Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Belajar dari Insiden Singapore Airlines, Ini Tips Aman Menghadapi Turbulensi
25 Mei 2024 9:03 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Pesawat Singapore Airlines nomor penerbangan SQ321 yang terbang dari London menuju Singapura mengalami turbulensi ekstrem pada Senin (20/5). Akibat insiden tersebut, seorang penumpang asal Inggris meninggal dunia dan puluhan lainnya mengalami luka-luka.
ADVERTISEMENT
CEO Singapore Airlines, Goh Choon Phong, mengatakan pesawat tiba-tiba mengalami turbulensi hebat. Tak lama setelahnya, pilot mengumumkan keadaan darurat medis dan pengalihan rute segera ke Bangkok.
“Atas nama Singapore Airlines, saya ingin menyampaikan belasungkawa terdalam saya kepada keluarga dan orang-orang terkasih dari almarhum,” kata Goh dalam pesan video, seperti dikutip dari Reuters.
Menurut aplikasi pelacakan penerbangan , FlightRadar24, menunjukkan pesawat meluncur di ketinggian 37.000 kaki sebelum tiba-tiba dan tajam turun ke ketinggian 31.000 kaki selama sekitar tiga menit.
Lantas, apa yang harus kita lakukan agar terhindar dari petaka saat pesawat yang kita tumpangi mengalami turbulensi? Ini tips dari pakar penerbangan.
Untuk menghindari cedera akibat turbulensi, pakar penerbangan menyarankan agar penumpang memperhatikan aturan penerbangan yang selalu diingatkan oleh pramugari yaitu mengencangkan sabuk pengaman saat duduk.
ADVERTISEMENT
“Kecuali jika Anda terikat, jika pesawat jatuh, Anda akan naik ke atas,” Terry Tozer, seorang pilot yang sudah berpengalaman selama 20 tahun, mengatakan kepada Daily Mail.
“Jadi rahasianya adalah menjaga sabuk pengaman Anda tetap kencang,” lanjut Tozer.
Tak hanya itu, Tozer juga mengingatkan penumpang untuk tetap mengenakan sabuk pengaman walau lampu mengenakan sabuk pengaman sudah dimatikan. Sebab, ia selalu mengenakan sabuk pengaman saat berada di pesawat.
Kamu bisa melepas sabuk pengaman ketika ingin ke toilet atau keluar dari tempat duduk.
“Saya tidak pernah duduk di sana tanpa mengenakan sabuk pengaman. Saya tidak mengerti mengapa Anda melakukannya (melepas sabuk pengaman)," katanya.
Ia tak menampik bahwa hal ini sulit dilakukan pada penerbangan jarak jauh di mana penumpang harus beranjak dari kursi mereka dan melakukan peregangan. Meski begitu, Tozer mengingatkan ketika penumpang sudah kembali ke tempat duduk mereka, bahwa di situlah sabuk pengaman harus tetap dikenakan.
ADVERTISEMENT
Posisi Kursi Terbaik
Untuk meminimalisasi efek turbulensi, Tozer menyarankan penumpang untuk memilih tempat duduk dengan bijak. Menurutnya, posisi teraman untuk menghindari turbulensi adalah di tengah pesawat.
“Pesawat digantung pada sayapnya, jadi anggaplah bagian lainnya seperti batu loncatan,” jelasnya.
“Tempat di mana Anda paling sedikit merasakan turbulensi adalah di dekat sayap," imbuh dia.
Sedangkan untuk tempat duduk yang aman lainnya adalah, posisi kursi yang ada di dekat jendela. Ini tempat yang paling aman karena kecil kemungkinan penumpang akan tertimpa bagasi yang jatuh dari tempat sampah di atas saat pesawat mengalami turbulensi.
“Pertimbangkan tempat duduk dekat jendela untuk menghindari berada tepat di bawah kompartemen di atas kepala, yang dapat terbuka saat terjadi turbulensi ekstrem,” Nicky Kelvin, editor situs perjalanan Points Guy memperingatkan.
ADVERTISEMENT
Dia juga menyarankan untuk menjauhi dapur karena penuh dengan barang-barang yang bisa menjadi proyektil jika pesawat mengalami turbulensi.
Menariknya, kursi tengah di bagian belakang pesawat adalah tempat paling aman saat terjadi kecelakaan karena hanya memiliki tingkat kematian sebesar 28%, menurut analisis TIME terhadap data Federal Aviation Administration (FAA) selama 35 tahun. Kursi tersebut jauh lebih aman dibandingkan kursi lorong di tengah kabin, yang memiliki tingkat kematian sebesar 44%.
Tips Aman dari Pramugari
Selain mencari tempat berlindung yang aman, penumpang juga harus mengetahui apa yang harus dilakukan jika dan kapan turbulensi melanda. Pakar penerbangan menyarankan untuk bergerak mengikuti turbulensi dengan bergoyang-goyang di kursi, sebuah teknik mengejutkan yang digunakan oleh awak pesawat alias pramugari.
ADVERTISEMENT
Menurut pramugari bernama Taylor, ketika turbulensi kamu bisa melakukan teknik yang biasa dilakukan oleh pramugari.
“Ketika turbulensi melanda, pada dasarnya, anggap saja Anda seperti jeli atau tenggelam dalam jeli,” saran seorang pramugari bernama Taylor dalam video TikTok-nya.
“Bergoyanglah di tempat dudukmu seperti ubur-ubur kecil; kamu akan merasa jauh lebih baik," lanjut Taylor.
Tindakan pencegahan ini mungkin tampak berlawanan dengan intuisi, namun dengan bergerak mengikuti gerakan pesawat, penumpang dapat mengurangi dampaknya, seperti berguling-guling akibat pukulan.
Penumpang bahkan dapat memeriksa prakiraan turbulensi untuk rute mereka menggunakan Turbli.com, yang menunjukkan proyeksi guncangan di jalan melalui peta interaktif.
Untungnya, insiden seperti tragedi Singapore Airlines “sangat, sangat jarang terjadi,” menurut Tozer.
“Saya hanya pernah mengalami turbulensi yang membuat kami mengalami perubahan ketinggian beberapa ribu kaki dalam satu kesempatan selama karier saya selama 20 tahun atau lebih,” katanya.
ADVERTISEMENT
“Turbulensi yang disebabkan oleh aktivitas badai petir, mengangkatnya hingga 1.000 kaki, dan kemudian turun hingga 1.000 kaki. Dan itu tidak seburuk kejadian di Singapore Airlines," pungkas Tozer.