Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Kisah Intan Khasanah: Kanker Darah Bukan Penghalang Berkarya & Raih Mimpi
5 November 2022 15:02 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Ladies, kanker merupakan salah satu penyakit ganas yang paling banyak diidap oleh masyarakat. Berdasarkan data Globocan 2020, total kasus kanker di Indonesia mencapai 396.914 kasus dan total kematian sebesar 234.511 kasus.
ADVERTISEMENT
Di antara banyaknya pasien kanker yang memiliki harapan hidup rendah, ada beberapa yang optimis sembuh. Intan Khasanah, contohnya, yang merupakan pejuang kanker darah.
Ketika bincang-bincang bersama kumparanWOMAN di program Ladies Talk , Intan menceritakan awal mula terdiagnosis kanker darah hingga akhirnya bisa bertahan.
Cerita awal Intan terdiagnosis kanker darah
Intan merasakan gejala awal di tahun 2014. Pada saat itu, Intan menyadari adanya benjolan di salah satu bagian tubuhnya. Ia pun memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter dan dikatakan bahwa mengalami tuberkulosis (TBC) hingga harus mengonsumsi obat-obatan.
“Di tahun 2014, pertama kali ada benjolan, aku tuh dapat salah diagnosa. Dibilangnya aku tuh TBC. Aku udah cek dengan prosedur yang sesuai, itu datang ke dokter spesialis penyakit dalam, dibiopsi juga keluar hasilnya, katanya itu TBC,” kata Intan.
ADVERTISEMENT
Intan pun tidak meragukan keterangan dokter tersebut. Sebab, ia telah melakukan serangkaian prosedur pemeriksaan yang dianjurkan. Selain itu, dokter dan rumah sakit yang didatangi juga cukup ternama.
“Singkat cerita, pas bulan kedelapan, ketika dicek lagi kenapa aku merasa semakin berat, ya, nafasku, biasanya aku enggak capek, ini kenapa capek. Abis itu benjolannya awalnya kecil sebesar kelereng di kanan, tiba-tiba gede banget, jadi kayak Spongebob gitu kepala aku,” papar Intan.
Kemudian, ia melakukan pemeriksaan lanjutan hingga kondisinya terus menurun. Intan sempat masuk ICU bahkan mengalami koma selama beberapa jam. Intan pun semakin bertanya-tanya mengenai penyakit yang dideritanya.
“Saat itu, aku di Pekanbaru dan dirujuk ke rumah sakit yang berbeda di Jakarta. Lalu dicek semua, baru ketahuan kalau aku tidak pernah sama sekali TBC, justru adanya kanker,” cerita Intan.
ADVERTISEMENT
Setelah mengetahui kondisinya, Intan justru merasa lega. Dengan begitu, ia bisa fokus melakukan pengobatan yang tepat untuk penyakitnya.
Di tahun 2016, Intan kembali merasakan adanya benjolan di bagian punggung. Setelah melakukan pemeriksaan CT scan, terungkap bahwa Intan mengalami kanker. Pada momen kedua kalinya terdiagnosis kanker, Intan mulai khawatir.
“Di situ (diagnosis kedua) tuh baru merasa hidup normal, tapi kok ada rasa kayak ‘ah’. Jadi beda tuh perasaan aku yang part pertama sama yang part kedua,” imbuh Intan.
Pernah merasakan survivor guilt
Bisa bertahan sejak tahun 2014 hingga saat ini tentu dilewati oleh Intan dengan berbagai tantangan. Salah satunya ada perasaan survivor guilt atau perasaan bersalah karena bisa bertahan di antara teman atau kerabatnya yang meninggal terlebih dahulu karena kondisi yang sama.
ADVERTISEMENT
“Yang jelas kalau bagian why me, kayaknya buat mempertanyakan kenapa aku dan bukan orang lain yang kena kanker, aku enggak gitu. Aku lebih ke why me-nya ketika aku sudah sembuh tapi teman-teman aku belum sembuh terus meninggal. Aku lebih bertanya gitu,” ungkap Intan.
Namun, perlahan-lahan Intan sudah bisa menjalani hidup. Intan pun berusaha menyibukan diri dengan membaca buku dan jarang melihat media sosial. Ia selalu berusaha untuk lebih mengenal dirinya sendiri dan memilih mana yang baik dan buruk untuk dilakukan.
“Cara ini membuat aku jadi tahu kondisiku sendiri, misalnya lagi down dan sudah mengetahui bagaimana caranya biar tidak menjadi toxic,” ujarnya.
Tantangan yang dialami selama berjuang sembuh dari kanker darah
Tantangan terberat yang dialami oleh Intan adalah membatasi segala kegiatan yang dilakukan. Hal ini karena Intan sangat produktif sehingga sering kali merasa bahwa aktivitasnya terlalu padat.
ADVERTISEMENT
“Aku suka bingung kapan aku harus ngerem, karena emang anaknya ambisius dari lahir, meskipun waktu itu aku lagi berobat sambil sekolah, sambil kuliah, sambil organisasi segala macam. Aku enggak mau ketinggalan gitu, karena aku merasa aku salah satu representasi dari berbagai pejuang kanker lain,” ucap Intan.
Selain itu, pasien kanker juga sering dianggap sebelah mata. Banyak yang percaya stigma pasien kanker adalah kelompok yang lemah. Intan pun merasa perlu meluruskan stigma tersebut dan membuktikan bahwa dirinya tetap bisa berkegiatan.
Selain itu, Intan juga mengaku mentalnya tertekan ketika terjadi perubahan pada fisiknya lantaran pengobatan kanker. Ditambah, Intan kerap kali merasa kurang percaya diri dengan penampilannya jauh sebelum terdiagnosis kanker.
“Sejak remaja sepertinya juga ada masalah insecurity sama penampilan. Aku enggak pernah merasa cantik. Jadi pas rambut aku rontok tuh aku nangis, aku nangis. Sementara pas didagnosis aku malah enggak nangis,” kata Intan.
ADVERTISEMENT
Setelah melakukan serangkaian pengobatan kanker, Intan mengaku sangat tidak percaya diri. Tidak hanya merontokkan rambut, momen itu juga membuat wajahnya menjadi jerawatan, kulit kusam, dan kering.
Cara Intan menghadapi tantangan
Meski telah terdiagnosis kanker, Intan merasa bahwa dirinya tetap bisa melakukan aktivitas. Ia optimis bisa memiliki masa depan yang cerah sama seperti yang lainnya.
“Aku aktif berkegiatan. Dengan diagnosis kanker tidak membuatku berkecil hati bahwa aku tidak memiliki masa depan. Meskipun badanku sakit sekujur tubuh, aku percaya bahwa aku juga bisa menggapai impianku,” paparnya.
Selain itu, dukungan dari keluarga serta sahabat-sahabatnya juga bisa membuat Intan kuat bertahan menghadapi tantangan ketika terdiagnosis kanker darah. Intan merasa bersyukur karena memiliki semangat yang luar biasa untuk mendukungnya.
ADVERTISEMENT
“Dukungannya itu, mereka selalu tahu cara untuk menghadapi aku gitu. Mereka tanya aku maunya diperlakukan seperti apa? Jadi, instead of berasumsi, mereka langsung nanya aku mau seperti apa. Jadi aku enggak merasakan adanya toxic people ada di sekitar aku, alhamdulillah,” papar Intan.
Kemudian ia berusaha untuk fokus berobat agar bisa sembuh dari penyakit kanker darah. Intan pun memberikan pesan kepada para pejuang kanker untuk terus optimis dan jangan patah semangat. Meski terdiagnosis penyakit ganas, bukan berarti dapat membatasi mimpi yang dimiliki.
“Kalau dari aku pesannya cuman satu sih. terus pupuk semangat penasaran kamu tentang bagaimana hidup kamu. Aku selalu punya statement ketika bangun, I wanna see what would happened i don't want to give up. Aku yakin aku lahir pasti punya satu misi yang harus dituntaskan. Jadi selagi aku masih hidup berarti ada visi misi lain yang harus aku selesaikan. don't give up,” tukas Intan.
ADVERTISEMENT