Adu Argumen: Bumi Datar vs Bumi Bulat

25 Januari 2017 19:07 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
ADVERTISEMENT
Bumi Datar vs Bumi Bulat (Foto: Ridho Robby/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bumi Datar vs Bumi Bulat (Foto: Ridho Robby/kumparan)
Perdebatan soal bumi datar dan bumi bulat kembali mencuat. Sekelompok orang yang tergabung dalam Komunitas Bumi Datar (Flat Earth Society) mencoba menggugat teori mapan yang menyatakan bumi adalah bulat.
ADVERTISEMENT
Adu argumen antardua kubu yang memiliki keyakinan berbeda terhadap bentuk bumi dapat dirangkum secara sederhana sebagai berikut.
1. Foto Bumi
Kubu Bumi Datar mengatakan bahwa foto bumi bulat yang tersebar selama ini adalah hasil rekayasa Computer Generated Imaginary (CGI) alias buatan komputer. Sebab dari data satelit-satelit yang diluncurkan NASA, lokasi satelit-satelit di atmosfer tersebut tidak cukup jauh jaraknya dari bumi untuk bisa memotret bumi secara keseluruhan.
Analoginya adalah seperti ketika seseorang memotret bangunan rumah, tapi posisi orang itu hanya berjarak 1 meter di depan rumah. Apakah orang tersebut bisa mengambil foto rumah secara penuh? Tentu saja tidak.
Bumi (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Bumi (Foto: Wikimedia Commons)
Sementara Kubu Bumi Bulat menjelaskan bahwa foto-foto bumi yang berbentuk bulat memang merupakan hasil CGI yang dibuat NASA.
ADVERTISEMENT
Analoginya, orang yang tadi hendak memotret rumah tidak bisa mundur dan hanya bisa memotret dari jarak 1 meter. Bagaimana cara agar bisa memperoleh seluruh gambar rumah? Tentu saja dengan berkeliling mengambil banyak foto dan kemudian menggabungkannya.
Hal seperti itulah yang dilakukan NASA terhadap foto bumi melalui satelit-satelit yang beredar di atmostfer. Hasil CGI itu dianggap valid karena foto yang ditangkap oleh satelit memperlihatkan bahwa bentuk bumi memiliki lengkungan.
2. Satelit
Kubu Bumi Datar menyangsikan keberadaan satelit-satelit yang mengudara di atmosfer. Sebanyak 3.000 satelit yang menurut NASA mengorbit bumi di angkasa, tidak dipercayai keberadaannya oleh mereka.
Mereka mengatakan, gambar-gambar satelit di angkasa yang beredar selama ini juga merupakan hasil rekayasa CGI.
ADVERTISEMENT
Argumen mereka, jika ada ribuan teleskop di dunia ini yang mampu melihat dan memotret planet, bintang, dan benda langit lainnya, kenapa tidak ada satupun yang dapat melihat dan memotret satelit?
Satelit di luar angkasa (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Satelit di luar angkasa (Foto: Wikimedia Commons)
Sementara Kubu Bumi Bulat menerangkan penyebab tak ada teleskop di bumi yang bisa menangkap wujud satelit di langit ialah karena ukuran satelit yang amat kecil jika dibandingkan dengan planet, bintang, dan benda langit lainnya.
Dengan demikian, wajar jika planet, bintang, dan benda langit bisa teramati dengan lebih jelas oleh teleskop, karena ukurannya yang besar.
Kubu Bumi Bulat juga memberikan contoh rekaman video wujud satelit sangat kecil yang terekam oleh teleskop, andai Kubu Bumi Datar bisa percaya bahwa video tersebut benar-benar merekam tampakan satelit yang sesungguhnya.
ADVERTISEMENT
3. Antartika
Kubu Bumi Datar mengajukan fakta bahwa selama ini perjalanan mengelilingi dunia hanya dilakukan dari timur ke barat, dan sebaliknya. Tidak pernah ada yang bisa mengelilingi dunia dari utara ke selatan, khususnya melewati Antartika atau kutub selatan.
Mereka menyatakan, Antartika adalah tembok es yang mengelilingi bumi datar.
Ilustrasi bumi datar dengan kutub selatan di tepi. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bumi datar dengan kutub selatan di tepi. (Foto: Wikimedia Commons)
Penyataan tersebut dibantah oleh Kubu Bumi Bulat. Mereka mengatakan, sebenarnya sudah ada beberapa penerbangan yang melintasi kutub selatan. Hal itu misalnya dapat dilihat pada tulisan-tulisan yang menerangkan tentang polar route (rute perjalanan melintasi kutub).
Namun, penerbangan melintasi kutub selatan memang tidak bisa dilakukan setiap saat, tetapi tergantung faktor cuaca. Inilah kenapa maskapai-maskapai penerbangan tidak bisa menjadwalkan penerbangan melintasi Kutub Selatan secara reguler.
ADVERTISEMENT
Apalagi cuaca di kutub selatan bisa sangat ekstrem, dengan suhu mencapai -40°C yang dapat membekukan mesin jet sehingga membahayakan nyawa seluruh penumpang pesawat.
4. Siklus Gerhana
Siklus gerhana terjadi setiap 18 tahun 11 bulan dan 8 jam sekali. Siklus itu didapatkan dari Siklus Saros yang dibuat oleh kaum Babilonia Kuno ribuan tahun silam.
Kubu Bumi Datar mengatakan bahwa NASA tidak pernah bisa menghitung dengan tepat siklus gerhana berdasarkan teori bumi bulat dan teori heliosentris mereka, melainkan hanya mencomot angka dari Siklus Saros yang sudah ada sejak dulu kala.
Gerhana matahari total (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Gerhana matahari total (Foto: Wikimedia Commons)
Kubu Bumi Bulat membantah anggapan bahwa mereka tidak bisa menghitung tepat siklus gerhana.
Penganut bumi bulat lantas memerinci cara menghitung siklus gerhana melalui tiga unsur utama, yaitu bulan sinodis, bulan nodis atau bulan drakonis, dan bulan anomalistik.
ADVERTISEMENT
Bulan sinodis adalah kurun waktu peredaran bulan hingga kembali ke fase semula, yaitu 29,9 hari. Bulan nodis atau bulan drakonis adalah kurun waktu saat bulan kembali melampaui titik simpul, yaitu 27,2 hari. Adapun bulan anomalistik adalah kurun waktu akibat jarak antara bumi dan bulan yang berbeda-beda, yaitu 27,5 hari.
Dari ketiga kurun waktu tersebut, kemudian dicari nilai kelipatan persekutuan terkecil, yakni 18 tahun dan 11 1/3 hari.
5. Horizon
Kubu Bumi Datar mengatakan bahwa horizon bumi yang terlihat selama ini adalah berbentuk garis, bukan lengkungan. Sehingga bentuk bumi adalah datar, bukan bulat.
Hal itu misalnya terlihat kasat mata dari atas pesawat bahwa horizon bumi tetap terlihat setinggi mata, yang artinya bentuk bumi adalah rata atau datar.
ADVERTISEMENT
Mereka juga menunjukkan percobaan bahwa kapal yang menjauh ke lautan ternyata bisa terlihat seluruh bagiannya, bukan hanya bagian atasnya seperti yang selama ini didengungkan pemercaya bumi bulat.
Flat earthers membuktikannya dengan menggunakan kamera berkekuatan 83x optical zoom maupun teropong. Hasilnya: seluruh bagian kapal masih bisa terlihat, meski tampak kecil karena perspektif jarak yang jauh.
Horizon di laut (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Horizon di laut (Foto: Wikimedia Commons)
Kubu Bumi Bulat membantah argumen tersebut. Mereka mengatakan, penampakan horizon (garis pertemuan imajiner antara bumi dan langit) yang seolah setinggi mata itu justru menunjukkan bahwa bumi ini bulat.
Kalau bumi datar, maka dari atas pesawat seseorang bisa melihat tepi bumi yang datar tersebut dengan teleskop canggih.
Tetapi dari kejauhan, di lokasi manapun termasuk di lokasi yang dianggap dekat tepi bumi sekalipun, seseorang yang naik pesawat terbang tetap tidak bisa melihat hamparan tepi bumi.
ADVERTISEMENT
Jadi setelah melihat adu argumen dua kubu di atas, mana yang Anda percaya?
Ikuti terus di sini