Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Alasan Perempuan Ragu Pakai Menstrual Cup, Salah Satunya Stigma Keperawanan
9 Juni 2022 10:10 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Ladies, sebagian dari kamu mungkin sudah mengenal menstrual cup. Produk menstruasi yang satu ini makin populer karena semakin banyak perempuan yang mulai sadar bahwa siklus bulanannya menjadi salah satu penyumbang sampah plastik terbanyak.
ADVERTISEMENT
Menurut BBC Indonesia, 95 persen dari total perempuan usia produktif di Indonesia atau menurut BPS sekitar 80 juta orang pada tahun 2019, menggunakan pembalut sekali pakai setiap periode menstruasi. Nah, menstrual cup sendiri punya peran yang cukup penting untuk mengatasi isu ini. Sebab sekali beli, menstrual cup bisa dipakai hingga puluhan tahun. Jadi kita bisa menjalani menstruasi yang lebih ramah lingkungan.
Bagi yang sudah menggunakan, menstrual cup juga dianggap lebih nyaman karena bisa dipakai dalam segala aktivitas. Andrea Gunawan, Content Creator pemilik akun @catwomanizer sekaligus Co-Founder dari brand women's health, Filmore, mengatakan bahwa menstrual cup membuat aktivitasnya tidak terbatasi ketika sedang menstruasi.
"Aku suka diving tapi tidak mungkin kalau sedang diving dan menstruasi aku pakai pembalut. Nanti bisa jadi berantakan. Untuk itu aku pakai menstrual cup... Buat aku menstrual cup ini sangat life changing karena aku bisa ngapain aja tanpa merasa terganggu," ungkap Andrea dalam program Ladies Talk kumparanWOMAN: Peran Perempuan Hadirkan Perubahan Terkait Isu Menstruasi.
ADVERTISEMENT
Tapi sayangnya, di Indonesia sendiri menstrual cup masih jadi hal yang asing. Kebanyakan dari kita di Indonesia mungkin masih ragu karena proses pemakaiannya harus memasukkan benda ke dalam vagina.
Namun selain itu, hal penting lainnya yang mungkin membuat perempuan masih tidak yakin dengan menstrual cup adalah pandangan kalau produk ini ada kaitannya dengan rusaknya selaput dara perempuan. Menurut Andrea, poin ini jadi penting karena di negara kita ini, robeknya selaput dara bisa jadi penanda kalau seorang perempuan telah kehilangan keperawanan.
Ia pun melanjutkan, "Saya tidak tahu mengapa nilai diri kita itu ditempatkan pada selaput dara, padahal keduanya sama sekali tidak berhubungan."
Menurut Andrea, pandangan ini juga menjadi tantangan bagi dirinya dalam mempromosikan produk menstrual cup. Sebab ia dan rekannya tidak bisa memaksa karena pandangan tersebut bersifat personal.
ADVERTISEMENT
"Memang ini jadi salah satu tantangan, mengedukasi bahwa menggunakan menstrual cup itu aman. Hanya saja, semua kembali pada nilai dan kepercayaan dari masing-masing perempuan, mereka nyamannya pakai apa saat menstruasi. Karena kalau kita sudah mengedukasi tapi mereka punya nilai-nilai sendiri, ya, tidak apa-apa," tutup Andrea.