Suku Terasing di Dunia Bunuh 2 Penebang Kayu, 2 Lainnya Masih Hilang

6 September 2024 9:02 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi suku di Amazon. Foto: Paulo Jr/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi suku di Amazon. Foto: Paulo Jr/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Dua orang tewas dan dua orang lainnya masih hilang, setelah sekelompok penebang kayu melakukan kontak fisik dengan suku paling terasing di dunia. Para penebang kayu tersebut dilaporkan bentrok dengan masyarakat adat atau suku Mashco Piro di daerah Madre de Dios, Amazon, Peru pada Kamis, 29 Juli lalu.
ADVERTISEMENT
Dilansir LadBibble, insiden tersebut bermula saat para penebang sedang membuka jalan setapak di hutan. Sebelum akhirnya mereka diserang dengan busur dan anak panah.
Ilustrasi suku di Amazon. Foto: celio messias silva/Shutterstock
Reuters melaporkan, insiden pembunuhan tersebut dikonfirmasi langsung oleh Daniel Pena, juru bicara FENAMAD yang mewakili 30 komunitas di wilayah tersebut.
Pena mengatakan, sedikitnya dua pekerja tewas akibat busur dan anak panah, sementara dua lainnya masih hilang dan seorang lainnya terluka.
Dalam pernyataan yang dirilis kementerian kebudayaan, bentrokan tersebut mungkin telah menyebabkan kematian, cedera, dan orang hilang.

Tentang Suku Mascho Piro

Ilustrasi suku di Amazon. Foto: robert gibson z/Shutterstock
Secara historis, suku Mashco Piro dikenal memiliki interaksi yang terbatas dengan orang luar. Hal ini karena sebagian besar dari mereka bersikap negatif.
Ketika produksi karet meningkat pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, suku Mascho Piro mengalami serangan kekerasan dari penyadap karet dan pemukim, yang menyebabkan hilangnya nyawa dan pengungsian signifikan.
ADVERTISEMENT
Cara bertahan hidup suku Mashco Piro adalah mengandalkan hutan untuk makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan. Pengetahuan mereka tentang keanekaragaman hayati Amazon adalah alasan mengapa mereka telah ada begitu lama, dan saat ini diperkirakan terdiri dari lebih dari 750 orang.
Hal ini terjadi setelah organisasi hak asasi manusia Survival International mengatakan pada bulan Juli bahwa mereka meminta FSC (Forest Stewardship Council), untuk mencabut sertifikasinya terhadap perusahaan penebangan.
"Beberapa perusahaan penebangan memegang konsesi kayu di dalam wilayah yang dimiliki oleh suku Mashco Piro," kata pihak Survival International.

Penebangan yang Melewati Batas

Ilustrasi suku di Amazon. Foto: celio messias silva/Shutterstock
Pena menyebut, konsesi kayu yang dimiliki sejumlah perusahaan berjarak beberapa kilometer saja dari tempat suku Mascho Piro tinggal.
Satu perusahaan, Canales Tahuamanu, yang beroperasi di dalam wilayah suku Mashco Piro telah membangun lebih dari 200 km jalan bagi truk pengangkut kayunya untuk mengambil kayu.
ADVERTISEMENT
Perusahaan itu disertifikasi oleh FSC atas operasinya yang dianggap berkelanjutan dan etis di sana, meskipun pemerintah Peru mengakui delapan tahun lalu bahwa mereka menebang pohon di wilayah suku Mashco Piro.
Pemandangan udara area gundul saat operasi memerangi deforestasi di dekat Uruara, Negara Bagian Para, Brasil, Sabtu (21/1/2023). Foto: Ueslei Marcelino/Reuters
"Survival International meminta FSC untuk menarik sertifikasinya atas operasi perusahaan. Lebih dari 8.000 orang telah melobi FSC," ujar Pena.
Presiden organisasi adat setempat FENAMAD, Alfredo Vargas Pio, menambahkan ini adalah bukti yang tak terbantahkan bahwa banyak suku Mashco Piro tinggal di daerah tersebut, yang tidak hanya gagal dilindungi oleh pemerintah, tetapi juga dijual kepada perusahaan penebangan.
"Para pekerja penebangan dapat membawa penyakit baru yang akan memusnahkan suku Mashco Piro, dan ada juga risiko kekerasan di kedua belah pihak. Jadi sangat penting bahwa hak teritorial Mashco Piro diakui dan dilindungi secara hukum," kata Pio.
ADVERTISEMENT