Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mengenal Gerakan 4B, Cara Perempuan Korea Selatan Lawan Patriarki
17 November 2024 12:20 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Bukan di Indonesia, Korea Selatan menjadi negara dengan angka kelahiran yang cukup rendah dan cendurung menurun setiap tahunnya. Hingga saat ini, masih banyak perempuan muda di Korea yang dengan tegas menolak ekspetasi masyarakat melalui gerakan 4B. Pernah dengar?
4B berasal dari homofon kata korea ‘Bi’ atau ‘비’ yang memiliki arti ‘tidak’. Keempat ‘Bi’ itu mewakili: Bihon (tidak menikah), bichulsan (tidak melahirkan), biyeonae (tidak berpacaran), dan bisekseu (tidak melakukan hubungan seksual). Tidak hanya sebatas penolakan, Gerakan 4B ini juga ditujukan untuk menegaskan kembali peran perempuan tidaklah hanya sebatas mengandung dan melahirkan.
Baru-baru ini setelah terpilihnya Donald Trump sebagai presiden, minat akan Gerakan 4B ini melonjak di kalangan perempuan Amerika Serikat. Banyak yang bertanya-tanya, apa dorongan para perempuan Korea selatan menyuarakan gerakan ini? Yuk simak sama-sama, Ladies!
ADVERTISEMENT
Asal Muasal ‘Gerakan 4B’
Tidak seindah drama, perempuan asal Korea Selatan seringkali mengalami banyak pengalaman tidak menyenangkan, dimulai dari ketidakstabilan rumah tangga, kekerasan seksual secara langsung ataupun digital, kesenjangan ekonomi, dan tekanan budaya. Di antara semua keluhan tersebut, kesenjangan ekonomi menjadi yang paling berpengaruh dalam menyuarakan Gerakan 4B. Mengapa?
Pada tahun 2000an, di saat terjadi transformasi ekonomi Korea Selatan yang pesat, negara tersebut menempati peringkat paling buruk di EOCD atau Economic Co-operation and Development atau Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi, khususnya dalam hal pemberian gaji yang tidak setara dan mobilitas sosial masih terbatas.
Puncaknya adalah kala terdapat pembunuhan yang mengorbankan perempuan pada tahun 2016 di stasiun kereta api oleh seorang laki-laki di Seoul. Kejadian tersebut membangkitkan rasa frustasi para perempuan hingga mengkritik norma patriarki, dan memberikan protes melalui platform online.
ADVERTISEMENT
Dengan begitu, banyak yang menganggap bahwa hidup tanpa laki-laki dapat menjadi strategi feminis untuk melawan patriarki di Korea Selatan.
Wanita Bukanlah Mesin Pembuat Anak
Angka kelahiran yang rendah dianggap menjadi ancaman bagi negara, sehingga, pemerintah menerapkan kebijakan subsidi rumah bagi pengantin dan intensif pajak agar keluarga berupaya mendorong dan memiliki setidaknya satu anak.
Bahkan, di tahun 2016, pemerintah Korea Selatan mengunggah peta kelahiran nasional berwarna merah muda yang menggambarkan perempuan dengan usia subur di setiap kabupaten.
Merasa disudutkan, tentu hal ini memicu kritik berdasarkan kemarahan perempuan karena bagi menurut mereka, perempuan hanyalah menjadi alat reproduksi, hingga banyak yang menyatakan “rahim saya bukan milik negara” dan “kami bukanlah mesin pembuat bayi”.
ADVERTISEMENT
Bagi feminis penggerak 4B, kebijakan ini menjadi contoh nyata bagaimana negara memprioritaskan pertumbuhan penduduk dibandingkan otonomi perempuan. Gerakan ini menegaskan penolakannya terhadap pernikahan dan peran sebagai ibu sebagai tindakan perlawanan politik.
Menyebar Hingga Ke Amerika Serikat
Sejak terpilihnya Donald Trump sebagai presiden, ide Gerakan 4B ini mendapatkan lebih banyak atensi dari masyarakat Amerika Serikat. Perempuan dari AS menganggap bahwa prinsip inti gerakan ini sejalan dengan kritik feminis terhadap patriarki dan kapitalisme yang semakin meningkat sebagai respons akan perkembangan politik seperti retorika Trump mengenai pembatasan aborsi dan gerakan patriarki lainnya.
Tidak hanya AS, gerakan ini juga telah merancah hingga seluruh Asia dan berdampak sangat luas sehingga memicu perbincangan mengenai gender, otonomi, dan masa depan para feminisme.
ADVERTISEMENT
Meskipun banyak yang menentang dan menganggap gerakan ini hanya diisi oleh perempuan egois dan anti-sosial, namun mereka tetap berpegang teguh pada gerakan 4B untuk membuka mata masyarakat agar menghadapi kenyataan tidak menyenangkan mengenai dampak dari mempertahankan patriarki.
Penulis: Monica Tobing