Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Terdengar konyol untuk meyakini bahwa bumi ini, planet tercinta kita yang digambarkan biru bulat mengapung di angkasa Galaksi Bima Sakti, adalah datar. Nonsens.
ADVERTISEMENT
Tetap saja, ini soal perspektif, dan orang hidup dengan perspektifnya masing-masing.
Jadi, tentu ada orang yang percaya bumi ini datar. Sedikit banyak seperti keteguhan akan agama yang dianut.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Indonesia (LAPAN) Thomas Djamaluddin bercerita, serbuan pertanyaan soal bumi datar mulai diterima lembaganya Desember 2016.
“Apa benar bumi datar?” kata mereka yang mendengar informasi dari flat earthers.
Thomas jadi cemas. Apalagi tak sedikit kaum terpelajar bergelar sarjana yang mengikuti komunitas bumi datar.
Lebih bahaya lagi, kata Thomas, jika keyakinan itu dipegang oleh seorang guru.
"Belakangan ini yang mengkhawatirkan, guru-guru nonsains memercayai bumi datar, dan menyampaikan pendapatnya di kelas kepada siswanya. Siswa merasa bingung dengan penjelasan tersebut. Hal ini memengaruhi proses belajar siswa," ujar Thomas kepada kumparan, Selasa (24/1).
ADVERTISEMENT
Para guru penganut bumi datar, menurut Thomas, menjadi ofensif dan dikhawatirkan memberikan pemahaman antisains kepada siswa yang berujung menyesatkan.
Antisains ialah kelompok penolak ilmu pengetahuan dan metode ilmiah. Mereka tidak menerima bahwa sains adalah metode objektif untuk melihat suatu peristiwa.
Padahal, peran guru seharusnya menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap sains, bahwa ilmu alam nantinya akan bermanfaat bagi umat.
Pakar pendidikan Roestiyah NK dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar, mengatakan tugas guru terbagi tiga, yakni mendidik, mengajar, dan melatih.
Tugas mendidik yang menekankan pada pembentukan jiwa, karakter, dan kepribadian anak, mengharuskan seorang guru membentuk kepribadian siswa yang kritis dan tak menerima secara bulat-bulat suatu informasi.
Sementara tugas mengajar menekankan pada pengembangan kemampuan penalaran, dan tugas melatih menekankan pada pengembangan kemampuan penerapan teknologi siswa.
ADVERTISEMENT
Yang bahaya, seorang guru yang percaya buta terhadap suatu hal berpotensi untuk membangkitkan sikap antisains dan antilembaga sains kepada para siswanya.
Padahal, sikap antisains membuat suatu bangsa mundur ke belakang.
Ilmuwan Albert Einstein, dalam satu ucapan satirenya berkata, “Only things are infinite: the universe and human stupidity, and I’m not sure about the former.”
Ikuti selengkapnya di sini