Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Dampak Gaya Hidup Perempuan Terhadap Masalah Lingkungan & Cara Mengatasinya
8 April 2022 13:01 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Ladies, gaya hidup perempuan ternyata berpengaruh terhadap masalah lingkungan. Perempuan banyak menggunakan skincare, makeup, pembalut, dan lainnya, yang mengakibatkan banyak sampah yang tidak bisa didaur ulang.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga dibahas dalam acara Women's Week 2022 persembahan kumparanWOMAN, dengan mengundang tiga narasumber: Head of Programmes UN Women Indonesia, Dwi Yuliawati Faiz; CEO & Co-Founder of Perfect Fit, Tungga Dewi; dan Communications and Sustainability Manager H&M Indonesia, Karina Soegarda.
Pada virtual conference tersebut, Tungga mengatakan bahwa dampak dari gaya hidup perempuan terhadap lingkungan adalah penggunaan produk menstruasi.
Menurutnya, setiap tahun, perempuan menyumbang sampah dalam jumlah sangat besar. Sampah pembalut yang dibuang oleh puluhan juta perempuan usia produktif Indonesia bisa mencapai hingga delapan miliar tiap tahunnya.
“Yang menjadi masalah, ini pembalut hanya sekali pakai adalah sampah residu yang tidak bisa didaur ulang karena mengandung 90 persen plastik dan tidak bisa terurai sampai ratusan tahun, dan akhirnya jadi mikroplastik,” ungkap Tungga.
ADVERTISEMENT
Permasalahan ini pula yang mendorong Tungga untuk meluncurkan produk terkait menstruasi yang ramah lingkungan lewat brand-nya, Perfect Fit.
Dalam kesempatan yang sama, Karina juga berpendapat tentang persoalan gaya hidup perempuan yang berdampak pada lingkungan. Dalam segi fashion, salah satunya adalah sampah pakaian yang sudah tidak digunakan.
Karina mengatakan bahwa perempuan punya peran penting dalam keluarga di bidang fashion, seperti membeli baju untuk keluarga. Karena itu, menurutnya, penggunaan produk yang berkelanjutan atau sustainable juga bisa dimulai dari perempuan untuk mengurangi permasalah lingkungan.
“Yang dilakukan ibu kita, nenek kita, orang tua dari zaman dahulu, contohnya baju kaos kita tiba-tiba jadi lap meja? Ini adalah salah satu contoh yang harus diikuti. Kita sering mendengar reduce reuse recycle. Bukan cuma plastik, tetapi ini bisa dilakukan di baju-baju,” ujar Karina.
ADVERTISEMENT
Tak hanya sampai di situ, Dwi juga menyampaikan dampak perubahan iklim terhadap perempuan.
“Biasanya perempuan yang ada di lokasi tertentu terdampak lebih besar dibandingkan laki-laki. Dalam studi oleh beberapa lembaga UN, waktu yang dibutuhkan perempuan untuk mengambil kayu bakar atau kayu api dan mengambil air itu semakin panjang tiap tahunnya. Ini dampak dari perubahan iklim,” ungkap Dwi.
Dwi mengatakan bahwa perempuan ditugaskan untuk mengambil kayu api dan air karena adanya konsep peran yang tradisional. Akibat, banyaknya waktu yang terambil karena pekerjaan ini, waktu bagi perempuan untuk menjadi produktif dan mengembangkan diri menjadi semakin berkurang.
Setelah menjabarkan permasalah lingkungan yang timbul dari gaya hidup perempuan, masing-masing narasumber setuju bahwa perempuan bisa mengambil langkah-langkah untuk menciptakan dunia berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Menurut Tungga, perempuan bisa memulainya dengan menyadari bahwa perempuan punya andil besar dalam sustainability, kemudian berlanjut dengan action, dan diakhiri dengan sharing soal gaya hidup berkelanjutan.
Karina juga menekankan pentingnya untuk memulai segala sesuatu dari hal-hal kecil di sekitar. Hal ini bisa dijalankan secara konsisten, Ladies.
---
Simak artikel menarik lainnya dalam rangkaian program Women's Week pada topik Women's Week 2022 .
Penulis: Nadya Zahira