Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Nelayan Fujian dan petani Guandong adalah orang-orang pertama yang menetap di Macao. Orang-orang tersebut sudah menetap di Macao jauh sebelum Macao itu sendiri ada, di wilayah yang dulunya bernama Ou Mun. Nama tersebut berarti “gerbang perdagangan”. Ou Mun, yang terletak di mulut Sungai Mutiara — sungai yang mengalir dari Guangzhou, mendapat namanya karena pada masa lampau wilayah ini adalah kota pelabuhan yang merupakan bagian dari Jalur Sutra. Kapal-kapal dagang berlabuh di Ou Mun untuk mengangkut sutra ke Roma.
ADVERTISEMENT
Di masa lalu Tiongkok pernah merasakan masa keemasan sebagai pusat niaga dunia. Masa keemasan tersebut, sebagaimana masa keemasan lain, merasakan redup. Namun bahkan setelah masa keemasan perdagangan Tiongkok meredup, Guangzhou tetap makmur berkat aktivitas niaga via laut dengan negara-negara di Asia Tenggara. Karenanya ketika para pelaut-pedagang Portugis tiba dan terlibat dalam aktivitas perdagangan, orang-orang Ou Mun menyambut mereka dengan tangan terbuka.
Orang-orang Portugis pertama kali menginjakkan kaki di Macao tidak jauh dari A-Ma Temple, sebuah kuil tua yang sudah berdiri jauh sebelum Macao ada dan masih kokoh berdiri hingga kini. Orang-orang Portugis menanyakan kepada masyarakat setempat nama pulau tempat mereka berlabuh, namun orang-orang setempat berpikir mereka menanyakan nama kuil. “Ma Ge”, jawaban yang keluar dari mulut masyarakat setempat, mendarat sebagai “Macao” di telinga orang-orang Portugis.
Atas izin dari para mandarin Guangdong, orang-orang Portugis membangun kota yang kemudian dikenal dengan nama Macao. Dalam waktu singkat kota itu menjelma menjadi kota pelabuhan utama untuk perdagangan antara Tiongkok, Jepang, India, dan Eropa. Dengan Macao sebagai pelabuhan penting, Portugal meraih masa keemasan perdagangan.
ADVERTISEMENT
Masa keemasan itu tidak bertahan selamanya. Kejayaan niaga Portugis meredup seiring dengan semakin gencarnya manuver perdagangan Belanda dan Inggris di Asia. Walau demikian hal itu tidak menjadi masalah karena Macao bukan hanya tentang pertukaran uang. Fungsinya sebagai kota pelabuhan utama dalam jalur perdagangan menjadikan Macao tempat pertemuan yang sempurna untuk budaya Timur dan Barat.
Salah satu hasil pertemuan budaya Timur dan Barat di Macao adalah Macanese cuisine. Hal ini tidak mengherankan karena makanan punya peran sentral dalam masyarakat Macao dan makan-makan adalah budaya terkuat mereka. Lahir dari perpaduan unik bahan dan bumbu serta teknik memasak Tiongkok dan Portugis, hidangan khas Macao adalah definisi kreativitas. Macanese cuisine bahkan terkenal sebagai fusion food pertama di dunia, dan usianya lebih dari 400 tahun.
Selain makanan, salah satu pengingat terkuat tentang perpaduan budaya di Macao adalah sejumlah bangunan yang tetap mempertahankan arsitektur bergaya Portugis. Alun-alun Kota Macao, “Senado Square”, dan St Lazarus Quarter adalah lokasi terbaik untuk menyaksikan dan menikmati arsitektur bergaya Portugis di Macao.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan bangunan Portugis Macao memang bergugus di sekitar Largo de Senado, namun kota ini secara umum dipenuhi bangunan neoklasik berwarna pastel yang dibangun pada masa administrasi Portugis. Kebanyakan dari bangunan-bangunan itu kini menjadi bagian dari pusat budaya Macao, yang pada 2005 dinobatkan sebagai UNESCO World Heritage.
Secara wilayah Macao — yang kini berstatus Daerah Administratif Khusus — mungkin tidak besar, namun Macao membangun industri pariwisata kelas dunia dengan semua warisan sejarah yang mereka punya. Selain bangunan dan makanan, yang juga Macao tawarkan adalah masyarakatnya yang unik, di mana orang-orang Timur dan Barat hidup berdampingan dan saling melengkapi.
Artikel ini merupakan hasil kerja sama dengan Macao Government Tourism Office