Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
“Buka PO jastip Bangkok, yang mau chat aja ya!”
Kalimat di atas mungkin sudah jadi ungkapan yang tak asing lagi bagi kita. Biasanya kalimat serupa ini berseliweran di media sosial, seperti Instagram, maupun di aplikasi pesan seperti Whatsapp. Banyak sahabat, teman, atau kerabat yang hendak bepergian ke suatu tempat khususnya luar negeri, menawarkan diri untuk membuka peluang bisnis dadakan berupa bisnis jastip --atau jasa titip.
ADVERTISEMENT
Seperti juga kebiasaan meminta atau membawakan oleh-oleh, kegiatan titip-menitip sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia sejak lama. Namun jika dulu menitipkan sesuatu atau membawakan titipan seseorang dilakukan dengan sukarela alias tanpa imbalan jasa, saat ini kegiatan tersebut menjadi sebuah ladang bisnis baru yang menggiurkan.
Jika Anda ingin menitipkan sesuatu kepada teman yang sedang berada di luar kota atau luar negeri, maka Anda harus membayar biaya jasa titipan tersebut. Maka kemudian populerlah istilah ‘Jastip’ yang merupakan singkatan dari Jasa Titipan.
Saking populernya, jika Anda mengetik kata ‘jastip’ di kolom pencarian Instagram, maka puluhan-ratusan nama akun-akun jastip akan berjejer dengan ‘pitch’ username yang unik-unik. Tak tanggung-tanggung, akun-akun jastip ini ada yang memiliki followers hingga ratusan ribu. Namun ada juga yang masih puluhan ribu atau masih ratusan saja.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah akun jastip Instagram @nitip.dikita. Akun jastip ini memiliki jumlah followers 11,2 ribu dan dikelola oleh seorang ibu muda bernama Ana Azahra (25).
Dimulai sejak akhir Desember 2018 lalu, Ana mengelola usaha jastip besama kakak dan seorang temannya yang gemar traveling.
Mereka menerima jasa titipan dari negara-negara Asia seperti Thailand, Malaysia, Singapura dan Jepang. Namun kadang-kadang, Ana juga membuka destinasi spesial seperti Amerika Serikat, Australia dan Inggris. Dalam satu perjalanan jastip ke luar negeri, Ana bisa menerima puluhan barang titipan dengan berat bagasi yang mencapai 60 kilogram lebih.
Dengan bisnis yang baru berusia tujuh bulan namun sudah memiliki pengikut lebih dari sepuluh ribu ini, apakah bisnis yang dijalankan Ana dapat memberi keuntungan yang besar dan memiliki masa depan yang menjanjikan?
ADVERTISEMENT
Menjawab rasa penasaran kumparanWOMAN, beberapa waktu lalu, kami pun berkesempatan untuk bertemu langsung dengan ibu satu anak ini di kediamannya di daerah Kemang Timur, Jakarta Selatan. Kepada kami, Ana berbagi pengalamannya saat pertama kali membuka bisnis jastip, cerita unik yang tak terlupakan saat berbisnis jastip, hingga keuntungan yang ia dapatkan dari bisnis ini. Ingin tahu lebih lanjut lagi? Yuk, simak penuturan Ana Azahra di bawah ini.
Kapan dan bagaimana cerita Ana ikut terjun untuk berbisnis jastip ini?
Bisnis Jasa Titip ini sudah saya dirikan sejak akhir Desember 2018 lalu, jadi alhamdulillah, sampai sekarang sudah berjalan sekitar enam-tujuh bulan.
Awal mula saya dirikan ini sebenarnya karena dulu saya nggak tahu mau ngapain, seperti tidak ada kegiatan. Saya sebenarnya lulusan hukum S1. Begitu lulus kuliah, saya langsung menikah dan punya anak. Sebagai ibu rumah tangga, saya cari kegiatan yang nggak perlu membuat saya jauh dari anak. Saat itu, saya hubungi kakak saya dan ajak untuk bisnis jastip ini. Saya bilang sama kakak, bahwa bisnis jastip ini sedang ‘happening’. Akhirnya, kita mulai sejak Desember tahun lalu, bareng dengan kakak saya dan temannya yang hobi traveling.
ADVERTISEMENT
Jujur, awal mula buka jastip ini susah banget. Karena masih baru juga, kami belum paham dengan pasar dan cara menjualnya. Akhirnya, kami minta tolong sama teman-teman untuk bantu promosi di Instagram Story mereka. Saya juga kebetulan punya beberapa teman selebgram. Alhamdulillah, sampai sekarang, followers kami naik terus. Mulai banyak orang yang berminat dan percaya dengan jasa kami. Saya juga sangat rajin posting di Instagram. Memang salah satu kuncinya juga itu, kami mesti aktif di Instagram jastip tersebut.
Apakah sebelumnya Ana punya bisnis lain? Apa yang membuat Ana yakin untuk serius berbisnis jastip?
Sebelum bisnis jastip, saya punya usaha online juga. Saya mikir, bisnis jastip ini punya peluang yang besar asalkan nggak malas. Peluang ini akan besar jika kita usaha, selalu informatif, menjual barang yang diinginkan pasar, rajin posting, dan aktif dengan followers. Dengan begitu, pelanggan pun akan percaya.
ADVERTISEMENT
Menurut Ana, mengapa banyak orang yang ramai melakukan bisnis jastip?
Mungkin karena orang-orang zaman sekarang itu lebih, apa ya, lebih ‘online’ istilahnya. Dan mungkin, lebih malas juga kali ya? Maunya langsung siap datang. Ya seperti jastip ini, barang yang diinginkan langsung datang ke rumah. Itu sih yang saya rasa kenapa jastip ini populer, karena peluang pasarnya juga besar. Kasarnya, pelanggan hanya perlu bayar lebih, nggak perlu jauh-jauh datang, nggak perlu capek mencari, dan barang langsung sampai ke rumah. Lebih simpel untuk pelanggan.
Sudah berapa negara yang dikunjungi khusus untuk jastip ini dan bagaimana frekuensi belanjanya?
Untuk trip sendiri, setiap bulannya kami pasti ada yang ke luar negeri. Kalau untuk negaranya mungkin sudah delapan ya, kebanyakan negara Asia seperti Thailand, Malaysia, Singapura, dan Jepang. Dengan partner yang hobi traveling ini, kami juga pernah buka destinasi spesial seperti ke Amerika Serikat, Australia, dan Inggris.
ADVERTISEMENT
Apa barang termahal yang pernah dititip oleh pelanggan kepada Ana?
Barang paling mahal yang pernah dititip waktu itu adalah tas Louis Vuitton seharga Rp 20 juta, waktu ke Singapura. Kalau barang mahal seperti itu sebenarnya agak ribet bawanya karena harus dipakai dan dibawa langsung, supaya tidak tertindih-tindih di dalam koper. Makanya dari situ, saya nggak buka jastip tas high-end lagi karena repot bawanya.
Pernah minta dititipi barang yang aneh?
Pelanggan yang menitip barang aneh itu sebenarnya banyak, sih. Terkadang, menurut saya itu selain aneh, juga nggak penting, tapi ada saja orang yang minat dan ingin titip. Contohnya, kantong plastik ‘lucu’. Waktu itu saya cari di Singapura di toko pernak-pernik, dan itu beneran bentuknya seperti kantong plastik saja, bukan handbag. Memang sih, itu tas plastiknya banyak gambar-gambar. Saya rasa itu di Indonesia juga sebenarnya ada, Tapi karena pelanggan titip, ya saya belikan saja.
ADVERTISEMENT
Banyak barang-barang lain yang saya saja nggak kepikiran. Pernah ada yang minta dibelikan cotton-bud, hansaplast, obat, dan lainnya. Kadang saya dan teman-teman jastip yang suka bareng trip bertanya-tanya, ini kita seperti jual barang farmasi dari apotek-apotek.
Apakah Ana menentukan sendiri barang yang boleh dititipkan atau pelanggan bebas menitip apapun? Dan bagaimana untuk proses pembayarannya?
Sebenarnya kami yang menentukan. Tapi tergantung kondisi juga, kalau misal banyak yang meminta barang tertentu yang belum kami tawarkan, saya akan buka request khusus.
Kalau proses pembayaran, pelanggan mesti transfer sebelum saya belanja. Terkadang saya talangin dulu, karena suka kasihan sama pelanggan yang belum sempat transfer, tapi kami sudah ada di toko. Jadi ya nggak apa-apa saya beliin dulu. Tapi pernah juga merasakan, sudah saya belikan, eh pelanggannya malah hilang nggak bayar. Akhirnya barang itu kami jual jadi barang ready stock.
ADVERTISEMENT
Ada juga cerita lucu pelanggan yang mau titip beli suatu barang, tapi dia maunya pembayaran lewat kartu kredit. Dia maksa saya untuk buka akun di salah satu e-commerce supaya dia bisa bayar pakai kartu kredit. Cuma jujur, saya nggak ngerti caranya, saya juga ada kesibukan lain, dan itu makan waktu. Sampai menelpon berkali-kali untuk permohonan ini, tapi ya saya diamkan saja.
Jastip ini membutuhkan waktu luang yang begitu besar, seperti mencari barang-barang yang diinginkan oleh pelanggan. Bagaimana mengatur semua itu?
Senang saja sih sebenarnya. Seru yah. Tujuan ke luar negeri itu sendiri kan memang untuk jastip. Saya biasanya bawa dua koper yang memang super-duper-gede. Satunya itu 30 kg, ditambah travel cabin. Dan kalau misalnya masih kurang, tinggal saya tambah. Kami pernah sempat overweight, dan nggak masalah, langsung kami bayar pakai uang jastip itu. Jadi ya nggak akan rugi, karena di dalam koper tersebut juga kan banyak barang jastip.
ADVERTISEMENT
Bagaimana proses Ana melakukan bisnis jastip ini? Apakah membutuhkan riset terlebih dahulu sebelum mendatangi suatu negara?
Pertama, saya pasti cari tahu dulu apa saja nih yang lagi hits dan diminati, terus saya tawarkan ke pelanggan lewat unggahan Instagram dulu. Contohnya kaya kemarin yang pameran BBW (Big Bad Wolf), saya sempat buka juga karena memang lagi diminati. Terkadang, yang menurut saya nggak lucu dan nggak penting, itu ada saja yang mau. Kalau untuk tahu tren sih saya sering pantau Instagram saja, apa yang lagi hits dan barang-barang lucu unik yang banyak dicari.
Untuk luar negeri sendiri, biasanya saya riset dulu negara tersebut. Apa yang sedang ramai di negara yang mau saya kunjungi ini. Kami cari barangnya, dan sekalian kami cari juga tempatnya. Baru deh kami foto-fotoin barangnya. Biasanya kami luangkan waktu setengah hari khusus untuk belanja barang yang sudah di foto. Kadang kami juga buat live shopping untuk tempat yang jauh-jauh.
ADVERTISEMENT
Biasanya, kalau orang jualan itu kan hanya kasih gambar dan ditulis ‘dm for price’. Kalau saya, nggak mau kaya gitu. Saya biasanya langsung upload beserta harganya. Selain hemat waktu, saya juga takut lupa dengan harga-harga aslinya.
Selain harga, saya juga cantumkan kapan barang ini akan sampai di Indonesia, dan pre-order dari negara mana. Nanti, pelanggan tinggal kirim foto barang yang sudah saya upload, sambil mencantumkan format order.
Kalau sudah di Indonesia, baru saya hitung-hitung dengan ongkirnya. Biasanya saya kirim pakai Go-Send, Paxel, atau ekspedisi. Tergantung pelanggannya ada di daerah mana.
Dari daerah mana saja yang pernah menggunakan jasa titip Ana?
Banyak sih ya. Cuma kalau yang paling sering order itu biasanya dari Jakarta, Kalimantan, dan Makassar.
Pernahkah ada pengalaman menarik dan tak terlupakan saat Ana melakukan bisnis jastip ini?
ADVERTISEMENT
Sering. Salah satunya waktu saya kemarin trip ke Singapura. Saya bawa bayi, tapi saya buka jasa titip juga. Bisa dibayangkan, anak saya waktu itu masih 7 bulan, jadi dia masih susah beradaptasi.
Nah, ada satu pelanggan yang minta banyak dicarikan barang-barang. Saat mau pembayaran, saya sampai tanya: ‘Ini yakin ya? Sudah sure dengan barangnya? Sudah fix? Saya totalkan ya’, eh taunya pelanggan nggak jadi. Ya saya juga nggak bisa marah, harus tetap nice. Karena saya berpikir positif aja, dia nggak jadi titip sekarang, tapi bisa saja titip di masa depan. Mau gimana pun, dia adalah pembeli.
Pernah juga waktu itu hari terakhir di Singapura, saya mau beli titipan jastip di Watson Singapura. Chat banyak yang masuk, tapi anak saya nangis-nangis kejer mau minta susu. Saya bingung, kan. Akhirnya, saya biarkan dia merangkak di Watson sewaktu saya cari barang jastip ini. Saya biarkan anak main asik sendiri dengan orang-orang sekitar. Soalnya ini hari terakhir, dan mau nggak mau saya memang harus penuhi amanah pelanggan. Stroller dia saya isi dengan barang-barang jastip. Bukan karena apa-apa, saya nggak kuat bawa barang-barang jastip karena banyak yang titip. Stroller isi barang, anaknya nggak ada. Kayak, mending saya gendong anak saya sendiri daripada gendong barang jastipan. Nggak peduli deh itu orang-orang mikir saya gimana, ha...ha...ha. Kalau ingat-ingat itu kocak banget sebenarnya.
Terus sewaktu pulang, suami langsung bilang, lain kali kalau jastip nggak usah dibawa bayinya. Kasian kan, masa karena jastip anak jadi terlantar.
ADVERTISEMENT
Dari pengalaman Ana, apakah jastip ini benar-benar peluang bisnis yang menjanjikan? Seperti apa keuntungan yang didapat selama ini?
Kalau dibilang menjanjikan, sepertinya masih terlalu panjang ya. Kalau saya sudah punya tim banyak, menurut saya itu baru bisa dibilang menjanjikan. Karena sejujurnya, untuk menebak-nebak kebutuhan setiap orang itu susah.
Kami tidak ambil untung yang besar-besaran, yang penting orang tahu saja dulu kami siapa. Pendapatan jastip perbulan itu, kotornya sekitar Rp 30 juta, karena belum dipotong dengan tiket, hotel, dan makan. Kalau bicara bersih, mungkin sekitar Rp 20 juta kali ya. Belum banyak kok, tapi yang penting kami tetap konsisten dan dilakukan secara konstan.
Kadang omzet itu datangnya nggak perbulan, tapi bisa per-minggu, per-dua minggu. Hasilnya ya sama sekitar Rp 30 jutaan juga.
ADVERTISEMENT
Orang mungkin anggap karena kami sudah banyak kirim ke pelanggan, otomatis berpikir untungnya langsung besar. Tapi sebenarnya belum sampai di situ. Alhamdulillah, pelanggan kami sudah banyak. Cuma kami tidak mau mematok harga terlalu tinggi. Saya mementingkan kualitas dan bagaimana caranya agar orang-orang kenal kami terlebih dahulu.
Bagaimana dengan modal? Apakah Ana memerlukan modal untuk memulai jastip ini?
Modal awal ya tiket saja, sekalian modal untuk jalan-jalan. Karena saya sistemnya transfer dulu baru dibelikan, hanya kadang-kadang saja menalangi pelanggan. Sebenarnya, terkadang nggak perlu modal juga sih, karena kalau bukan saya yang pergi, saya juga sering nitip dengan partner yang suka travel. Pembagiannya sama rata, jastip juga sama rata. Kami tim dan sama-sama capek. Di sini misalnya, saya sebagai admin, harus cek transfer, dan lainnya. Cuma untuk pengeluaran, ya kami kasih ongkos ke partner biaya dia di sana berapa. Tapi untuk akhirnya, selalu dibagi rata.
ADVERTISEMENT
Menurut Ana, bagaimana bisnis jastip ini kedepannya? Apakah akan terus diminati masyarakat Indonesia?
Sejujurnya saya nggak tau kepopuleran jastip ini akan sampai kapan. Apakah ini akan everlasting? Nggak tau juga ya. Tapi menurut saya, selama orang-orang punya ketertarikan untuk bisa mendapatkan hal dengan mudah, ya pastinya akan terus relevan. Contoh simpel, seperti kita pesan Go-food aja, itu kan sebenarnya kita juga titip dibelikan, kan.
Masyarakat sekarang sudah terbiasa dengan hal-hal yang dibelikan orang lain, lalu dengan mudah sampai ke rumah.
Sampai kapan kira-kira Ana akan fokus untuk berbisnis jastip ini?
Sampai kapan? Saya nggak pernah kepikiran sampai kapan, sih. Tapi untuk sekarang, ini adalah kegiatan yang saya merasa fun banget melakukannya. Jadi saya belum berpikir untuk menyelesaikan ini. Saya harap ini berlangsung lama dan semakin besar.
ADVERTISEMENT
Apa tips yang bisa Ana berikan untuk menjadi penyedia jastip handal dan sukses?
Tips untuk sukses berbisnis jastip menurut saya ada tiga, yaitu kita mesti informatif, kreatif, dan sopan. Sopan itu maksudnya sama customer, ya. Karena kita harus ikhlas menjelaskan dan mengayomi mereka saat memberikan informasi-informasi.
Kita juga harus cepat tanggap. Cepat mencari peluang-peluang yang sedang diminati masyarakat. Jangan lupa untuk kreatif. Cari barang-barang aneh yang bisa membuat pelanggan berpikir untuk membeli barang tersebut. Teruslah berinovatif, supaya mau memakai jasa kita untuk kedua kali dan seterusnya.
Jangan emosional. Meski pelanggan itu mau beli atau tidak, yang penting harus sabar. Moto saya, pelanggan yang nggak jadi beli itu akan jadi pelanggan di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
****
Baca tulisan lainnya seputar seluk beluk bisnis jastip di topik Jastip dong, Sis dan Bisnis Jastip