Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Cerita Kenny Santana dari Travel Influencer Jadi Seller Online: Awalnya Iseng
5 Maret 2022 15:22 WIB
·
waktu baca 10 menitADVERTISEMENT
Menjadi seorang travel influencer atau travelpreneur adalah salah satu profesi yang diidam-idamkan banyak orang. Selain bisa menimati indahnya dunia, profesi ini juga menjanjikan cuan yang cukup lumayan.
ADVERTISEMENT
Namun tak selalu indah, ada kalanya badai menerpa seperti pandemi yang memberikan dampak yang cukup besar bagi mereka yang berkutat dengan dunia traveling . Para pekerja di profesi ini pun dituntut kreatif dan pandai mencari peluang.
Kepada kumparan, Kenny pun menceritakan bagaimana ia akhirnya bisa melihat peluang dan bangkit di saat sulit karena gempuran pandemi.
Apa dampak yang dirasakan dari pandemi yang sudah berlangsung hampir 2 tahun?
Kenny menceritakan bagaimana pandemi yang berlangsung selama hampir 2 tahun telah memberikan dampak yang cukup besar untuknya. Khususnya pada main job atau pekerjaan utamanya.
ADVERTISEMENT
"Sebelum pandemi itu pendapatanku dari endorsan di bidang travel sama aku juga punya travel planner gitu, aku bikin-bikin open trip lewat akunku sendiri namanya @kartupostrip. Jadi aku bikin-bikin trip, jalan sama followers-ku, nah jadi itu dua pemasukanku," ujar Kenny saat dihubungi kumparan beberapa waktu lalu.
Ia mengaku pandemi membuat usaha open trip-nya mati suri sementara waktu mengingat tingginya risiko saat itu. Terlebih lagi, sesuai dengan anjuran pemerintah untuk tetap di rumah dalam rangka pencegahan penyebaran virus corona, Kenny pun tak membuka kegiatan open trip-nya tersebut.
"Cuma gara-gara pandemi kan sudah enggak ada traveling, jadi apalagi awal-awal pandemic bahkan sampai sekarang aku belum buka @kartupostrip ini. Jadi intinya gara-gara pandemi aku enggak ada penghasilan dari open trip tersebut dari usaha travel planning-ku," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Ia pun mengatakan bahwa hal yang sama tentu dirasakan oleh teman-teman lainnya yang ada di dunia traveling.
"Apalagi banyak travel influencer lain yang main job-nya memang sebagai endorser sebagai influencer, pastinya job-job dari bidang travel sangat berkurang, itu sih efek dari pandemik buat travel influencer pasti sangat berpengaruh income kami sebagai travel influencer seperti itu," ungkapnya.
Dibilang dampaknya cukup parah, travel influencer masih jadi job yang cukup menjanjikan?
Kenny mengatakan bahwa pandemi merupakan sesuatu hal yang tentunya tidak pernah diperkirakan akan terjadi. Menurutnya, hal ini benar-benar berpengaruh ke segi kehidupan seseorang, termasuk pekerjaannya sebagai seorang travel influencer.
Meski begitu dirinya tetap optimistis bahwa industri ini akan kembali pulih seiring mulai dibukanya perbatasan di berbagai negara.
ADVERTISEMENT
"Sebenernya kita kan pada waktu pandemi datang, enggak bisa kita prediksi ada yang namanya pandemik seperti itu, tapi sekarang aku lihat pandemik sudah 2 tahun dan kayaknya dunia travel sudah mulai naik lagi mungkin dari setahun terakhir, setengah tahun terakhir itu yang traveling domestik sudah mulai banyak," ujarnya.
Ia pun berkeyakinan saat pandemi sudah menjadi endemi, industri ini akan pulih seiring berjalannya waktu. Sebab, kita akan hidup berdampingan dengan virus corona.
Meski begitu, ia mengatakan bahwa gaya bepergian atau traveling akan berganti ke yang lebih mengutamakan kesehatan.
"Menurut aku kita akan tetap traveling cuma mungkin sudah berbeda gayanya sudah lebih memperhatikan kesehatan, memperhatikan prokes, jadi kayak kita kena impact-nya pasti, tapi buat ke depannya kita merasa sebagai travel influencer tetap akan terus dibutuhkan. Kalau keadaan terus membaik dan terus kita bisa hidup dengan corona ini akhirnya seperti dulu lagi mungkin cuma cara-caranya yang berbeda seperti itu," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Awalnya iseng bikin Pasar Kartupos? Bagaimana awalnya bisa dari travel influencer akhirnya membuka bisnis sendiri?
Karena pandemi, Kenny akhirnya mau tak mau mencari ide untuk tetap bisa bertahan. Ia pun menjadi seller online dan membuat Pasar Kartupos yang menjual berbagai produk mulai dari makanan, pakaian, hingga merchandise.
"Ide awalnya aku bikin Pasar Kartupos sebenarnya tadinya pengin ngejual barang-barang yang sudah aku enggak perluin lagi tapi masih bagus buat orang-orang. Aku bikin akunnya sendiri itu Januari 2020," ungkapnya.
Hanya saja, setelah ia membuka Pasar Kartupos ia mengaku kebanjiran pesanan dan saat itu pula ia pun banting setir dengan membuka bisnis baru sebagai seller online.
"Jadi, dari (bulan) Januari awalnya cuma iseng saja dan hanya dari Instagram (jualannya) tapi ternyata kayaknya perubahan terbesar dari Pasar Kartupos ini akhirnya jadi main income," papar Kenny.
ADVERTISEMENT
Kenny pun mengaku kaget ternyata keisengannya itu akhirnya membawa berkah untuknya. Barang-barang yang ia jual pun ternyata diminati oleh orang lain dan juga para followersnya.
Dilihat dari akun Instagram-nya @pasarkartupos, Kenny menjual berbagai barang mulai dari makanan, t-shirt atau kaus, hingga merchandise. Ia mengatakan, bahwa barang-barang tersebut adalah barang yang disukai dan dikurasi sedemikian rupa sebelum akhirnya dijual kembali.
"Jadi aku gabungin beberapa makanan dari beberapa vendor aku kirimin aku jadiin hampers terus ya udah aku kirim terus aku coba bikin akun di marketplace sebagai seller. Terus kok ternyata responsnya bagus seperti itu, nah abis dari hampers tersebut aku bikin hampers yang lain hampers dari Bandung gitu jadi ada beberapa makanan dari bandung dari beberapa vendor yang berbeda," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dari situ, Kenny mengatakan Pasar Kartupos terus berkembang, dari yang hanya menjual hampers, kini ia juga menjual aneka macam barang-barang. Tentu barang yang dijual adalah yang sesuai dengan personal taste-nya.
"Pasar Kartupos ini (akhirnya) berkembang enggak dari makanan aja, aku bikin peta buat hiasan rumah, tumbler, t-shirt, intinya sih hal-hal yang aku sukain.
Kemudian setelah itu ia mencari vendor-vendor yang sesuai untuk mewujudkan barang yang ia hendak jual.
"Misalnya aku mau bikin t-shirt aku cari ilustratornya yang sesuai dengan ideku terus aku cari yang bisa nge-print t-shirt-nya, dan aku lihat dulu hasilnya mereka bikin sampel dan lain-lain. Terus juga dari sisi makanan sudah berkembang banget dari yang tadinya hampers sekarang bisa kolabs menu baru dengan brand-brand yang aku suka kayaknya kok mereka kirim atau aku cobain 'cake a' ternyata cakenya enak menurut aku sesuai dengan seleraku ya," paparnya.
ADVERTISEMENT
Barang yang dijual adalah yang disukai, ada kriteria khusus enggak yang dijual di Pasar Kartupos?
Kenny mengatakan bahwa seluruh barang yang ia jual adalah barang-barang yang ia sukai. Meski begitu, ia juga mengatakan bahwa ia tetap melihat potensi apakah barang yang ia jual laku di pasaran atau tidak.
Untuk itu, sebelum menjualnya, Kenny juga mengkurasi betul-betul barang tersebut. Selain itu, ia juga menggunakan sistem pre-order dalam mekanisme setiap barang yang dijual.
"Aku enggak ada kriteria sebenarnya lebih ke apa yang aku suka, itu kan personal taste ya sebenarnya. Untungnya selama ini banyak followers-ku yang taste-nya sama sama aku atau mungkin cocok taste-nya sama aku," ujarnya.
Selain itu, ia juga menimbang barang yang dijual agar tetap ramah di kantong dan sesuai dengan target pasar yang sudah ia tentukan.
ADVERTISEMENT
"Atau harganya menurut aku enggak masuk dengan pangsa pasarku misalnya kemahalan. Aku enggak mungkin jual nih buat pangsa pasarku," ungkapnya.
"Cuma kriteria utama sih emang lebih ke personal taste aku sih, lebih ok kalau misalnya akunya sendiri tuh ingin punya gitu, lho. Kalau makanan akunya suka memang sudah sesuai dengan lidahku, kalau misalnya barang, akunya juga pengin memiliiki gitu. Jadi kalau misalnya sudah kriterianya sudah enggak sesuai dengan personal taste aku tidak aku jual lewat Pasar Kartupos," imbuhnya.
Tipikal kustomernya seperti apa?
"Sebenernya sih sama ya kalau misalnya ngeliat dari pola follower-ku setipe sama aku, maksudnya yang suka makan yang suka traveling pastilah kalau misalnya mereka enggak suka makan, mereka enggak akan bela-belain mesen makanan aja ada yang ongkirnya lebih mahal dari pada harga makanannya," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Kenny mengatakan, ia menjualnya dengan harga yang masih masuk akal dan juga terjangkau. Misalnya saja cake yang ia jual itu dibanderol mulai dari Rp 60 ribu.
"Aku ngeliat kalau dari followers-ku spending power-nya tetep ada tapi kan aku ngejual-jual makanan kayak ngejual cake Rp 60 ribu menurut aku harganya kan masuk akal. Jadi, aku enggak bisa bilang mereka sangat kaya tapi tipe-tipe yang menikmati hidup kayak menikmati traveling pas lagi enggak ada traveling, pas aku nawarin barang-barang lain seperti t-shirt, seperti makanan mereka juga mau menikmati," ujarnya.
Melihat antusiasme yang begitu tinggi apakah akan fokus di bisnis ini atau setelah pandemi balik lagi jadi travel influencer?
Kenny mengatakan bahwa dirinya sangat senang bahwa barang yang ia jual mendapatkan antusiasme yang cukup tinggi.
ADVERTISEMENT
"Kalau soal antusias sih seneng banget pasti ya, siapa sih yang enggak mau bikin sesuatu terus disenangi banyak orang. Buat aku kayak pemasukan tuh itu satu hal yang pasti siapa sih yang enggak perlu uang apalagi di pandemi seperti ini ini di saat pemasukan lain berkurang," katanya.
Ia pun bercerita bahwa ada pembeli yang memang memesan apa yang dijualnya dengan menggunakan jasa jastip (jasa titipan) untuk dikirim ke kota lain.
"Misalnya ada salah satu follower-ku yang ngirim cake-nya ke temennya di Surabaya karena ada jastiper Surabaya. Atau yang ngirim ke temannya di Bali padahal dia sendiri tinggal di kota yang enggak memungkinkan untuk nyobain cake dari aku tapi maksudnya saking dia percaya sama taste-nya aku, kayak kebahagiaan tersendiri kalau taste aku dipercayai oleh mereka," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Kenny pun menjawab apakah ia akan fokus pada bisnis ini atau akan kembali sebagai seorang travel influencer ketika pandemi sudah terkendali atau usai.
"Nah kalau soal ke depannya sendiri aku sampai saat ini sangat menikmati ini dan malah kepikiran malah yang kayak travel influencer-nya aku akan jalanin terus sampai sudah enggak ada yang mau memakai aku sebagai travel influencer," ungkapnya.
"Tapi kalau misalnya ditanya ini mau jadi lama atau enggak aku penginnya jadi lama gitu. Aku penginnya jadi salah satu main income-ku dan salah satu kesenanganku dan salah satu pekerjaan utamaku ya Pasar Kartupos ini," lanjut Kenny.
Tantangan terbesarnya apa?
Sama seperti bisnis lainnya, Kenny mengatakan bahwa ada tantangan yang dihadapi ketika menjalani Pasar Kartupos ini. Menurutnya tantangan terbesarnya adalah menemukan sesuatu yang benar-benar baru agar follower atau pembelinya tidak bosan.
ADVERTISEMENT
"Tantangan terbesarnya lebih menemukan produk yang pas kali ya. Sistem aku kan kalau jualan gitu kan pre order-kan, mereka order sebelum dibuat, jadi aku sangat meminimalisasi risiko barang enggak laku. Tapi kan ada tetep kekecewaan aku bikin sesuatu tapi peminatnya enggak banyak seperti itu," cerita Kenny.
Selain itu, karena segala sesuatunya ia kerjakan tersendiri, ia harus mencari banyak ide atau kreativitas barang-barang yang akan ia jual dalam waktu yang akan datang.
"Tantangannya lebih ke menemukan kreativitas aja apa yang berikutnya kira-kira bakal disukai orang lain. Jadi, kalau aku kan lebih yang kayak minggu ini cake minggu depan kayak barang, minggu depan jual minuman dan seterusnya," ujarnya.
Tipsnya untuk memulai bisnis di masa pandemi?
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Di akhir wawancara, kumparan pun bertanya apa tips yang bisa diberikan khususnya untuk mereka yang ingin memulai bisnis di masa pandemi seperti ini. Kenny menjelaskan bahwa, kuncinya adalah dengan mencintai apa yang ingin kamu jual.
"Kalau menurut aku sendiri tipsnya yang paling penting adalah menjual apa yang kalian suka. Kalau misalnya apa pun aku jual itu biasanya aku coba dulu, aku taste dulu, aku tau ini tipe yang pengin aku pake. Tipe yang pengin aku makan tapi tetap belajar kira-kira ini ada yang butuhin enggak ya. Kira-kira ada yang perlu enggak ya seperti itu," ungkapnya.
Selain itu, ia juga menambahkan bahwa di masa pandemi ini digitalisasi terakselerasi begitu cepat. Untuk itu, kamu dapat memanfaatkan kemudahan teknologi untuk menunjang bisnis yang ingin dibuat.
ADVERTISEMENT
"Terus buat aku yang paling penting di masa pandemik seperti ini memanfaatkan digitalisasi, buat aku itu. Maksudnya di zaman sekarang itu dengan semua kemudahan yang diberikan oleh dunia digital hampir semua orang itu kayak sebenarnya punya kesempatan yang sama gitu. Mungkin enggak sama 100 persen tapi (setiap orang) punya kesempatan yang mirip satu sama lainnnya untuk bikin bisnis," pungkasnya.