Berkenalan dengan Ama, Para 'Putri Duyung' dari Jepang

26 April 2020 7:35 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para penyelam perempuan di Jepang. Foto: ANTOINE BOUTHIER / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Para penyelam perempuan di Jepang. Foto: ANTOINE BOUTHIER / AFP
ADVERTISEMENT
Membicarakan Jepang seakan tidak pernah ada habisnya. Sebab, selalu ada hal menarik yang bisa kamu temukan dari Negeri Sakura.
ADVERTISEMENT
Selain destinasi wisatanya yang eksotis, Jepang juga punya beragam tradisi yang menarik ditelusuri. Kamu tentu sudah sering mendengar cerita tentang putri duyung, bukan?
Dalam film putri duyung digambarkan sebagai seorang wanita berparas cantik yang tinggal di lautan.
Bila putri duyung hanya merupakan tokoh fiksi di film, berbeda lagi dengan Jepang yang mempunyai putri duyung. 'Putri duyung' yang dimaksud di sini adalah manusia yang sering sekali menyelam.
Ia adalah Ama, para penyelam wanita asal Jepang. Ama berarti wanita laut atau dikenal sebagai para penyelam wanita yang menggantungkan hidupnya di laut sebagai penyelam.
Para Ama mengumpulkan rumput laut, kerang, kerang mutiara, dan hasil laut lainnya, untuk dijual di pasar.
Dilansir Amusing Planet, dalam sejarahnya, tradisi ini sudah dilakukan sejak 2.000 tahun yang lalu tepatnya pada periode Heinan (794 sampai 1185 Masehi).
ADVERTISEMENT
Seorang Ama ditugaskan untuk menyelam ke dasar laut, guna mencari makanan laut yang nantinya akan dipersembahkan ke kuil-kuil dan kaisar Jepang.
Para penyelam perempuan di Jepang Foto: Dok. Wikimedia Commons
Ama hanya mengenakan fundoshi (sejenis pakaian dalam) untuk mempermudah gerakannya saat di dalam air, dan menggunakan tenugi (bandana) untuk melindungi rambutnya.
Tidak mengenakan apa-apa selain celana dalam, wanita-wanita tak kenal takut ini terjun bebas hingga 12 meter ke laut Jepang yang dingin.
Memiliki kemampuan menyelam yang baik, seorang Ama bahkan bisa menahan napas sampai 2 menit di dalam air, lho.
Namun, kini para Ama mengenakan pakaian selam tradisional berwarna putih, lengkap dengan penutup mata dan hidung. Bahkan, ada pula yang mengenakan pakaian selam modern.
Saat menyelam, Ama juga membawa sukari atau jaring yang digunakan untuk membawa hasil tangkapannya. Selain itu, mereka juga mengikatkan tali di pinggang yang menghubungkan mereka ke perahu.
ADVERTISEMENT
Setelah selesai, mereka memberi tanda kepada rekan-rekannya di atas perahu untuk menarik mereka kembali ke atas permukaan.
Setiap harinya, Ama bekerja dalam beberapa shift, menghabiskan sekitar dua jam di dalam air. Ketika pergantian shift, mereka akan berjemur di tepi pantai.
Di zaman dahulu, para Ama bisa menghabiskan waktu 6-8 jam di dalam laut setiap harinya.
Karena menyelam tanpa menggunakan tabung oksigen dan harus mampu bertahan di dalam laut yang dingin. Para Ama pun memiliki fisik yang tangguh. Bahkan rata-rata para Ama masih sanggup menyelam meski telah berusia lanjut.
Hebatnya lagi, kebanyakan Ama sudah menjadi penyelam selama puluhan tahun karena mereka memulainya saat berusia muda. Tradisi ini pun diturunkan oleh ibu dan sanak keluarga. Saat berusia 14 tahun, mereka biasanya siap untuk menyelam.
ADVERTISEMENT
Kenapa Ama seluruhnya adalah seorang wanita, hal ini dikarenakan orang Jepang percaya, kalau wanita lebih cocok melakukan pekerjaan menyelam tersebut.
Hal tersebut dikarenakan mereka memiliki lapisan lemak yang lebih banyak, sehingga bisa menahan suhu hangat tubuh di air laut yang dingin.
Selain itu, di zaman dahulu tidak ada banyak pilihan pekerjaan untuk para wanita. Sehingga, menyelam dan mencari hasil laut untuk dijual, banyak diminati wanita di wilayah tepi pantai. Wilayah yang paling terkenal dengan tradisi ini adalah Toba City dan Mie.
Saat ini, para perempuan di Jepang sudah banyak yang memiliki lebih banyak pilihan pekerjaan dan jumlah Ama pun menurun. Di masa setelah Perang Dunia II, jumlah Ama yang semula mencapai 20.000 orang, kini jumlahnya hanya 2.000 orang pada 2017 lalu.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, ada juga perempuan muda yang ingin meneruskan tradisi ini dan terus menyelam dan menjadi seorang Ama hingga tua nanti.
Selain Jepang, tradisi para penyelam wanita juga bisa kamu temui di Korea, lho. Mereka disebut-sebut sebagai Haenyeo atau 'putri duyung' asal Korea Selatan.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!