Mengenal Sosok 7 Perempuan Muda yang Menginspirasi Dunia

28 Oktober 2022 19:59 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivis lingkungan dari Swedia, Greta Thunberg. Foto: AFP/FABRICE COFFRINI
zoom-in-whitePerbesar
Aktivis lingkungan dari Swedia, Greta Thunberg. Foto: AFP/FABRICE COFFRINI
ADVERTISEMENT
International Day of The Girl Child atau Hari Anak Perempuan Sedunia diperingati pada tanggal 11 Oktober setiap tahunnya. Peringatan ini bertujuan untuk memberdayakan dan menyuarakan hak-hak anak perempuan.
ADVERTISEMENT
Dulu, masih ada anggapan bahwa perempuan merupakan makhluk lemah, mudah menyerah, dan tidak akan bisa meraih kesuksesan seperti kaum laki-laki. Kini, perempuan memiliki hak mencapai kesuksesan yang setara dengan laki-laki; bekerja keras untuk mewujudkan mimpinya, menggeluti profesi yang diinginkan, dan menyuarakan keresahan mereka.
Meski pun diskriminasi gender masih terjadi di beberapa aspek kehidupan, kini, sudah banyak sosok perempuan muda yang kemudian vokal menyuarakan hak-hak mereka hingga menuai prestasi. Berikut telah kumparanWOMAN rangkum dari pelbagai sumber tujuh perempuan muda yang menginspirasi dunia, termasuk dari Indonesia.

1. Greta Tintin Eleonora Thunberg

Aktivis iklim Greta Thunberg berbicara di panggung utama di George Square sebagai bagian dari pawai Fridays for Future Scotland selama KTT Cop26 di Glasgow. Foto: Andrew Milligan/PA Images via Reuters
Salah satu perempuan muda yang menginspirasi dunia adalah Greta Tintin Eleonora Thunberg. Remaja berusia 19 tahun ini merupakan aktivis lingkungan Swedia yang aktif mengampanyekan isu-isu pemanasan global dan perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari BBC, Greta pernah menyampaikan sebuah pidato berisi kritikan untuk para pemimpin dunia dengan menyebut Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) COP26 sebagai sebuah kegagalan. Pidato tersebut ia sampaikan pada November 2021 bersama para aktivis muda lainnya di Glasgow, Skotlandia.
Ia mengatakan, “Ini [COP26] bukan lagi konferensi iklim. Sekarang ini adalah Global Greenwashing Festival,”. Menurut laman green.ui.ac.id, greenwashing adalah strategi pemasaran suatu perusahaan untuk memberikan citra yang baik tanpa melakukan kegiatan yang berdampak pada kelestarian lingkungan.
Dikutip dari USA Today, Greta dinobatkan sebagai satu dari empat pemenang Right Livelihood Award atau Penghargaan Nobel Alternatif pada tahun 2019 di Swedia.
Sosok Greta menuai perhatian publik pascaaksi ‘pemogokan sekolah untuk iklim’ di depan Parlemen Swedia saat ia masih berusia 15 tahun.
ADVERTISEMENT

2. Malala Yousafzai

Malala Yousafzai, aktivis dari Pakistan. Foto: Reuters/Carlo Allegri
Merujuk laman The Nobel Prize, Malala Yousafzai lahir pada 12 Juli 1997 di Lembah Swat di Pakistan. Ketika kelompok Taliban menguasai tempat tinggalnya pada tahun 2008, mereka membakar sekolah-sekolah khusus perempuan. Malala membuat catatan harian tentang peristiwa tersebut dan kemudian diterbitkan oleh BBC Urdu pada tahun 2009.
Dalam buku hariannya, Malala mengungkapkan bahwa ia menentang adanya rezim teroris di Taliban. Sejak saat itu, ia aktif menyuarakan kesetaraan pendidikan bagi perempuan di berbagai media, mulai dari menulis blog hingga berpidato di depan umum.
Tidak lama kemudian, kelompok Taliban mengancam hidupnya. Pada tahun 2012, Malala mengalami penembakan di bagian kepala oleh pasukan bersenjata Taliban usai pulang sekolah. Namun, ia berhasil selamat dari peristiwa yang menimpanya saat masih berusia 15 tahun.
ADVERTISEMENT
Atas keberaniannya, Malala dianugerahi Nobel Peace Prize atau Penghargaan Nobel untuk Perdamaian atas perjuangannya untuk menyuarakan hak bahwa setiap anak berhak menerima pendidikan. Pada tahun 2013, majalah TIME menobatkan Malala sebagai salah satu dari “100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia”.

3. Amika Sara George

Sosok perempuan muda yang menginspirasi dunia selanjutnya adalah Amika Sara George. Amika lahir pada tanggal 4 Oktober 1999 di London, Inggris. Amika menyuarakan pentingnya menyediakan produk menstruasi di sekolah kepada anak-anak perempuan yang tidak mampu membeli pembalut.
Vogue India melansir, Amika memulai kampanye #FreePeriods untuk menyerukan pemberian pembalut secara gratis kepada anak-anak yang lahir di keluarga berpenghasilan rendah. Kampanye itu dilaksanakan di luar Downing Street dan dihadiri lebih dari 2.000 anak muda. Amika menggalakkan kampanye itu saat ia masih berusia 17 tahun.
ADVERTISEMENT
Pada Januari 2020, Amika mendapatkan sebuah kemenangan yang manis. Pemerintah Inggris akhirnya memutuskan untuk menyediakan produk menstruasi secara cuma-cuma di berbagai sekolah. Saat ini, Amika telah meluncurkan sebuah buku yang diberi judul, Make It Happen: How To Be An Activist.

4. Emma González

Nama Emma González mungkin sudah terdengar tidak asing lagi. Berkat aksinya di tahun 2018, Emma dikenal sebagai aktivis dan advokat pengendalian senjata di Amerika Serikat.
Menurut laman WHYY, sebuah tragedi penembakan massal terjadi di SMA Stoneman Douglas, Parkland, Florida. Aksi penembakan massal itu menewaskan setidaknya 17 siswa dan siswi. Emma yang berada di lokasi kejadian selamat dari tragedi yang mengenaskan itu. Di depan mata dan kepalanya sendiri, Emma menyaksikan para sahabatnya tewas.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2018, Emma mengorganisir aksi protes “Match for Our Lives” di Washington. Saat itu, Emma menyampaikan sebuah pidato bahwa ia menentang adanya kekerasan bersenjata.
Dalam pidatonya, Emma menyebut nama setiap korban dan diikuti dengan hening beberapa menit. Pidato yang dibacakan berdurasi 6 menit dan 20 detik, sama dengan lamanya waktu tragedi penembakan itu terjadi.
Tak berhenti sampai di situ, Emma memulai komite aksi politik “Never Again MSD” yang merupakan kelompok advokasi pengendalian senjata bersama aktivis lainnya.

5. Faye Hasian Simanjuntak

Cucu Menko Kemaritiman Luhut Pandjaitan, Faye Simanjuntak, yang juga putri mantan Dan Paspampres, Maruli Simanjuntak. Foto: @fsmnjntk
Faye Hasian Simanjuntak adalah salah satu cucu di keluarga Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan. Menukil lama kumparanBISNIS, perempuan kelahiran 10 April 2002 ini ternyata dikenal sebagai aktivis Hak Asasi Manusia untuk anak dan perempuan yang berasal dari Indonesia.
ADVERTISEMENT
Faye mendirikan sebuah yayasan anti perdagangan anak sekaligus pendiri dari Yayasan Rumah Faye. Yayasan Rumah Faye merupakan yayasan nonprofit dan nonpemerintah yang berlokasi di Batam.
Atas usahanya tersebut, Faye masuk ke dalam jajaran Forbes Indonesia “30 Under 30” untuk bidang Social Entrepreneur & Philanthropy pada tahun 2020. Kategori ini diberikan kepada mereka yang dianggap sukses dan membawa dampak positif ke masyarakat.

6. Melati Wijsen

Melati Wijsen (tengah) saat premiere Bigger Than Us di Cannes Film Festival, Cannes, Prancis, Sabtu (10/7). Foto: Valery HACHE/AFP
Sosok perempuan muda yang menginspirasi dunia selanjutnya datang dari kenamaan Indonesia, yaitu Melati Wijsen. World Economic Forum mengutip, Melati dikenal sebagai aktivis lingkungan dan change maker yang berasal dari Bali.
Sejak tahun 2013, Melati mempelopori gerakan “Bye Bye Plastic Bags” yang bertujuan untuk mengurangi sampah plastik di Bali. Gerakan ini dipelopori bersama adiknya, Isabel Wijsen. Selama enam tahun, mereka berhasil menjadikan Bali menjadi daerah yang minim kantung plastik, sedotan, dan styrofoam.
ADVERTISEMENT
Melati juga mendirikan kampanye “One Island One Voice” dengan tujuan memberikan kesadaran bagi masyarakat dan pengunjung Bali akan pentingnya mengurangi jumlah sampah plastik.
Ia pernah menjadi pembicara di media dan forum internasional, seperti TED dan United Nations (Perserikatan Bangsa-Bangsa) serta masuk ke dalam 10 besar perempuan paling menginspirasi di Indonesia menurut majalah Forbes.

7. Ain Husniza Saiful Nizam

Remaja asal Malaysia, Ain Husniza Saiful Nizam menjadi sorotan publik usai melawan kasus pelecehan seksual yang menimpanya di sekolah. Benar News melansir, Ain menceritakan pengalaman tidak mengenakkan itu melalui akun TikTok pribadinya pada tahun 2021.
Ia mengalami pelecehan seksual oleh guru di sekolahnya berupa candaan tentang pemerkosaan atau rape joke dan menyebut tindak pemerkosaan itu ‘sedap’.
ADVERTISEMENT
Pengalaman itu ia ceritakan sambil mengulangi kata yang diucapkan gurunya bahwa, “Jika Anda ingin memperkosa seseorang, jangan perkosa mereka yang berusia di bawah 18 tahun, perkosa mereka yang berusia di atas 18 tahun,”.
Menurut The Straits Times, ribuan pelajar menanggapi berbagai kejadian serupa tentang pelecehan seksual yang mereka alami setelah video pengakuan Ain viral di media sosial. Secara tidak terduga, sosok Ain menjadi ikon melawan pelecehan seksual di sekolah.
Peristiwa itu membuat Ain mendirikan kampanye online #MakeSchoolASaferPlace meskipun ia harus menerima penolakan keras di media sosial, ancaman pemerkosaan, dan peringatan bahwa ia bisa diusir dari sekolah.