5 Gangguan Menstruasi yang Perlu Diwaspadai oleh Perempuan

31 Mei 2022 13:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gangguan nyeri perut saat menstruasi. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gangguan nyeri perut saat menstruasi. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Menstruasi merupakan siklus alami yang terjadi pada perempuan. Umumnya, perempuan mengalami siklus menstruasi setiap 28 hari. sayangnya, tidak semua perempuan mengalami siklus menstruasi yang teratur setiap bulan. Kondisi ini bisa menjadi salah satu tanda gangguan menstruasi.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari HealthyWomen, gangguan menstruasi merupakan masalah kesehatan yang memengaruhi siklus menstruasi perempuan. Gangguan menstruasi memiliki gejala fisik atau emosional sebelum dan selama menstruasi.
Beberapa gejala gangguan menstruasi yang sering dikeluhkan, yakni perut kram yang menyakitkan, pendarahan yang tidak normal, dan perubahan suasana hati yang tidak terkendali. Jika terus diabaikan, kondisi ini bisa sangat mengganggu produktivitas perempuan.

Jenis Gangguan Menstruasi yang Harus Diwaspadai

Setiap perempuan mengalami gangguan menstruasi yang berbeda-beda. Berikut ini beberapa jenis gangguan menstruasi yang mungkin dialami perempuan seperti kumparanWOMAN rangkum dari beberapa sumber.

1. Amenore

Ilustrasi menstruasi. Foto: Shutter Stock
Dikutip dari Summa Health, amenore merupakan salah satu jenis gangguan menstruasi. Amenore ditandai ketika seorang perempuan tidak mengalami menstruasi selama lebih dari tiga bulanan. Ada dua jenis amenore yang perlu diketahui, yakni amenore primer dan amenore sekunder.
ADVERTISEMENT
Amenore primer merupakan kondisi perempuan tidak mengalami menstruasi saat masa pubertas hingga umur 16 tahun. Sementara amenore sekunder merupakan kondisi perempuan mengalami siklus menstruasi yang teratur. Seiring berjalannya waktu, gangguan siklus menstruasi terjadi karena banyak faktor, termasuk gaya hidup

2. Dismenore

Ilustrasi nyeri saat menstruasi. Foto: Shutter Stock
Dismenore ditandai dengan kram menstruasi yang parah diiringi dengan rasa nyeri selama masa menstruasi. Gejala dismenore bisa berupa kram atau nyeri di perut bagian bawah, nyeri punggung bawah, atau nyeri yang menjalar ke kaki. Selain itu, muncul gejala mual, muntah, diare, kelelahan, pingsan, hingga sakit kepala.
Dismenore juga terdiri dari dua jenis, primer dan sekunder. Dismenore primer merupakan kondisi perempuan mengalami kontraksi uterus yang abnormal akibat ketidakseimbangan hormon dalam tubuh. Sementara itu, dismenore sekunder disebabkan oleh kondisi medis lain, seperti endometriosis, penyakit radang panggul (PID), fibroid rahim, infeksi, tumor, atau polip di rongga panggul.
ADVERTISEMENT
Setiap perempuan pasti mengalami kram perut saat menstruasi, tetapi ada beberapa kelompok yang lebih berisiko mengalami dismenore, di antaranya perokok, perempuan yang mengonsumsi alkohol berlebihan selama menstruasi, dan perempuan yang kelebihan berat badan.

3. Menorrhagia

Pantone rilis warna merah seperti darah menstruasi. Foto: Shutterstock
Menorrhagia adalah jenis perdarahan uterus abnormal yang paling umum terjadi. Menorrhagia ditandai dengan perdarahan menstruasi berat dan berkepanjangan. Dalam beberapa kasus, pendarahan saat menstruasi mungkin terjadi sangat parah hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Gejala khas menorrhagia adalah sering mengganti pembalut atau tampon karena mengalami pendarahan hebat. Gejala lain dari menorrhagia, yakni muncul bercak atau pendarahan di antara periode menstruasi. Menorrhagia disebabkan oleh beberapa hal, seperti ketidakseimbangan hormon, penyakit radang panggul (PID), fibroid rahim, atau gangguan perdarahan.
Jenis lain dari kondisi menorrhagia yang dikenal sebagai perdarahan uterus disfungsional, yakni polimenore (terlalu sering menstruasi) dan oligomenore (siklus menstruasi yang jarang atau ringan).
ADVERTISEMENT

4. Sindrom pramenstruasi atau premenstrual syndrome (PMS)

Ilustrasi mood. Foto: Shutterstock
Dikutip dari Medindia, PMS merupakan tanda dan gejala yang terjadi sebelum perempuan alami menstruasi. Gejala fisik yang dialami perempuan saat PMS, seperti nyeri payudara, sakit kepala, kembung. Sementara gejala emosional yang mungkin terjadi, seperti kecemasan, mudah marah, depresi, dan perubahan suasana hati.

5. Gangguan disforik pramenstruasi atau premenstrual dysphoric disorder (PMDD)

Ilustrasi depresi. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Gangguan disforik pramenstruasi atau premenstrual dysphoric disorder (PMDD) adalah jenis PMS yang lebih ekstrem. PMDD melibatkan perubahan suasana hati yang lebih parah, merasa lebih cemas, sehingga menyebabkan depresi dan gangguan tidur. Tak jarang, PMDD juga mengganggu nafsu makan perempuan di saat mendekati masa menstruasi.