Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Tradisi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang terus dilestarikan salah satunya adalah Grebeg Besar. Tradisi mengarak gunungan atau tumpukan makanan berbentuk segitiga biasanya digelar dalam perayaan hari besar umat Muslim yaitu peringatan Idul Fitri, Idul Adha, dan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
ADVERTISEMENT
Gunungan terbuat dari berbagai macam sayuran, buah-buahan, hingga hasil bumi. Serta yang paling utama yaitu olahan ketan. Sifat ketan yang lengket mengandung makna agar hubungan antara raja dan rakyatnya akan semakin erat serta harmonis.
Prosesi grebeg dimulai dengan pawai para prajurit bregada (pasukan perang Keraton Yogyakarta). Bregada yang terdiri dari 10 satuan prajurit dengan seragam berbeda keluar satu demi satu dari gerbang utama Keraton.
Gunungan tersebut diiringi oleh bregada kemudian dibawa ke beberapa titik yang tak jauh dari Keraton. Gunungan-gunungan itu diarak menuju ke Masjid Kauman yang berada di sisi barat Alun-alun Utara Yogyakarta, Kantor Gubernur di Kompleks Kepatihan dan Kadipaten Pakualaman di Jalan Sultan Agung.
Sesampainya di tiga titik tersebut, gunungan yang telah melalui prosesi serah terima dan doa, lantas diperebutkan oleh warga. Banyak warga Yogyakarta percaya jika mereka berhasil mendapatkan hasil bumi dari gunungan akan mendapatkan keberkahan. Hal inilah yang membuat banyak masyarakat antusias memperebutkan isi gunungan.
ADVERTISEMENT
Tradisi yang digelar setiap tahun bertujuan sebagai simbolisasi kemakmuran Daerah Istimewa Yogyakarta. Karena semua gunungan yang diarak berasal dari hasil bumi Yogyakarta.