Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kesetaraan Gender Berhubungan Erat dengan Climate Change, Ini Penjelasannya
7 April 2022 10:01 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Sebagai bagian dari perayaan Hari Perempuan Internasional, kumparanWOMAN menggelar Women's Week 2022 pada Kamis, 31 Maret 2022. Salah satu rangkaian acara yang ada di dalamnya adalah virtual conference bertajuk Women & Sustainability: Aksi Perempuan untuk Gaya Hidup Berkelanjutan. Head of Programmes UN Women Indonesia, Dwi Yuliawati Faiz hadir menjadi narasumber yang membahas kaitan antara kesetaraan gender dengan climate change atau perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya kalau kita membicarakan pembangunan yang berkelanjutan, mengingatkan kita bahwa sebagai manusia saling terkoneksi. Pertama adalah kita harus sadari satu dimensi dari sustainable development adalah climate change atau climate crisis," ujar Dwi.
Dwi menjelaskan bahwa fenomena climate change akan memberikan dampak yang tidak setara terhadap perempuan dan laki-laki. Seperti hasil studi yang dilakukan oleh beberapa lembaga PBB sejak tahun 2010 menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan perempuan di pedesaan untuk mengambil kayu api atau kayu bakar itu semakin panjang setiap tahunnya.
"Ini adalah impact dari climate change yang menyebabkan ketidaksetaraan gender. Dalam hal ini yang ditugasi untuk mengambil kayu api dan air selalu perempuan. Karena traditional rolenya perempuan adalah melakukan hal-hal itu sehingga akan menyebabkan dampak yang tidak setara," papar Dwi.
ADVERTISEMENT
"Perempuan yang miskin waktu tentunya tidak punya banyak waktu untuk meningkatkan kapasitas dirinya. Bayangkan kalau anak perempuan harus mengambil air 30 sampai 40 menit dua kali setiap harinya, dia punya kekurangan waktu untuk belajar dan lain sebagainya. Nah kita harus menyadari dimensi bahwa climate change itu mengakibatkan ketidaksetaraan dan menambah buruk ketidaksetaraan yang sudah ada selama ini," sambung Dwi lagi.
Selain melihat perempuan dalam situasi rentan terdampak dari climate change, Dwi juga mengatakan bahwa perempuan memiliki potensi kepemimpinan untuk membawa perubahan. Biasanya perubahan tersebut dialami berdasarkan dari pengalaman hidupnya.
"Ada pejuang-pejuang climate change dari Indonesia yang tinggal di pedesaan karena mereka mengalami langsung bagaimana climate change itu mengubah hidup dan peri kehidupan perempuan di komunitasnya," pungkas Dwi.
ADVERTISEMENT
Simak artikel menarik lainnya dalam rangkaian program Women's Week pada topik Women's Week 2022 .