Dokter AS Telah Mewanti-Wanti Bahaya Skip Challenge

9 Maret 2017 22:17 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Aksi skip challenge di Amerika Serikat. (Foto: Gabriela Asare/Youtube)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi skip challenge di Amerika Serikat. (Foto: Gabriela Asare/Youtube)
Jauh sebelum para remaja Indonesia menggandrungi permainan skip challenge, Amerika Serikat (AS) telah dihebohkan oleh permainan serupa yang digandrungi para remaja mereka.
ADVERTISEMENT
Video-video rekaman permainan itu tengah viral di linimasa Indonesia. Dulu, video tersebut juga pernah viral di linimasa AS, seperti di media sosial Instagram dan Snapchat.
Di AS, permainan skip challenge disebut juga sebagai sebagai "pass-out challenge" atau "space monkey", atau yang lebih sederhana “the choking game”.
Selain dengan menekan dada, permainan pass-out challenge atau the choking game di AS juga dapat dilakukan dengan mencekik orang yang menjalani permainan.
Dokter di AS telah memperingatkan bahaya dari permainan tersebut.
Dilansir situ resmi Union Quay Medical Centre, Dr. Nick Flynn, seorang General Practitioner di Union Quay Medical Centre, pernah mewanti-wanti riskio akibat tantangan atau permainan itu, antara lain pingsan, hipoksia (kondisi ketika otak kehilangan oksigen), kejang-kejang, kerusakan otak, dan kematian.
ADVERTISEMENT
“Anak-anak menjerumuskan diri mereka sendiri ke kondisi yang tak terkontrol. Itu sangat berisiko,” kata Nick.
“Dalam permainan pass-out challenge, mereka tampak seperti mati lemas. mereka melakukan sesuatu yang dapat menghentikan gerakan otot dada mereka sehingga mengganggu daya kerja dada dan kamu tak dapat mengalirkan oksigen ke otak. Otak kemudian kekurangan oksigen dan akibatnya orang yang bersangkutan kehilangan kesadaran,” tutur Fynn.
Fynn juga menjelaskan, “Apa yang sebenarnya terjadi pada otak adalah kekuarangan oksigen persis ketika seseorang tenggelam, tercekik, atau terkena serangan jantung. Itu menyebabkan hipoksia otak atau level udara yang rendah di dalam otak, dan hal itu dapat menyebabkan kejang-kejang hingga kematian.”
Risiko kematian yang ditimbulkan permainan tersebut terjadi karena rendahnya asupan udara ke dalam otak. Fynn memaparkan, “Jika kondisi udara di dalam otak rendah selama lebih dari tiga menit, kamu dapat mengalami kerusakan otak. Jika kondisi udara di dalam otak rendah selama lebih dari lima menit, hal itu dapat mengakibatkan kematian.”
ADVERTISEMENT
Dr. Nick Flynn. (Foto: Instagram @MummyPages)
zoom-in-whitePerbesar
Dr. Nick Flynn. (Foto: Instagram @MummyPages)
Fynn menyatakan ada juga risiko akibat terjatuh dan melukai tubuh mereka sendiri setelah hilang kesadaran. Pada 2012 lalu, seorang remaja berusia 15 tahun di AS meninggal karena terjatuh membentur kaca ketika ia kehilangan kesadaran alias pingsan setelah memainkan permainan berbahaya ini.
Dalam beberapa situasi, imbuh Fynn, orang-orang jatuh ke bawah setelah hilang kesadaran sehingga menyebabkan jantung lebih sulit memompa udara dan dapat mengakibatkan level udara di dalam otak menjadi rendah.
Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Otoritas Kesehatan Oregon bekerja sama dengan Centers for Disease Control (CDC), ditemukan bahwa permainan pass-out challenge telah menyebabkan sekitar 82 kematian pada remaja berusia 6-19 tahun selama rentang waktu 1995 hingga 2007.
ADVERTISEMENT
Don Myers, Presiden Dewan Orang Tua Nasional di AS, mengatakan orang tua maupun sekolah perlu untuk menyadari bahaya permainan itu. “Mereka perlu berbicara kepada anak-anak remaja mereka dan menyoroti bahaya terkait permainan itu,” kata Myers.
“Permainan itu akan mengakibatkan tragedi dan tak ada jalan untuk kembali,” imbuh Myers. “Sama sekali tak berharga kehilangan hidupmu hanya gara-gara permainan itu,” pungkasnya.