Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mengenang Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di 5 Tempat Ini
17 Agustus 2021 12:16 WIB
·
waktu baca 11 menitADVERTISEMENT
“Tujuh belas agustus tahun empat lima, itulah hari kemerdekaan kita. Hari merdeka, nusa dan bangsa, hari lahirnya bangsa Indonesia.''
ADVERTISEMENT
Itulah penggalan lirik lagu Hari Merdeka yang diciptakan oleh H, Mutahar. Lagu wajib yang dikumandangkan pada Hari Kemerdekaan Republik Indonesia bertepatan pada 17 Agustus .
Tahun ini, Indonesia merayakan HUT ke-76 dengan tema #IndonesiaTangguhIndonesiaTumbuh. Seluruh masyarakat Indonesia bersuka cita sambil mengenang kembali perjuangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa untuk merebut kemerdekaan Indonesia.
Salah satu cara untuk mengenang jasa para pahlawan adalah dengan mengunjungi tempat wisata sejarah . Mulai dari gedung yang mengisahkan perjalanan seputar proklamasi kemerdekaan RI, hingga gedung yang menjadi tapak tilas diplomatik para pendiri bangsa untuk mencapai kemerdekaan.
Selain mengenang jasa para pahlawan kemerdekaan di tempat wisata bersejarah, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahudin Uno, menyebut masyarakat Indonesia juga dapat berkontribusi sebagai pahlawan bagi kemerdekaan bangsa, khususnya saat pandemi Covid-19. Salah satunya dengan tidak menyebarkan berita hoaks, misinformasi, maupun disinformasi tentang Covid-19.
ADVERTISEMENT
“Untuk itu, perlu cara bijak dan efektif menghargai jerih payah para pahlawan pandemi Covid-19. Serta, selalu mengusung narasi dan konten-konten yang positif serta berita baik untuk percepatan penanggulangan penyebaran virus penyebab Covid-19, misalnya menangkal hoaks, misinformasi maupun disinformasi tentang Covid-19,” ujar Sandiaga Uno, dalam siaran pers Menparekraf: Masyarakat Harus Berkontribusi untuk Kemerdekaan Bangsa dari Pandemi.
Nah, berikut ini 5 tempat yang menarik dikunjungi untuk mengenang masa perjuangan pahlawan Kemerdekaan Indonesia. Namun, ingat, demi mengurangi kerumunan dan tertularnya virus corona, ada baiknya mengunjungi tempat wisata sejarah tersebut saat situasi pandemi Covid-19 sudah mereda, ya.
1. Gedung Joang'45
Gedung Joang '45 merupakan salah satu bangunan yang menjadi saksi bisu perjuangan Indonesia meraih kemerdekaan. Gedung yang berada di Jalan Menteng Raya No.13, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, itu dulunya adalah hotel yang dikelola oleh keluarga LC Schomper, seorang warga keturunan Belanda yang sudah lama tinggal di Batavia.
ADVERTISEMENT
Namun, pada masa penjajahan Jepang, aset-aset orang Belanda disita, termasuk milik Schomper. Hotel yang dikenal sebagai Gedung Menteng 31 ini menyimpan banyak kenangan tentang kisah perjuangan pemuda Indonesia pada era Pemerintahan Belanda dan Jepang.
Setelah disita oleh tentara Jepang, Hotel Schomper beralih fungsi sebagai asrama pemuda Indonesia. Gedung yang digunakan sebagai tempat diklat, ruang diskusi ini dinamai Asrama Angkatan Baru Indonesia.
Militer Jepang mengizinkan AM Hanafi dan rekan-rekannya menggunakan Hotel Schomper sebagai asrama pada Juli 1942. Kala itu, Sukarni ditunjuk menjadi pimpinan asrama, Chaerul Saleh menjadi wakilnya, dan AM Hanafi sebagai sekretaris umum.
Gunseikanbu Sendenbu atau Badan Propaganda Jepang juga menjadikan Hotel Schomper sebagai tempat pendidikan politik bagi pemuda Indonesia. Pendidikan politik ini dibiayai oleh mereka dengan harapan para pemuda dapat mendukung kepentingan Asia Timur Raya.
ADVERTISEMENT
Namun, harapan Sadenbu kandas. Para pejuang kemerdekaan, seperti Ir Soekarno yang kemudian menjadi presiden RI pertama, Drs Mohammad Hatta, Adam Malik, dan Chairil Saleh berpartisipasi dalam mematahkan hadapan Sedenbu. Mereka inilah yang mendidik pemuda agar berjuang merebut kemerdekaan Tanah Air.
Sejak 1972, Gedung Menteng 31 ditetapkan sebagai bangunan bersejarah oleh Gubernur DKI Jakarta. Setahun kemudian bangunan bersejarah tersebut dipugar agar layak dikunjungi. Selesai pemugaran, Presiden RI meresmikan bangunan sebagai museum bernama Gedung Joang 45.
2. Museum Perumusan Naskah Proklamasi
Jejak perjuangan kemerdekaan Indonesia juga bisa dilihat di Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Munasprok). Museum yang dulunya bekas kediaman Laksamana Tadashi Maeda, ini masih berdiri kokoh di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Jakarta Pusat, DKI Jakarta.
ADVERTISEMENT
Pada masa pendudukan Jepang, bangunan itu dijadikan rumah dinas bagi Laksamana Muda Tadashi Maeda, selaku Kepala Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat Jepang. Hingga saat Jepang menyerah pada sekutu, pada 16 Agustus 1945, Ahmad Soebardjo, Soekarno, dan Hatta meminta izin kepada Maeda untuk mengumpulkan anggota PPKI di rumahnya guna membahas persiapan kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Tanpa melalui proses perdebatan, Maeda sontak memberikan izin itu kepada Soekarno. 17 Agustus 1945 dini hari, rumah ini disibukkan oleh aktivitas perumusan naskah proklamasi.
Hingga tahun 1981, gedung itu menjadi aset Pemerintah RI melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan saat itu. Dan pada tanggal 24 November 1991, gedung yang terletak di Jalan Imam Bonjol Nomor 1 ini ditetapkan sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
ADVERTISEMENT
Museum Perumusan Naskah Proklamasi adalah gedung yang dibangun untuk mengenang peristiwa proses perumusan naskah proklamasi kemerdekaan di Indonesia. Peninggalan di dalamnya mengisahkan detik-detik penyusunan naskah proklamasi oleh Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo.
Setiap sudut ruangan mempunyai nilai historikal penting. Mulai dari ruang pertemuan ketiga tokoh tersebut dengan Maeda, merumuskan naskah proklamasi, diorama Sayuti Melik, dan Burhanuddin Mohammad Diah saat mengetik teks proklamasi hingga naskah proklamasi aslinya.
3. Tugu Proklamasi
Berada di dalam kompleks Taman Proklamasi, Tugu Proklamasi tentu menjadi salah satu destinasi wisata sejarah kemerdekaan Indonesia paling ikonik dan wajib dikunjungi. Berada di DKI Jakarta tepatnya di Jalan Pegangsaan Timur yang kini dinamakan Jalan Proklamasi, tempat ini menjadi lokasi dibacakannya naskah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 oleh Bung Karno dan Bung Hatta.
ADVERTISEMENT
Pada kompleks juga terdapat monumen dua patung Soekarno-Hatta berukuran besar yang berdiri berdampingan, mirip dengan dokumentasi foto ketika naskah proklamasi pertama kali dibacakan. Dulunya, tempat ini adalah rumah Soekarno, tetapi dihancurkan atas permintaannya pada 1960.
Kemudian, pada 1 Januari 1961 Bung Karno, melakukan pencangkulan pertama untuk pembangunan Tugu Petir yang kemudian disebut Tugu Proklamasi. Di sini juga berdiri patung Soekarno-Hatta berukuran besar. Di tengah-tengah kedua patung Soekarno-Hatta, ada tugu naskah proklamasi yang terbuat dari lempengan batu marmer hitam.
Bagi wisatawan di luar Jakarta yang ingin berkunjung ke destinasi wisata sejarah di Jakarta, jangan lupa untuk membeli sejumlah oleh-oleh khas Betawi. Oleh-oleh yang paling populer dan menjadi ikon Betawi adalah, roti buaya.
ADVERTISEMENT
Roti buaya menjadi makanan yang wajib hadir dalam acara pernikahan dan tradisi Betawi. Kelompok etnis Betawi percaya bahwa buaya hanya kawin sekali dengan pasangannya, karena itu roti ini diyakini melambangkan kesetiaan dalam perkawinan.
Salah satu toko roti yang masih menyediakan roti buaya adalah Toko Roti Lauw yang berdiri sejak 1940. Toko kue ini berada di sudut pertigaan Jalan RS Fatmawati dan Jalan Damai Raya.
Selain roti buaya, kamu juga bisa membeli bir pletok khas Betawi Setu Babakan. Bir yang terbuat dari dari rempah-rempah ini dipercaya memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Eits, namun karena kita masih disarankan untuk #DiRumahAja, kamu bisa #BeliKreatifLokal secara online oleh-oleh khas Betawi tersebut melalui akun media sosial para pelaku usaha atau aplikasi pesan antar.
ADVERTISEMENT
4. Rumah Sejarah Rengasdengklok
Djiaw Kie Siong, pejuang keturunan Tionghoa menjadi orang yang berjasa dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Kala itu, Djiaw membuka pintu rumahnya untuk persinggahan Soekarno dan Hatta, saat diamankan dan didesak para pemuda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Rumah yang terletak di Kampung Bojong Tugu, Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, ini dulunya berada di pinggir Sungai Citarum. Namun, karena khawatir terkena abrasi sungai, maka rumah dipindahkan 100 meter lebih ke dalam. Meski begitu, kondisi Rumah Rengasdengklok masih dipertahankan keasliannya.
Tak jauh dari lokasi Rumah Rengasdengklok, kamu juga bisa menemukan destinasi wisata sejarah kemerdekaan Indonesia lainnya, yakni Monumen Kebulatan Tekad yang dahulu merupakan lokasi dari markas PETA (Pembela Tanah Air).
Tugu berbentuk tangan yang mengepal ini melambangkan kebulatan tekad para pejuang untuk menyatakan kemerdekaan Indonesia. Sedangkan, empat bulatan seperti telur yang ada di setiap sisi bulatan besar itu mewakili empat penjuru mata angin.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, di bagian depan penyangga bulatan bertuliskan '17 Aug 1945' serta Naskah Proklamasi, sedangkan di sisi belakang monumen terdapat relief yang menggambarkan perjalanan proklamasi. Misalnya adalah relief yang menggambarkan dibawanya Soekarno dan Hatta, ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945.
Selain tempat wisata bersejarah, Rengasdengklok juga memiliki makanan khas yang bisa dijadikan oleh-oleh. Oleh-oleh khas Karawang yang paling populer adalah kerupuk bontot.
Bontot merupakan makanan khas Rengasdengklok yang terbuat dari sisa adonan kerupuk ikan. Tidak seperti kerupuk pada umumnya yang dijual matang kerupuk bontot justru dijual dalam bentuk adonan.
Nama bontot, memiliki arti anak bungsu dalam bahasa Sunda. Bontot dianalogikan pada potongan paling akhir dari adonan kerupuk ikan di mesin pemotong kerupuk. Bentuknya berupa adonan yang digulung membentuk tabung sepanjang dua jengkal dengan diameter sekitar 10 sentimeter.
ADVERTISEMENT
Penasaran dengan kerupuk bontot? Kamu bisa #BeliKreatifLokal secara online di platform e-commerce atau melalui akun media sosial para penjual makanan khas dari Karawang ini.
5. Rumah Pengasingan Bung Karno
Rumah sederhana yang terletak di Jalan Perwira, Kota Raja, Ende Utara, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, ini menyimpan sejarah panjang Bung Karno yang diasingkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Kala itu, Pemerintah Hindia Belanda menganggap pergerakan Soekarno membahayakan pemerintah. Soekarno pun harus menjalani hukuman pengasingan sebagai tahanan politik.
Masa pembuangan Bung Karno di Pulau Flores berlangsung dari 14 Januari 1934 hingga 18 Oktober 1938. Soekarno dibuang ke Flores bersama istri, mertua, dan anaknya menggunakan kapal barang KM van Riebeeck dari Surabaya.
Belanda mengasingkan Soekarno, di Flores dengan tujuan agar ia tidak memiliki ruang gerak politik memprovokasi masyarakat untuk merdeka dari jajahan Belanda. Namun, siapa sangka hal tersebut tidak membuat pergerakan Soekarno menjadi mati dan tidak bisa berbuat apa-apa.
ADVERTISEMENT
Meski tertekan diasingkan di pulau yang sunyi dan terpencil, Bung Karno, menyimpan banyak kenangan manis yang tak terlupakan tentang Flores dan Kota Ende, tempat pengasingannya. Dalam buku berjudul Bung Karno dan Pancasila; Ilham dari Flores untuk Nusantara terbitan Nusa Indah, Bung Karno menyebut Flores sebagai Pulau Bunga yang terpencil di Ende.
Selama diasingkan di Ende, Soekarno, berbaur mengajak masyarakat setempat melakukan kegiatan-kegiatan yang membangun mental, mengubah pola pikir masyarakat Ende dari belenggu penjajahan, serta kepercayaan-kepercayaan mistis yang mengekang masyarakat saat itu.
Di sela-sela aktivitasnya bersama masyarakat, Bung Karno kerap merenung di bawah pohon sukun yang jaraknya tak jauh dari rumah pengasingannya. Di sinilah, ilham kelima butir Pancasila muncul.
Untuk mengenang sejarah lahirnya Pancasila dan pengasingan Soekarno di Ende, Pemerintah Daerah Kabupaten Ende menjadikan rumah bekas pengasingan dan tempat perenungan Pancasila tersebut menjadi tempat wisata sejarah nasional Indonesia.
Kondisi rumah pengasingan Bung Karno hingga saat ini masih terawat dengan baik. Saat memasuki halamannya, pengunjung akan melihat patung Bung Karno memegang tongkat yang menjadi gaya khasnya.
ADVERTISEMENT
Rumah ini juga menyimpan berbagai macam koleksi barang-barang antik milik Soekarno selama diasingkan di Ende, serta lukisan-lukisan yang menghiasi dinding rumah. Di bagian belakang rumah, wisatawan akan melihat sumur tua, dapur, tempat ibadah, serta pajangan buku sejarah tentang Ende.
Jika berkesempatan mengunjungi Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), rasanya kurang lengkap jika hanya dinikmati keindahannya saja tanpa membawa pulang oleh-oleh dari kota tersebut. Salah satu jenis oleh-oleh yang wajib kamu bawa pulang adalah daging se’i sapi kemasan khas NTT.
Se’i merupakan daging asap khas yang proses pembakaran secara tradisional menggunakan kayu bakar. Kini, se’i sudah berkembang dan mulai populer di seluruh Indonesia. Tapi, tak ada salahnya jika mencicipi daging asap tersebut dari kota kelahirannya.
Selain kuliner, wisatawan dapat membeli salah satu kriya khas NTT, yakni kain tenun ikat. Kain tenun ikat khas NTT dibuat dari benang-benang yang diberi pewarna alami seperti kunyit, tauk, mengkudu, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Sudah terbayang enaknya se’i sapi dan uniknya kriya khas NTT? Tunggu apa lagi? #BeliKreatifLokal secara online melalui media sosial para pelaku UMKM lokal atau pesan melalui aplikasi delivery order dari gadget kamu ya!
Itulah lima tempat wisata yang bisa dikunjungi untuk mengenang perjuangan kemerdekaan Indonesia di Hari Kemerdekaan saat situasi pandemi Covid-19 mereda. Sebab, saat ini kamu diimbau melakukan seluruh aktivitas, termasuk liburan #DiRumahAja untuk menekan penyebaran Covid-19.
Selama #DiRumahAja, jangan lupa mengkonsumsi makanan dan minuman penambah imunitas. Meski di rumah aja, tetap patuhi protokol kesehatan dengan selalu menerapkan 6M. Mulai dari memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas, dan menghindari makan bersama.
Selain itu, jangan lupa untuk melakukan vaksinasi Covid-19 yang saat ini tengah berlangsung di seluruh daerah di Indonesia. Vaksinasi akan membuatmu dan keluarga lebih terlindung dari virus corona yang saat ini sedang menyebar.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, buat yang sudah rindu untuk traveling, kamu bisa mengikuti akun Instagram @pesonaid_travel sebagai referensi merencanakan liburan ketika situasi telah membaik.
Kemudian, agar tak bosan #DiRumahAja selama pandemi, kamu juga bisa, lho, ikutan lomba virtual 17-an kompetisi #MelodiKemerdekaan yang sedang berlangsung hingga 20 Agustus 2021.
Caranya mudah kok, kamu cukup meng-upload video menyanyikan lagu daerah pilihanmu sekreatif mungkin dengan durasi maksimal satu menit. Boleh sambil menari dan bermain musik, atau menggunakan kostum dan aksesoris lainnya agar makin meriah dan kesempatan menang semakin besar.
Jangan lupa mention akun Instagram @pesonaid_travel dan sertakan hashtag #MelodiKemerdekaan pada caption video kreasimu serta pastikan juga akun Instagram-mu tidak di-private. Satu akun hanya dapat memilih 1 lagu dan mengunggah 1 video kreasi, ya.
ADVERTISEMENT
Nantinya, pemenang terpilih akan mendapatkan hadiah total jutaan rupiah. Menariknya, 3 pemenang utama juga akan mendapatkan ucapan spesial langsung dari Presiden Joko Widodo.
Selain itu, para pemenang akan mendapatkan merchandise eksklusif Wonderful Indonesia dan gift box dari Rumah Digital Indonesia. Video-video kreasi terbaik juga akan berkesempatan ditayangkan di semua media sosial Pesona Indonesia dan platform rumahdigitalindonesia.id. Yuk, ikutan!
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona ).