CEO Suzy Hutomo Kenang Momen The Body Shop Indonesia saat Pertama Dibuka

3 April 2024 19:22 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemilik dan pimpinan The body shop Indonesia, Suzy Hutomo di acara summit on girls di Balai Kartini, Jakarta.  Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pemilik dan pimpinan The body shop Indonesia, Suzy Hutomo di acara summit on girls di Balai Kartini, Jakarta. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
The Body Shop, brand kecantikan vegan ternama, belakangan ini menjadi perbincangan. Sebab, seluruh gerai fisik The Body Shop di Amerika Serikat tutup dan brand ini dirumorkan bangkrut. Namun, CEO The Body Shop Indonesia Suzy Hutomo menegaskan, The Body Shop akan terus beroperasi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Bahkan, menurut Suzy, The Body Shop Indonesia—yang berada di bawah Global Head Franchise—berada dalam kondisi yang baik-baik saja. Berbagai inovasi baru hingga gerai-gerai baru pun dibuka, menarik perhatian dan menjangkau lebih banyak beauty junkie alias pencinta produk-produk kecantikan di Indonesia.
The Body Shop sendiri buka di Indonesia pertama kali pada 1992 silam. Brand yang didirikan oleh aktivis Anita Roddick di Inggris ini sudah berjaya di Tanah Air selama 32 tahun. Kepada kumparanWOMAN, Suzy Hutomo pun menceritakan momen-momen awal dirinya memutuskan untuk membawa The Body Shop ke Indonesia.
CEO The Body Shop Suzy Hutomo (kiri) di Media Gathering The Body Shop Indonesia di Pondok Indah Mall 1, Jakarta Selatan, Kamis (28/3/3034). Foto: Dok. The Body Shop

Tertarik karena unik, berlanjut karena prinsip

Perkenalan pertama Suzy dengan The Body Shop dimulai dengan perjalanan Suzy ketika menimba ilmu di luar negeri. Ia bercerita, setiap kali ia terbang ke New York City, tempatnya berkuliah, ia harus transit di London, Inggris. Kota inilah yang menjadi “mak comblang” Suzy dengan The Body Shop.
ADVERTISEMENT
Suzy mengatakan, awalnya ia penasaran dengan gerai The Body Shop yang terlihat unik dan aneh dari luar; bangunan berwarna hijau, terkesan remang, lengkap dengan poster-poster bertuliskan, “Save the Whale” alias “Selamatkan Paus”. Awalnya, ia mengira tempat itu adalah pusat informasi atau toko yang menjual barang-barang lifestyle. Tak ia sangka, ternyata The Body Shop menawarkan produk-produk kecantikan.
Prinsip dan aktivisme yang dibawa oleh The Body Shop sejak awal pendiriannya pada 1976 masih sama, yaitu penolakan terhadap animal testing. Pengujian produk pada hewan, atau animal testing, dianggap tidak etis dan sangat menyakiti hewan. Ternyata, semangat yang sama juga dimiliki oleh Suzy. Kesamaan prinsip inilah yang akhirnya membuat Suzy jatuh cinta. Ia pun mulai memakai produk-produk kecantikan yang ditawarkan oleh The Body Shop.
ADVERTISEMENT
“(Animal testing) itu tidak etis untuk beauty. Why should animals suffer for your beauty? Your conscience is not clear. Dari situ, jadi saya sangat tertarik dengan brand ini karena saya sendiri memang sudah menjadi environmentalist dari masa itu. Saya suka menyelamatkan hewan, saya memang pencinta alam. Saya sangat senang dengan aktivisme The Body Shop,” ungkap Suzy kepada kumparanWOMAN beberapa waktu lalu.
Pemilik dan pimpinan The body shop Indonesia, Suzy Hutomo di acara summit on girls di Balai Kartini, Jakarta. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan

Memboyong The Body Shop ke Indonesia

Setelah menjadi pengguna produk The Body Shop, apa lagi yang Suzy lakukan? Ya, memboyongnya ke Indonesia. Namun, di awal tahun ‘90-an, membawa brand tersebut ke Tanah Air tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan.
“Kebetulan saat itu saya ditugaskan untuk mencari tenant untuk sebuah gedung. Saya kemudian menulis ke The Body Shop, keren, dong, kalau masuk jadi tenant. Lalu, agen The Body Shop di Singapura pun membalas dan dia bilang, ‘Baik, saya akan ke Indonesia untuk bertemu dengan Anda,’” kenang Suzy.
ADVERTISEMENT
Tanpa disangka-sangka, Suzy—yang awalnya hanya berniat untuk mengajak The Body Shop untuk membuka gerai di Indonesia—justru ditawari kesempatan franchise The Body Shop. Bermodalkan tekad bulat, Suzy dan suaminya mendaftar franchise brand asal Inggris tersebut. Wawancara hingga pertanyaan kuesioner yang sulit pun berhasil Suzy lalui.
“Sebelum di-approve, kita harus isi kuesioner dari Anita Roddick. ‘If money wasn't an object then how would you like to change the world?’ itu adalah salah satu pertanyaan yang ditanyakan,” ucap Suzy. Ya, Suzy mengatakan, untuk bisa bermitra dengan The Body Shop, Anita Roddick menginginkan seseorang yang memiliki satu tujuan dan prinsip dengannya.
CEO The Body Shop Suzy Hutomo (tengah) di Media Gathering The Body Shop Indonesia di Pondok Indah Mall 1, Jakarta Selatan, Kamis (28/3/3034). Foto: Dok. The Body Shop
“Lalu, datanglah board member dari Belanda. Datangnya, tuh, pakai safari dan backpack. Dia bilang, ‘Ya, saya sudah sering ke Indonesia. Saya mau ke Ragunan, ada badak sedang mengandung, sangat langka itu. Let’s go to Ragunan.’” imbuh Suzy.
ADVERTISEMENT
Perbincangan di Ragunan tersebut pun membuahkan hasil yang manis. Suzy berhasil mengalahkan 60 orang Indonesia lainnya yang pernah mengajukan permohonan franchise The Body Shop.
Gerai pertama brand kecantikan yang sustainable ini akhirnya dibuka di Pondok Indah Mall pada 1992 silam. Selang 32 tahun kemudian, tepatnya pada 2024, The Body Shop masih menjadi salah satu brand kecantikan yang sangat diminati di Tanah Air. Jumlah gerai The Body Shop pun mencapai 138 gerai di seluruh Indonesia.
Brand kecantikan ini tidak hanya menawarkan produk-produk dengan bahan yang diklaim 100 persen vegan, tetapi juga mengampanyekan isu-isu sosial yang penting untuk diangkat di masa sekarang. Isu-isu itu meliputi sustainability, pemberdayaan perempuan, bantuan untuk Palestina, hingga isu sosial seperti kekerasan berbasis gender.
Pemilik dan pimpinan The body shop Indonesia, Suzy Hutomo di acara summit on girls di Balai Kartini, Jakarta. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
The first thing itu, ‘Be bold, be brave.’ Kita memiliki integritas, keberanian, apa yang baik untukmu, kami tidak ingin memberikan kompromi. Kita ingin membawa kebaikan ke dunia, dan kita juga ingin konsumen kita menjadi konsumen yang cerdas,” jelas Suzy.
ADVERTISEMENT
“Kita masih menggalang dana untuk Palestina. Keberlanjutan, tentu saja. Kita harus mindful bahwa kita tidak merusak bumi kita. Kita tahu, tidak mungkin kita tidak memberikan dampak buruk (pada lingkungan). Namun, bagaimana caranya kita meminimalisir dampaknya?” tegasnya.