Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini banyak tersebar kabar di media sosial terkait orang-orang yang rela antre untuk membeli Labubu. Boneka fluffy ini, berhasil mencuri perhatian anak-anak hingga orang dewasa. Mulanya, Labubu dikenal luas karena Lisa Blackpink mengunggah foto memeluk boneka elf ini.
ADVERTISEMENT
Selain Lisa Blackpink, seleb Indonesia juga banyak yang membeli Labubu. Salah satunya adalah Dian Sastrowardoyo dan Nagita Slavina, yang memamerkan boneka Labubu menjadi bag charm.
Tren ini pun mendorong banyak orang untuk rela mengantre di Pop Mart Indonesia demi mendapatkan boneka mungil ini.
Mendadak beli Labubu bisa dikatakan FOMO?
Popularitas dari boneka ini tidak terpisahkan dari sosok Lisa Blackpink yang mengunggah boneka Labubu pada April 2024. Sebelum viral karena Lisa, Labubu sudah dikenal di Thailand karena banyak influencer, artis, hingga anggota kerajaan yang membelinya.
Di Indonesia, Labubu menjadi serbuan banyak orang semenjak dibukanya gerai Pop Mart di Gandaria City Mall Jumat, (19/7). Toko ini menjual Labubu dengan stok terbatas sehingga banyak orang ingin segera mendapatkannya. Bahkan hingga kini, orang-orang masih menunggu Labubu untuk ready stock kembali.
ADVERTISEMENT
Menurut Financial Advisor Ila Abdulrahman, banyak orang berbondong-bondong untuk membeli Labubu karena strategi dari ‘produksi terbatas’. Terlebih lagi, hadirnya Lisa Blackpink yang memiliki pengaruh di industri hiburan.
Dari sisi psikologis, fenomena orang-orang yang membeli Labubu ini bisa dikatakan sebagai Fear of Missing Out (FOMO) karena terjadi secara tiba-tiba atau singkat. Selain itu, dampak yang terjadi dirasakan secara luas. Terlihat dari masyarakat yang berbondong-bondong membeli boneka Labubu.
“Ketika kita berbeda dengan lingkungan sosial kita akan menciptakan perasaan yang tidak aman dan tidak nyaman. Kita sebagai makhluk sosial selalu ingin mengikuti apa yang kelompok kita lakukan (membeli Labubu),” ujar Psikolog Gita Aulia Nurani.
FOMO ini juga bisa berujung ke dampak negatif karena mereka harus mengikuti tuntutan dari lingkungan sosial. Padahal menurut Gita, seharusnya orang-orang membeli barang karena memang membutuhkan. Sedangkan Labubu ini bisa dikatakan sebagai kebutuhan tersier, namun orang-orang FOMO untuk membelinya.
ADVERTISEMENT
Ketika mayoritas sudah merasa FOMO, maka akan ada perasaan tidak aman dan nyaman yang membuat mereka selalu butuh validasi sosial. Dengan kata lain, orang-orang membutuhkan validasi sosial dengan membeli boneka Labubu.
Labubu ternyata sudah ada sejak 2015
Labubu ternyata bukan barang baru, Ladies. Labubu merupakan karakter dari The Monsters, ciptaan dari seniman asal Hong Kong, Kasing Lung. Karakter dari seri The Monsters, terinspirasi dari legenda bangsa Nordik. Labubu merupakan salah satu karakter yang terinspirasi dari legenda tersebut.
Pada 2019, Kasing Lung menandatangani perjanjian dengan perusahaan boneka mainan asal Tiongkok, Pop Mart. Karena perjanjian ini, Labubu mulai tersebar di beberapa negara Asia.
Sejak saat itu, Labubu dirilis dengan berbagai macam warna, bentuk, dan ukuran. Di media sosial, biasanya banyak dijumpai boneka Labubu versi mini yang bisa digunakan untuk bag charm.
ADVERTISEMENT