Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Fajar masih belum tampak saat ribuan pemburu tengah bersiap di bibir Pantai Seger, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (15/2) dini hari. Mereka adalah warga dan wisatawan yang akan berburu nyale.
ADVERTISEMENT
Nyale merupakan cacing laut warna-warni yang dipercaya warga setempat sebagai perwujudan dari Putri Mandalika. Konon, menurut cerita rakyat, Mandalika adalah seorang putri cantik yang terkenal keanggunannya.
Kabar kecantikan putri ini tersebar ke seluruh pelosok pulau, sehingga banyak pangeran yang jatuh cinta dan ingin menikahi sang putri. Tak menginginkan terjadinya perang karena diperebutkan oleh banyak pangeran, Mandalika memilih untuk terjun ke laut. Sehingga, tak akan ada satu pun yang bisa mendapatkannya.
Sebelum terjun ke laut, ia sempat mengucapkan janji untuk mengunjungi rakyatnya dalam rupa cacing laut atau yang lebih dikenal sebagai nyale. Cacing laut tersebut hanya muncul satu tahun sekali dan dipercaya sebagai wujud kunjungan putri Mandalika untuk masyarakatnya.
Masyarakat setempat juga percaya bahwa nyale bisa membawa berkah serta berkhasiat menyembuhkan penyakit. Karenanya, setiap tahun, masyarakat setempat membuat ajang berburu nyale yang kini dikemas dalam sebuah festival menarik.
ADVERTISEMENT
Sejak pukul 03.00 WITA, wisatawan sudah berkumpul di Pantai Seger yang juga dikenal sebagai salah satu destinasi selancar terbaik di Lombok. Para pemburu nyale datang dari berbagai kalangan dan usia, mulai dari anak-anak hingga dewasa, laki-laki mau pun perempuan. Tak ada batasan.
Tak mengindahkan dinginnya air laut, ribuan pemburu itu menyeburkan diri ke pantai berkarang. Teriakan para pemburu beradu kencang dengan deburan ombak pantai Seger. Dengan lampu penerangan yang dipasang di kening atau senter di tangan, para pemburu dengan sigap mencari nyale.
Jika dilihat dari atas bukit di samping Pantai Seger, pemandangannya berbeda lagi. Cahaya penerangan mereka saling beradu, berpadu dengan cahaya rembulan.
Proses menangkap nyale sendiri dilakukan dengan menggunakan kayu berbentuk huruf ‘U’ yang diikat dengan jaring di belakangnya. Nyale yang bermunculan dari dalam karang itu kemudian diserok dengan jaring tersebut.
ADVERTISEMENT
Dibutuhkan kesabaran untuk menangkap nyale, mengingat cacing ini cukup lincah dan licin.
“Saya dapat nyale lumayan banyak. Ini akan saya konsumsi bersama keluarga, setahun sekali,” tutur Agus yang datang dari Kota Mataram sambil menunjukkan hasil tangkapannya. Dia berhasil menangkap nyale hampir setengah ember.
Namun, lanjut Agus, nyale yang dia dapat kali ini tak sebanyak tahun-tahun sebelumnya.
Wujud nyale sendiri begitu unik, berwarna-warni. Nyale juga mengandung protein yang tinggi sehingga sangat layak untuk dikonsumsi. Tak heran jika setelah menangkap, ada warga yang langsung memakannya. Tapi, ada juga yang dibawa pulang dan dimasak untuk dimakan bersama keluarga.
Biasanya masyarakat memasaknya dengan cara dipepes dengan bungkus daun pisang. Kegiatan berburu nyale baru usai setelah matahari terbit.
Staf Ahli Menteri Bidang Reformasi Birokrasi dan Regulasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ari Juliano Gema saat mengikuti prosesi Bau Nyale mengatakan, ini menjadi budaya dan atraksi yang unik sehingga menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan untuk datang ke Nusa Tenggara Barat.
ADVERTISEMENT
“Festival Bau Nyale jadi cara efektif mempromosikan keindahan atraksi dan budaya di NTB . Sehingga, mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang serta membantu menggerakan perekonomian masyarakat lokal,” pungkas Ari Juliano.