Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Tepat pada 8 Maret lalu, jadi hari yang menegangkan bagi pemilik nama panjang Jolene Marie Cholock-Rotinsulu. Jolene--begitu ia disapa, tak menyangka bahwa dirinya berhasil masuk ke jajaran Top 3 Puteri Indonesia 2019 . Posisi tersebut kemudian mengantarkan dirinya pada titel Puteri Indonesia Lingkungan 2019.
Sebagai Puteri Indonesia Lingkungan 2019 dan Duta Lingkungan Hidup yang membantu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, tentu isu lingkungan menjadi fokus utama perempuan berusia 23 tahun ini. Jolene pun aktif mengkampanyekan berbagai masalah lingkungan bersama dinas-dinas terkait di Indonesia. Salah satunya adalah kerjasama bersama Dinas Nusa Tenggara Barat dan Kemenko Kemaritiman RI untuk mengkampanyekan zero plastic waste, atau pengelolaan sampah plastik.
“Masalah terbesar terhadap lingkungan di Indonesia sekarang itu adalah sampah plastik. Kita adalah penyumpang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China. Memang, tidak bisa instan langsung ‘zero’, tapi setidaknya kita harus kurangi pengelolaan sampah tersebut sedikit demi sedikit,” ungkap Jolene saat diwawancarai kumparanWOMAN untuk program Role Model, beberapa waktu lalu.
Jolene sadar bahwa isu plastik bukanlah sesuatu yang bisa dikurangi dan diselesaikan secara instan. Namun, ia berharap, perannya untuk menyuarakan isu tersebut dapat memberikan pengaruh dan edukasi besar terhadap penggunaan dan pengelolaan plastik.
Selain kepeduliannya terhadap lingkungan, Jolene juga memiliki jiwa sosial yang tinggi. Ia adalah seorang aktivis yang mengedepankan pemberdayaan disabilitas dan lansia. Advokasinya sebagai aktivis disabilitas dan lansia, membuatnya pernah mendapatkan penghargaan Satyalancana Kebhaktian Sosial dari Presiden Joko Widodo atas keikutsertaannya sebagai salah satu komite International Para Games Organizing Committee (INAPGOC) saat Asian Para Games 2018.
“Selain sampah, saya memang sangat concern terhadap disabilitas dan lansia. Tentu, di masa depan, saya akan melanjutkan berbagai advokasi disabilitas dan lansia ini. Pemahaman soal disabilitas di Indonesia sendiri masih kurang, banyak dari mereka yang tidak memiliki kesempatan bekerja dan berkembang,” jelas perempuan kelahiran 1996 ini.
Tak hanya itu, ia juga membangun sebuah panti untuk penyintas disabilitas yang diberi nama ‘Saya Bisa’ di Manado, Sulawesi Utara, dengan berbagai program pemberdayaan yang menginspirasi. Salah satunya, membantu para lansia penyandang disabilitas dengan gerakan ‘1001 Kursi Roda’, dan peralatan pendukung disabilitas lainnya. Ia juga membantu mengembangkan keterampilan lansia dengan proyek “Du’Anyam”, sebuah forum untuk memberdayakan ibu-ibu dan bapak-bapak untuk meningkatkan pendapatan finansial dengan budaya menenun.
“Dengan titel saya sebagai Puteri Indonesia Lingkungan 2019, saya harap dapat membantu memberi peluang lebih besar untuk memberdayakan disabilitas dan lansia,” tambahnya.
Tak sampai di situ, Jolene juga aktif membantu anak-anak di daerah terpencil seperti Provinsi Papua. Di sana, ia membangun rumah belajar bernama ‘Nisnde Papua Foundation’, sebuah yayasan yang menyediakan pemeriksaan kesehatan rutin, vaksinasi, dan pendidikan. Jolene berharap, langkah ini dapat mendukung dan membentuk kesetaraan sistem pendidikan di Indonesia.
------
Ikuti cerita inspiratif lainnya dari tiga pemenang Puteri Indonesia 2019 eksklusif untuk kumparanWOMAN pada topik Role Model dan Puteri Indonesia 2019 .