun enggak bisa ikut pertandingan.
ADVERTISEMENT
Perasaan gua sudah kooperatif, HP gua kasih, enggak ada apa-apa, nolak doang. Tuduhannya keluar sanksi 6 tahun. Kaget saya. Saya baru tahu, kalau BWF manggil saya lewat PBSI, saya dipertemukan, itu bisa lewat kekeluargaan. Mereka ngiranya saya menutup-nutupi.
Enggak coba banding?
Nah itu banding sudah telat. Harusnya bandingnya itu dikabari dulu ke saya, baru kekeluargaan, setelah muncul di berita online BWF, sudah mau banding gimana, sudah muncul?
Panggilan pertama, kedua, ketiga enggak ada respons, keluar putusan. Kalau misalkan panggilan pertama, oke, panggilan kedua kita banding, kita bisa dengan musyawarah. Ini salahnya telat ngabari ke saya.
Kenapa Agrippina kuat enggak mau disuap?
(17:55-18:22): (Agrippina) Sebenarnya kalau udah terjun di bulu tangkis, saya tahu cari uangnya di bulu tangkis. Kalau saya mencoreng nama saya di bulu tangkis, saya bisa apa?
ADVERTISEMENT
Saya dari kecil sampai gede di bulu tangkis, Jadi kalau saya ngejelekin nama saya di bulu tangkis, saya mau apa lagi? Jadi, enggak usah aneh-anehlah.
Tapi modusnya terang-terangan gitu?
Iya, lewat pribadi, nge-chat, ini 'segini nih'. Ada orangnya.
Waktu itu tawarannya dolar?
Dolar.
Balik lagi soal tarkam, ada eks pelatnas lain yang main tarkam juga?
Ada, banyak juga. Hafiz Faisal, Berry Angriawan, Rian Agung, masih banyak eks pelatnas yang main di tarkam.
Kalau kita keluar dari pelatnas, selama 25 tahun, yang kita bisa cuma bulu tangkis. Paling kita mau apa lagi? Coba-coba bisnis juga, kayak sekolah kan. Ibaratnya sekolah S2-S3, kalau kita kan sudah 25 tahun, buset, sudah jadi dosen kali ya di bulu tangkis. Ya pasti kita nyarinya di bulu tangkis lagi.
ADVERTISEMENT
Anda enggak kepikiran jadi pelatih?
Sempat dulu nanya ke papa, cuma kata papa, selama masih bisa bermain, masih bisa gerak, masih muda, jangan jadi pelatih dulu. Kalau pelatih itu harus benar-benar matang. Kalau umur masih setengah-setengah, mungkin ego belum bisa nampung, pelatih itu harus jadi pilihan terakhir.
Saya sudah ditawari jadi pelatih, disuruh buka klub sendiri, cuma saya alhamdulillah masih bisa menghibur, jadi saya masih fokus menjaga badan dan ingin membikin bulu tangkis kian besar di Indonesia.
Kalau bikin GOR gitu enggak tertarik?
Sudah ada di Bogor, Ciapus. Agrippina Badminton Academy. Kalau mau latihan sama pelatih Olimpiade [Sigit Pamungkas], silakan di situ.
Saya bikin GOR 3 lapangan, papa yang, kita serahkan kepada suhunya. Kalau sharing okelah, tapi kalau ngelatih belum.
ADVERTISEMENT
Untuk usia berapa saja?
Papa ngelatih 10 pemain. Ada asrama juga di GOR saya. Paling kecil 5-6 tahun, yang berprestasi usia dewasa juga ada. Ditampung semua.