AVGI soal Adanya IESPA: Tidak Ada Dualisme di eSports Indonesia

16 Juli 2019 19:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana turnamen Mobile Legends Professional League (MPL). Foto: Moonton
zoom-in-whitePerbesar
Suasana turnamen Mobile Legends Professional League (MPL). Foto: Moonton
ADVERTISEMENT
Asosiasi Video Games Indonesia (AVGI) baru saja diresmikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada Rabu (16/7) di Hotel Redtop Jakarta. Sebenarnya, di Indonesia sudah ada asosiasi serupa yang berdiri sejak 2014, yaitu Indonesia eSports Association (IESPA).
ADVERTISEMENT
Lalu, apakah kehadiran dua asosiasi ini telah melahirkan dualisme di dunia eSports Indonesia?
Sekretaris Jenderal AVGI Angki Trijaka menegaskan, tidak ada dualisme dalam industri eSports Indonesia. Angki, yang juga pernah menjabat sebagai Wakil ketua IESPA selama lima tahun ini, membeberkan perbedaan antara kedua asosiasi tersebut.
"Ada beberapa hal yang membedakan AVGI dengan IESPA. AVGI itu mencakup semuanya yang terlibat dalam ekosistem dan industri eSports. Kalau IESPA itu hanya mengurusi eSports player," katanya saat memberikan keterangan pers di Jakarta, Selasa (16/7).
"Perlu di-qoute ya, kita totally different dengan IESPA. Namun, kalau pemerintah lebih percaya yang mana itu urusan para petinggi-petinggi, tapi so far itu domain yang membedakan kedua belah pihak itu di situ."
ADVERTISEMENT
Sekretaris Jenderal AVGI Angki Trijaka (ketiga dari kanan) bersama manajemen AVGI, Menkominfo Rudiantara, dan Menhub Budi Karya. Foto: Bianda Ludwianto/kumparan
Angki menambahkan, ada bagian yang belum diatur oleh IESPA yang sebenarnya sangat krusial di industri eSports. Misalnya, pengaturan turnamen, masalah perpindahan player dari tim, dan standarisasi untuk masuk menjadi atlet eSports Indonesia.
"Ada banyak ya, yang menurut teman-teman kita di sini ada perubahan di eSports, seperti jadwal turnamen yang tidak jelas bisa bentrok, terus perpindahan player yang tidak jelas, mereka pindah secara backdoor yang terkesan ilegal, kemudian standarisasi atlet eSports. Kemenpora (Kementerian Pemuda dan Olahraga) saja tidak memberikan standarisasinya apa saja. Kita perlu lah meredakan ego kita demi kepentingan bersama supaya industri ini maju," terangnya.
Angki juga tidak menutup kemungkinan kedua asosiasi bisa bersinergi bersama untuk membuat industri eSports di Indonesia maju dan terus tumbuh. "Kalau bersinergi kita tidak menutup kemungkinan untuk itu. Intinya kita ingin bersama-sama membangun industri ini," pungkasnya.
Pelantikan pengurus Asosiasi Olahraga Video Game Indonesia (AVGI). Foto: Bianda Ludwianto/kumparan
Saat ini, AVGI telah memiliki 19 wakil provinsi. Ketua Umum AVGI Rob Clinton Kardinal mengatakan, pihaknya akan menjaring perwakilan hingga 34 provinsi dan asosiasinya ini bisa didaftarkan ke KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia). Salah satu fokusnya juga adalah untuk membuat database terakreditasi untuk tim dan atlet eSports yang aktif di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Di lain pihak, berdasarkan keterangan Ketua IESPA Eddy Lim, saat ini asosiasi yang dipimpinnya itu sudah memiliki perwakilan di 15 kota yang tersebar di sejumlah pulau, seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali hingga Papua. IESPa bersama Kemenpora kini juga sibuk mengurusi pemilihan atlet eSports yang akan bertanding mewakili Indonesia di ajang SEA Games 2019 mendatang.