Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Alasan Tiada Bonus untuk Peraih Medali Cabang eSports Asian Games 2018
3 September 2018 14:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Pesta olahraga Asian Games 2018 telah resmi berakhir pada Minggu (2/9). Indonesia berhasil menempati posisi keempat klasemen akhir Asian Games 2018 dengan raihan 31 medali emas, 24 perak, dan 43 perunggu.
ADVERTISEMENT
Ini merupakan pencapaian terbaik yang pernah diraih oleh Indonesia selama Asian Games digelar sebanyak 18 kali. Atas pencapaian prestasi itu, pemerintah memberikan bonus yang melimpah bagi atlet, pelatih hingga asisten pelatih peraih medali.
Bonus yang diberikan untuk peraih medali emas adalah sebesar Rp 1,5 miliar, perak Rp 500 juta, dan perunggu Rp 250 juta.
Namun, bonus tersebut tidak diterima atlet cabang olahraga eSports yang berhasil memenangkan medali emas dan perak di Asian Games 2018.
Tercatat selama Asian Games 2018, ada dua atlet eSports Indonesia yang sukses meraih medali, yakni Ridel Yesaya Sumarandak yang mendapatkan medali emas dari nomor game 'Clash Royale', serta Hendry 'Jothree' Handisurya yang memenangi medali perak dari nomor game 'Hearthstone'.
ADVERTISEMENT
Lalu kenapa kedua atlet tersebut tidak mendapatkan bonus seperti atlet-atlet lainnya yang sudah berjuang keras?
Ketua IESPA (Indonesia eSports Association), Eddy Lim, menjelaskan jika sejak awal memang tidak ada perjanjian yang menyatakan atlet eSports yang berprestasi di Asian Games akan mendapatkan bonus.
Alasanya, cabang olahraga eSports masih sebatas ekshibisi atau uji coba di Asian Games 2018. Karena masih sebatas ekshibisi, perolehan medali di cabang eSports juga tidak mempengaruhi klasemen utama turnamen ini.
"Bonus itu kan khusus untuk medali resmi kan, yang resmi masuk dalam perolehan medali untuk Indonesia. eSports itu masih dalam tahap uji coba jadi perolehan medali apa pun itu tidak akan mengubah posisi Indonesia di klasemen," jelas Eddy, kepada kumparan, Senin (3/9).
Dari pihak IESPA, menurut Eddy saat ini tidak membutuhkan bantuan materiil dalam bentuk apapun, melainkan apresiasi lebih atau perhatian terhadap eSports yang telah berprestasi di Asian Games 2018.
ADVERTISEMENT
"Seperti kemarin waktu Ridel dapat emas kan dari Twitter resmi Kemenpora dan Menteri (Pemuda dan Olahraga) Imam Nahrawi sempat nge-tweet bentuk apresiasi kepada Ridel yang sudah berjuang untuk mendapatkan emas. Itu sebenarnya sudah cukup saya rasa bahwa pemerintah sudah aware," ucapnya.
Dalam Asian Games 2018, cabang olahraga eSports digelar dengan mempertandingkan 6 kategori game, yakni 'Clash Royale', 'Arena of Valor (AOV)', 'League of Legends', 'StarCraft II', 'Hearthstone', dan 'Pro Evolution Soccer 2018'. Indonesia mengirimkan 17 atlet untuk bertanding di semua kategori game tersebut, yang dua di antaranya berhasil membawa pulang medali.
"Bentuk apresiasi itu tidak melulu dalam bentuk uang ya, bisa juga apresiasi dalam bentuk sertifikat atau dalam apa pun," ungkap Eddy.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, masa depan eSports di Asian Games edisi selanjutnya masih tanda tanya. Belum ada kepastian jika eSports bakal menjadi cabang olahraga resmi di Asian Games 2022 Hangzhou, China. OCA (Olympic Council of Asia) masih akan terus membahas tentang kemungkinan ini dengan IESF (International eSports Federation).