Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Ada banyak cara orang-orang dalam merayakan sesuatu, membuat festival adalah salah satu di antaranya. Di Afrika Barat, tepatnya di Benin, masyarakat setempat merayakan agama dan kepercayaan mereka, Voodoo, dalam bentuk festival.
ADVERTISEMENT
Ya, dihimpun kumparan dari berbagai sumber. Benin adalah negara yang menjadi tanah kelahiran kepercayaan Voodoo. Voodoo lahir di wilayah antara Abomey dan Ouidah di Benin.
Bagi sebagian orang yang tak terlalu paham dan menjadikan film sebagai referensi, kata "Voodoo" bisa saja bikin kamu bergidik ngeri. Gimana enggak? Dalam film, Voodoo direpresentasikan seperti santet.
Setiap orang yang jiwanya dimasukkan ke dalam boneka bisa merasakan kesakitan seperti apa yang bonekanya dapatkan. Padahal Voodoo jauh lebih kompleks dari itu. Hampir 80 persen masyarakat Benin bahkan menganut Voodoo sebagai agama mereka.
Makanya tak heran, mereka punya Festival Voodoo yang berlangsung setiap 10 Januari. Di dalam festival tersebut, seluruh penganut Voodoo akan datang berkumpul, termasuk wisatawan dari berbagai negara.
ADVERTISEMENT
Ada sekitar 10 ribu orang yang datang dalam perayaan nasional tersebut. Delegasi dari berbagai komunitas Voodoo akan datang membawa upeti atau persembahan, dan menyerahkannya pada penyihir terkuat. Biasanya mereka datang mengenakan pakaian putih atau pakaian warna-warni dengan warna mencolok.
Kata "Voodoo" berasal dari masyarakat Fon di Afrika Barat, tepatnya di Benin Selatan. Voodoo memiliki arti entitas spiritual. Oleh karena itu, masyarakat Benin secara turun-temurun mengenal Voodoo sebagai cara untuk berkomunikasi dengan roh leluhur, baik dalam menjalin hubungan, memuja, hingga menghormatinya.
Bagi masyarakat di Benin, Voodoo adalah bagian dari alam dan kehidupan manusia. Roh-roh itu dipercaya hidup bersama dan berdampingan dengan manusia, serta makhluk hidup lainnya.
Praktik Voodoo di Benin pun tak dianggap tabu. Bahkan di masa kini, Voodoo menjadi salah satu agama nasional sejak 1996 silam. Makanya setiap tahun, Festival Voodoo selalu dirayakan secara meriah dan dihadiri banyak orang.
Dalam salah satu episode travel dokumenter "Dark Tourist" juga dijelaskan bahwa Voodoo terbagi atas dua. Ada yang baik, ada pula yang jahat. Walau begitu, keduanya dipercaya bisa memberikan kesembuhan atau membantu kesulitan para pengikutnya.
ADVERTISEMENT
Festival Voodoo dilakukan di Ouidah, di depan Gate of Return. Ouidah punya sejarah kelam bagi masyarakat Benin. Sebab, dulunya kawasan ini dijadikan pos perdagangan budak.
Nah, Festival Voodoo ini menjadi salah satu acara untuk mengenang warga lokal yang harus terusir dari negaranya, karena dijadikan budak dan mereka yang diperdagangkan. Penganut Voodoo juga percaya bahwa tiap orang terlahir sebagai Voodoo.
Festival Voodoo dibuka dengan penyembelihan kambing sebagai wujud penghormatan pada para arwah. Setelah itu, kamu akan mendengar tabuhan gendang dan drum saling bersahut-sahutan.
Festival ini kemudian akan dipenuhi suara nyanyian dengan bahasa Afrika . Lalu para penari akan mulai mengambil tempat. Dengan kostum khasnya, mereka menarikan tarian tradisional.
ADVERTISEMENT
Ada pula yang menari sesuka hati, sesuai dengan irama musik. Kemudian tak berselang lama, akan ada arwah yang datang bergabung. Mereka memasuki tubuh para penari. Para penari ini pun akhirnya menari di luar kesadaran.
Enggak sedikit yang akhirnya mengambil senjata tajam dan melukai diri mereka sendiri. Ada pula yang akhirnya menyerang sesama penari. Tak jarang, kamu akan melihat darah bekas goresan saat menari.
Salah satu momen terpenting yang tak boleh kamu lewatkan dalam Festival Voodoo adalah ketika pemimpin tertinggi mengucapkan doa pendamaian. Biasanya doa ini diucapkan sebelum mengorbankan kambing dan ayam di atas altar.
Ketika Festival Voodoo berakhir, pesta tradisi ini tak berhenti begitu saja. Pesta besar itu berlanjut di kota, alun-alun, dan halaman warga. Para pemimpin kepercayaan akan pergi berbelanja ke pasar khusus untuk membeli keperluan ritual.
Akodessewa Fetish Market adalah salah satunya. Di dalamnya, kamu bisa menemukan berbagai bagian binatang yang telah dikeringkan untuk kebutuhan ritual. Mulai dari kepala anak anjing, unggas, hingga hewan-hewan besar, seperti kerbau, kambing, atau hyena.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada pula boneka kayu, dan area tertentu untuk hewan-hewan yang masih hidup, seperti ayam, bebek, atau turkey. Sebab, dalam beberapa ritual, ada yang membutuhkan korban segar dalam prosesinya.
Sementara di sekitar jalanan di kota-kota, akan ada orang-orang yang mengenakan kostum dan topeng. Mereka akan menari sesuai dengan irama perkusi. Mereka menari tanpa tujuan. Topeng menutupi wajah mereka secara penuh, hingga kamu tak bisa lagi mengenali mereka.
Topeng-topeng itu didekorasi dengan apik. Ada yang dibuat menggunakan kain, kulit, hingga bahan gorden yang sangat tebal. Topeng-topeng tersebut mewakili arwah leluhur yang telah meninggal.
Nantinya, mereka akan mengejar para peserta Festival Voodoo, terutama anak-anak. Penari dalam upacara Egungun itu akan memukul peserta dengan tongkat. Masyarakat setempat percaya, orang yang terkena pukulan penari bertopeng Egun akan mendapatkan kutukan.
ADVERTISEMENT
Meski para pengikutnya sempat dipersekusi dan praktik Voodoo dilarang oleh Prancis pada 1685 ketika masih menjadi wilayah jajahannya, Voodoo tak pernah mati. Setelah menjadi agama nasional, Festival Voodoo pun saat ini tengah diusulkan menjadi salah satu kekayaan budaya pada UNESCO.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!