Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Ladies, pernahkah kamu mengalami serangan sakit kepala disertai nyeri pada satu sisi saja? Ya, kondisi tersebut disebut dengan migrain .
ADVERTISEMENT
Dikutip dari kumparanSTYLE, ahli penyakit dalam asal Rumania, Magdalena Popa, menjelaskan bahwa migrain lebih sering dialami perempuan ketimbang laki-laki.
Hal ini karena hormon estrogen—sekelompok hormon yang berperan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan karakteristik seksual perempuan—lebih banyak dimiliki perempuan dibandingkan laki-laki.
Persentase perempuan yang mengalami migrain memang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Namun, ada beberapa kalangan perempuan yang lebih sering mengalami kondisi ini.
Untuk mengetahui selengkapnya, berikut ini kumparanWOMAN telah merangkum dari berbagai sumber mengenai lima kalangan perempuan yang rentan mengalami migrain.
Kalangan Perempuan yang Rentan Mengalami Migrain
1. Perempuan yang sedang menstruasi
Dilansir PubMed Central, salah satu kalangan perempuan yang rentan mengalami migrain adalah perempuan yang sedang mengalami masa menstruasi.
Menurut The International Classification of Headache Disorder edisi II (ICHD-II), migrain umumnya terjadi saat dua hari sebelum menstruasi atau tiga hari setelah menstruasi dimulai.
ADVERTISEMENT
Ahli saraf asal Nashville, Jan Lewis Brandes, menjelaskan hal ini terjadi karena naik turunnya kadar hormon estrogen secara alami. Saat kondisi ini terjadi, kadar migrain akan meningkat secara drastis.
2. Ibu hamil
Migrain bisa memburuk pada trimester pertama hingga ketiga selama masa kehamilan, tetapi biasanya akan membaik atau berhenti selama enam bulan terakhir.
Ibu hamil yang menderita migrain juga berisiko mengalami hipertensi gestasional atau tekanan darah tinggi yang hanya terjadi selama masa kehamilan, preeklamsia atau peningkatan tekanan darah dan kelebihan protein dalam urine yang terjadi setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu, serta komplikasi vaskular yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk stroke iskemik pada periode peripartum. Meski migrain tidak membahayakan janin, kondisi ini bisa membuat ibu hamil merasa tidak nyaman.
ADVERTISEMENT
3. Perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi
Kalangan perempuan yang rentan mengalami migrain selanjutnya adalah perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal, seperti pil kombinasi, pil progestin, patch atau koyo KB, dan cincin vagina. Migrain paling sering dialami oleh perempuan yang mengonsumsi pil kombinasi.
Merujuk American Migraine Foundation, ahli saraf dari New York, Huma Sheikh, menyebutkan bahwa dalam beberapa kasus, alat kontrasepsi dapat membuat perempuan berisiko mengalami stroke dan penyakit kardiovaskular—gangguan kesehatan pada jantung dan pembuluh darah—tergantung pada riwayat penyakitnya.
Alat kontrasepsi yang mengandung estrogen juga meningkatkan risiko penyakit deep vein thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam, yaitu penggumpalan darah yang terjadi di dalam pembuluh darah vena bagian dalam.
4. Menopause
Migrain biasanya semakin memburuk selama masa perimenopause atau masa transisi sebelum menopause, yaitu berakhirnya siklus menstruasi secara alami yang biasanya terjadi saat memasuki usia 45—55 tahun.
ADVERTISEMENT
Dilansir Mayo Clinic, hal ini terjadi karena naik turunnya kadar hormon estrogen secara tidak merata. Meski begitu, tingkat migrain justru akan menurun saat masa menopause.
Jika migrain yang dirasakan tak kunjung mereda, sebaiknya konsultasikan dengan dokter atau menggunakan terapi, seperti terapi penggantian hormon atau hormone replacement therapy (HRT).
5. Lansia
Thera Specs melansir, migrain mungkin merupakan hal yang paling sering dikeluhkan oleh perempuan lanjut usia atau lansia saat menginjak usia 60—65 tahun. Hal ini terjadi karena seiringnya perubahan reproduksi dari awal menstruasi, kehamilan, hingga menopause.
Meskipun migrain dapat mereda, perempuan lansia masih bisa mengalami gangguan migrain lainnya, seperti migrain aura tanpa sakit kepala atau disebut silent migraine.
Kondisi ini terjadi ketika pengidap merasakan aura atau gejala migrain yang lain, tapi tanpa diiringi sakit kepala. Pengidap silent migraine umumnya disertai dengan gangguan visual dan sensorik.
ADVERTISEMENT
Ladies, itulah lima kalangan perempuan yang dikategorikan rentan mengalami migrain. Apabila migrain yang kamu rasakan berkelanjutan, segera temui dokter dan konsultasikan cara pengobatannya.