Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Namun, secara umum, isu perempuan terasa belum banyak dibahas dalam industri film Indonesia. Masih ada lebih banyak film yang mengangkat hal-hal lain--yang dirasa menarik perhatian pasar--bila dibandingkan dengan film yang membahas mengenai isu-isu perempuan.
Hal ini disampaikan oleh Rachel Amanda, aktris sekaligus Youth Advisor UNFPA pada diskusi Media Darlings dalam forum perempuan, 'Summit on Girls', yang digelar di Balai Kartini, Jakarta, beberapa saat lalu. Aktris yang akrab disapa Amanda ini menjadi salah satu panelis dalam diskusi mengenai aneka masalah yang dihadapi perempuan dalam industri media saat ini.
Rachel Amanda berpendapat, film Indonesia yang mengangkat isu perempuan masihlah sedikit. Sekalipun ada yang membahas mengenai isu itu, tantangan yang dihadapi pun cukup besar.
ADVERTISEMENT
"Cukup sulit ketika kita mau mengangkat film atau cerita mengenai perempuan. Akhirnya, kebanyakan berangkat dari production house independen atau kecil yang hasilnya bagus sekali tapi masih kalah untuk dipasarkan," tutur Amanda.
Lebih jauh, aktris pemeran sinetron 'Candy' itu menjelaskan, ada film yang mulai merepresentasikan mengenai isu perempuan dengan baik. Misalnya, film 'Dua Garis Biru' dan 'Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak' yang sama-sama digarap oleh sutradara perempuan, yaitu Gina S. Noer dan Mouly Surya.
Akan tetapi, menurutnya, film seperti ini juga memiliki tantangannya sendiri. Misal, film 'Marlina' yang dinilainya baru mendapat perhatian lokal setelah sukses di kancah internasional.
"Banyak sekali film yang menyinggung isu perempuan dan baru diakui setelah mendapat pengakuan dari luar. Itu pun euforia dan jumlah penontonnya tentu tidak sebanyak film (lainnya)," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Amanda menaruh perhatian pada praktik di dalam industri perfilman itu sendiri. Ia menjelaskan, saat ini jumlah perempuan dalam industri perfilman lokal memang sudah meningkat. Tidak lagi didominasi oleh laki-laki, semakin banyak perempuan yang berkiprah dalam industri tersebut, baik sebagai sutradara, aktris, maupun kru balik layar.
Akan tetapi, bintang film 'Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini' itu menganggap, masih ada hal-hal yang perlu diperbaiki dalam industri itu. Amanda mencontohkan melalui cerita balik layar film 'Pinky Promise' yang didapatkannya dari penulis naskah sekaligus sutradara, Gina S. Noer.
Ia menuturkan, film itu sejatinya dibuat untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap isu kanker payudara. Namun, beberapa kru produksi justru melontarkan kalimat bernada melecehkan pada adegan tertentu.
ADVERTISEMENT
"Beberapa orang di kalangan produksi, terutama yang laki-laki, masih mengatakan (adegan mamografi itu) seksi. Kok tidak sopan, ya. Ini padahal sedang bercerita soal penyintas kanker," ujarnya.
Berbagai masalah ini dirasa menunjukkan bahwa masih ada jalan panjang yang harus dilalui oleh industri perfilman. Meski begitu, Amanda tidak sepenuhnya pesimis dengan industri itu. Ia masih menaruh harap kepada para pembuat film dan produser yang dinilainya pro pada isu perempuan. Ia juga menantikan karya-karya baru yang lebih mendidik dan mengangkat isu-isu perempuan .
"Mudah-mudahan, setelah ini lebih banyak konten berkualitas," pungkas Amanda.