Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Tradisi Seba Baduy adalah salah satu magnet pariwisata di Banten. Ritual warisan leluhur Urang Kanekes yang telah dijalankan secara turun-temurun itu, kini menjadi salah satu event wisata yang dinanti-nantikan, baik oleh pelancong domestik hingga internasional.
ADVERTISEMENT
Saking besarnya antusiasme masyarakat pada tradisi ini, enggak heran Seba Baduy kemudian dimasukkan sebagai 100 Calendar of Event Kementerian Pariwisata Indonesia.
Baru-baru ini, tetua adat sekaligus Kepala Desa Kanekes, Jaro Saija, mengusulkan tanggal untuk pergelaran tradisi Seba Baduy. Ia mengusulkan agar ritual Seba Baduy dilaksanakan pada 30-31 Mei 2020 dan dihadiri oleh 30 orang saja sebagai perwakilan.
Jumlah perwakilan tersebut terdiri dari tiga tangtu, tujuh dangka, lembaga adat, dan lembaga desa. Untuk itu, Jaro Saija meminta Ibu Gede (sebutan bagi kepala pemerintahan), Bupati Lebak Iti Octavia dan Bapak Gede Gubernur Wahidin Halim untuk dapat mengabulkan usulan tersebut.
Jaro Saija juga mengatakan bahwa dengan hanya dihadiri perwakilan, maka aturan pemerintah untuk tidak berkerumun dan menjaga jarak masih bisa dilakukan dengan baik.
ADVERTISEMENT
"Kami sangat memaklumi kondisi pandemi virus corona atau COVID-19, dan aturan dilarang berkerumun. Dengan perwakilan 30 orang yang hadir, bisa dilakukan jaga jarak sesuai dengan protokol kesehatan itu," kata Jaro Saija ketika ditemui Antara di kediamannya di Desa Kanekes, Kec. Leuwidamar, Kab. Lebak pada Sabtu (16/5).
Menurut penuturan Jaro Saija, surat pengusulan tradisi Seba Baduy sudah disampaikan ke sekretariat Pemerintah Kabupaten Lebak, dan Provinsi Banten. Masyarakat Baduy kini tengah menanti keputusan pemerintah daerah setempat dalam melaksanakannya.
Pelaksanaan tradisi Seba Baduy sudah menjadi sebuah ritual wajib dan penting dari masyarakat adat Urang Kanekes. Ritual ini telah berjalan sejak zaman kerajaan, termasuk saat kerajaan Islam Kesultanan Sultan Hasanudin Banten memerintah.
Dalam bahasa Baduy, “Seba” berarti seserahan. Karenanya, dalam Seba Baduy, Urang Kanekes atau yang lebih populer dikenal sebagai masyarakat Baduy akan membawa hasil buminya, turun dari gunung untuk diserahkan pada pemerintah setempat atau yang dijuluki sebagai Penggede.
ADVERTISEMENT
Menurut Plt Kadispar Lebak, Imam, tradisi Seba punya artian yang lebih penting lagi. Selain merupakan warisan leluhur yang wajib dilaksanakan setiap tahun, tradisi Seba memiliki arti bahwa Urang Kanekes mengaku sebagai bagian dari Republik Indonesia.
Penyerahan seserahan ini juga menjadi cara mereka mewujudkan rasa hormat terhadap pimpinan-pimpinan di daerah sekaligus bersilaturahmi. Seserahan yang dibawa pada umumnya adalah hasil pertanian seperti pisang, padi, gula aren, atau palawija.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.