Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
5 Putri Jepang yang Lepas Gelar Bangsawan Demi Nikahi Rakyat Jelata
23 November 2024 9:55 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Kekaisaran Jepang memiliki aturan sendiri soal pernikahan anggota keluarga dengan rakyat biasa. Menurut Undang-Undang tahun 1947 di Jepang, putri dari Kekaisaran Jepang harus menanggalkan gelar kebangsawanannya sekaligus keluar dari istana jika ingin menikah dengan rakyat jelata.
ADVERTISEMENT
Demi menaati peraturan tersebut, banyak putri Jepang yang rela meninggalkan gelar bangsawannya agar bisa menikahi kekasih hati mereka. Beberapa dari mereka bahkan menggelar pernikahan dengan sederhana, hingga tak mendapatkan hadiah dari keluarga Kekaisaran Jepang.
Kendati demikian, mereka dikabarkan tetap hidup bahagia bersama pasangan dan terus berkarya di berbagai bidang meski jauh dari keglamoran Kekaisaran Jepang. Siapa saja mereka?
1. Putri Mako
Mako Komuro atau yang dulu dikenal sebagai Putri Mako dari Akishino resmi meninggalkan Kekaisaran Jepang pada Oktober 2021. Anak pertama dari Putra Mahkota Fumihito dan Putri Mahkota Kiko itu memilih untuk menikahi seorang pria bernama Komuro yang bukan berasal dari keluarga bangsawan. Tapi, Komuro yang berprofesi sebagai pengacara itu sebenarnya sudah dikencani Mako sejak kuliah.
ADVERTISEMENT
Pernikahan mereka digelar secara sederhana tanpa upacara khusus, resepsi, atau ritual lainnya. Bahkan mereka juga tidak menerima hadiah pernikahan berupa uang dari keluarga kekaisaran. Dikutip dari Japan Times, kini Mako dan Komuro menetap di New York, Amerika Serikat dan menjalani kehidupan sebagai warga biasa.
2. Putri Noriko
Putri Noriko dari Takamado rela melepaskan gelar bangsawannya demi menikahi seorang pendeta bernama Kunimaro Senge pada 2014. Mereka pertama kali bertemu pada 2007, saat Noriko yang masih berstatus sebagai mahasiswi di Universitas Gakushuin yang berkunjung ke kuil tersebut.
Pertemuan mereka pun terus berlanjut dengan Kunimaro yang setia menemani Noriko dan menghabiskan waktu bersama untuk melihat burung dan menanam pohon setiap kali dia datang ke kuil. Di tempat itu pula Kunimaro menyatakan cinta pada Noriko. Keduanya pun memutuskan untuk menikah pada Oktober 2014 dan Noriko resmi melepas gelar bangsawannya.
ADVERTISEMENT
3. Putri Ayako
Putri Ayako merupakan anak ketiga dari mendiang Pangeran Takamado, sepupu Kaisar Akihito. Ayako menikah dengan kekasihnya, Kei Moriya, yang bekerja sebagai karyawan di perusahaan pelayanan Nippon Yusen pada tahun 2018. Berbeda dengan Mako, pernikahan Ayako dan Kei tetap berlangsung meriah dalam upacara adat khas Kekaisaran Jepang di Kuil Meiji, Tokyo.
Menariknya, kisah cinta Ayako dan Kei justru bermula dari pertemuan kedua orang tua mereka. Ibu dari Ayako, Putri Hisako yang awalnya memperkenalkan putrinya kepada Kei dengan tujuan agar Ayako lebih termotivasi dalam misinya untuk membela hak asasi manusia.
Tak disangka, pertemuan itu justru membuat keduanya saling jatuh cinta hingga akhirnya menikah. Tapi pernikahan itu membuat Ayako harus merelakan gelar bangsawannya dan hidup sebagai warga biasa.
ADVERTISEMENT
4. Putri Sayako
Yang Mulia Putri Sayako, anak perempuan satu-satunya dari Kaisar Akihito melepaskan gelar bangsawannya setelah memilih menikah dengan rakyat biasa pada 15 November 2005. Sayako menikah dengan Yoshiko Kuroda, seorang arsitek yang bekerja untuk pemerintah metropolitan Tokyo.
Kini perempuan yang dikenal dengan nama Sayako Kuroda dikabarkan hidup jauh dari keglamoran meski suaminya memiliki jabatan yang tinggi. Sehari-harinya Sayako bekerja sebagai pakar ornitologi atau ahli burung.
5. Putri Masako
Putri Masako dari Mikasa atau anak keempat dari mediang Pangeran Mikasa dan Putri Yuriko juga rela menanggalkan gelarnya sebagai putri untuk menikahi rakyat biasa. Masako memilih untuk menikah dengan seorang pria bernama Masayuki Sen atau Soshitsu Sen XVI, seorang master teh di Jepang pada 1983 silam.
ADVERTISEMENT
Setelah hidup sebagai warga biasa, Masako aktif dalam organisasi sukarelawan global untuk perempuan bernama Soroptimist International (SI). Ia juga sempat menjabat sebagai Presiden Klub SI Kyoto pada tahun 2006 dan 2016. Pada 2012, Masako terpilih sebagai Gubernur ke-14 Soroptimist International of the Americas (SIA) untuk wilayah Chuo Jepang. Kemudian pada 2018 Masako terpilih sebagai Ketua Soroptimist Japan Foundation.