Efektifkah Work From Bali untuk Pemulihan Pariwisata? Ini Kata Asosiasi Travel

29 Juni 2021 18:25 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keindahan Pura Ulun Danu, Bali  Foto: Shutter stock
zoom-in-whitePerbesar
Keindahan Pura Ulun Danu, Bali Foto: Shutter stock
ADVERTISEMENT
Pemerintah akan melaksanakan program Work From Bali (WFB) mulai bulan Juli 2021 mendatang. Program bekerja dari Bali ini diharapkan dapat membantu pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi di Bali yang terimbas dari COVID-19.
ADVERTISEMENT
Lantas, efektifkah progam ini untuk industri pariwisata?
Ketua Umum Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani, mengatakan program WFB cukup berpengaruh pertumbuhan pariwisata khususnya industri perhotelan. Program ini memiliki potensi yang besar, selama masyarakat berani untuk melakukan perjalanan.
Ilustrasi junior milenial backpacking ke Bali Foto: Shutter Stock
"Berpengaruh (pertumbuhan pariwisata) tapi dengan kondisi terakhir ini kelihatannya berat tapi tetap kita coba," kata Hariyadi, seperti dikutip dari Antara, Selasa (29/6).
Hariyadi menilai bahwa pelaku WFB akan lebih banyak datang dari Jakarta. Namun, mengingat lonjakan kasus COVID-19 yang terus meningkat, kemungkinan program ini akan terkendala.
"Kalau saya melihatnya WFB itu masih punya potensi selama masyarakatnya berani ke sana. Orangnya juga pada takut, Balinya juga diperketat. Kondisinya untuk pariwisata ketidakpastiannya itu masih tinggi," ujar Hariyadi.
ADVERTISEMENT

Work From Bali Dinilai Tak Beri Pengaruh Signifikan

Ilustrasi wisatawan di Bali Foto: Dok. Kemenparekraf
Di sisi lain, Ketua Umum Asosiasi Travel Agent Indonesia (ASTINDO), Pauline Suharno, berpendapat bahwa WFB tidak akan berpengaruh besar pada bisnis travel. Sebab, pelaku WFB lebih banyak aparatur sipil negara (ASN) yang rencana perjalanannya sudah diatur oleh kementerian terkait
"Kalau ke travel agent belum terlalu berpengaruh, karena WFB itu kan ASN, di mana kalau beli tiket pun sudah diatur oleh kantornya yang punya kerja sama langsung, kalau hotel juga yang sudah ada kontak langsung dengan kementerian tersebut," kata Pauline.
Ilustrasi desa wisata di Bali Foto: Dok. Kemenparekraf
"Buat travel agent, sih, relatif enggak terlalu banyak pengaruh, karena travel agent kan tukang jahit yang menggabungkan paket wisata kayak akomodasi, transport, local guide, atraksi di mana enggak diperlukan untuk orang-orang yang Work From Bali," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Pauline mengatakan orang yang memilih bekerja dari Bali pasti akan lebih banyak menghabiskan waktu di hotel dan menikmati beragam fasilitasnya.
Hotel di Bali dinobatkan sebagai hotel dengan desain terbaik 2020. Foto: IG/thetiingtejakula
Tak hanya itu, kunjungan wisata ke Bali kini juga sudah tidak seperti dulu. Rata-rata pengunjung akan mencari hotel dengan fasilitas lengkap bahkan memiliki akses khusus untuk ke pantai.
"Kebanyakan kan orang biarpun seminggu di Bali, mereka staycation menikmati fasilitas hotel aja. Keluar untuk makan aja paling rental mobil, ya kita dapatnya dari situ aja. Kalau untuk travel agent yang menjahit semua itu, ya ada pemasukannya tapi enggak terlalu signifikan," kata Pauline.
Ilustrasi Suasana di Bali Foto: Shutter Stock
Kebijakan WFB akan dimulai secara bertahap pada Juli 2021 atau kuartal ketiga (Q3). Kebijakan WFB difasilitasi negara di kawasan Nusa Dua untuk sekitar 25 persen ASN di bawah koordinasi Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves).
ADVERTISEMENT
Lokasi atau destinasi lain juga memiliki potensi untuk bisa menjadi tempat bekerja asalkan memiliki keindahan alam, pengelolaan yang baik dan jaringan internet yang bagus.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)