Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Masalah keamanan aplikasi pesan WhatsApp kini sedang menjadi perhatian. Dua orang penting di industri teknologi, Elon Musk yang merupakan CEO SpaceX dan Pavel Durov selaku CEO Telegram, kompak mengejek keamanan dari aplikasi pesan milik Facebook tersebut.
ADVERTISEMENT
Di bagian WhatsApp, pada gambar meme tersebut menunjukkan emoji tangan robot yang 'lemah'. Dalam posting-an yang di tweet pada kamis (6/2) itu Musk menuliskan "New emoji! Last one comes with free phone hack."
Kicauan Musk disambut oleh Pavel Durov yang sebelumnya menyebutkan WhatsApp berbahaya dan menyarankan orang-orang untuk menghapusnya. Durov diketahui me-retweet kicauan Elon Musk tentang meme emoji robot WhatsApp tersebut.
Dalam blog pribadinya, Durov mengkritik WhatsApp dan menjelaskan mengapa menurutnya menggunakan WhatsApp berbahaya. Memang pernyataan Durov bisa saja bias karena ia adalah bos Telegram yang merupakan aplikasi pesan saingan WhatsApp. Ia juga mengagungkan fitur Telegram yang dinilai lebih aman.
ADVERTISEMENT
“Ada yang bisa mengatakan bahwa, sebagai pendiri aplikasi saingan, saya mungkin bias ketika mengkritik WhatsApp. Tentu saja. saya menganggap Telegram dengan Secret Chats secara signifikan lebih aman daripada alat komunikasi lainnya," jelasnya.
Durov juga menyerukan ajakan untuk menghapus aplikasi WhatsApp dari smartphone. Ajakan itu dilatarbelakangi dengan berbagai masalah yang hadir di platform chatting itu, mulai dari celah sistem yang bisa memata-matai penggunanya hingga rentan diretas lewat kiriman video yang terjadi beberapa waktu lalu.
“WhatsApp tidak hanya gagal melindungi pesan WhatsApp kalian, aplikasi ini secara konsisten digunakan sebagai Trojan untuk memata-matai foto dan pesan yang bahkan tidak berasal dari aplikasi WhatsApp,” jelas Durov, melalui kanal resminya di Telegram, Durov’s Channel.
Durov mengatakan WhatsApp menggunakan kata-kata "end-to-end encryption" sebagai 'mantra sihir' yang bisa secara otomatis membuat semua komunikasi aman. Namun, teknologi ini bukan senjata pamungkas yang dapat menjamin privasi pengguna dengan sendirinya.
Sebelumnya, WhatsApp dihebohkan dengan kasus peretasan yang dialami CEO Amazon, Jeff Bezos. Berdasarkan laporan The Guardian, peretasan smartphone Bezos itu terjadi setelah ia menerima sebuah pesan enkripsi WhatsApp dari nomor yang teridentifikasi milik Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman. Kasus ini terjadi pada Mei 2018 lalu.
ADVERTISEMENT
Kemudian, yang terbaru WhatsApp melakukan pembaruan aplikasi versi desktop pada Januari 2020 lalu untuk menutup bug yang memungkinkan hacker mengakses dan mencuri data pribadi di komputer korban.
Celah keamanan ini diungkap pertama kali oleh perusahaan keamanan siber, PerimeterX, yang menunjukkan sejumlah pengguna terkena dampaknya. Korbannya adalah mereka yang menggunakan aplikasi WhatsApp di komputer Windows atau Mac yang tersambung dengan iPhone. Untungnya, kini WhatsApp telah memperbaiki masalah tersebut.