Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
“Setelah itu, saya cium keningnya, lalu saya bisikkan, ‘Selamat jalan istri tercinta, goodbye. Semoga engkau hidup tenang dan bahagia di sisi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa.’”
Suara SBY yang biasa tertata, jadi pecah. Isaknya tertahan, seolah mencoba merelakan separuh nyawanya. Bukan puisi yang ia baca di Puri Cikeas, tapi tangis hati ketika harus melepas belahan jiwanya—Ani Yudhoyono sang Memo.
Suasana haru mengiringi prosesi pemakaman Ani Yudhoyono di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta, Minggu (2/6). Sebagai putra sulung, Agus Harimurti Yudhoyono menyampaikan sambutan mewakili keluarga besar Yudhoyono.
“Selamat jalan, Memo. We love you and we will forever miss you. Terima kasih atas pengorbanan, jasa, dan pengabdian untuk keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Doa terbaik kami, seluruh rakyat Indonesia, menyertai langkah dan kepergianmu,” ucap AHY, mencoba tegar.
“Flamboyan telah pergi. Namun akan tetap hidup di hati kita semua, rakyat Indonesia yang mencintainya. [...] Semoga almarhumah diterima dan diberikan tempat terbaik di sisi Allah SWT,” ujar Jokowi yang memimpin upacara pemakaman Ani Yudhoyono .
Flamboyan, kaulah yang dirindukan
sang pengembara
yang menapaki harinya tanpa huru-hara
hingga puncak almamater para ksatria
Jika bungamu jatuh berguguran
dalam semerbak wangi sinar pesona
kau ucapkan selamat datang
pada pengembara berpedati tua
yang tak henti berucap bahagia
karena perjalanan panjangnya tak sia-sia
berakhir di batas kota
(Petikan puisi Flamboyan karya SBY untuk Ani)
_________________
Simak rangkaian kisah lengkapnya di Liputan Khusus kumparan: Melepas Memo