Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Olahraga karena FOMO Ternyata Bahaya bagi Kesehatan Perempuan
6 September 2024 8:00 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Ladies, demam olahraga nampaknya sedang menjangkiti masyarakat, membuat banyak orang mulai aktif melakoni aktivitas fisik. Lari, bersepeda, badminton, pound fit hingga pilates telah menjelma menjadi aktivitas fisik yang sedang digemari termasuk juga oleh perempuan. Apakah kamu salah satunya, Ladies?
ADVERTISEMENT
Tren ini juga semakin hangat karena banyaknya konten tentang olahraga yang berseliweran di media sosial. Semua kalangan baik tua maupun muda, mulai rajin membagikan momen-momen saat berolahraga.
Selain itu, event-event olahraga, mulai dari marathon hingga event pound fit massal juga makin sering digelar dan hampir tak pernah sepi peminat. Popularitas olahraga ini pun telah memicu fenomena FOMO di kalangan perempuan, yaitu ketika perempuan mulai merasa khawatir saat tidak mengikuti tren ini, dan takut bakal kehilangan pengalaman menarik seperti yang sedang dialami oleh banyak orang.
Namun, meskipun olahraga membawa banyak manfaat, motivasi yang didorong oleh FOMO justru bisa berdampak buruk pada kesehatan, Ladies. Hal ini juga disoroti oleh dr. Andi Kurniawan, Sp.KO, Sports Medicine Expert, yang menyayangkan banyak generasi muda termasuk perempuan yang berolahraga hanya karena ikut-ikutan dan justru membahayakan diri sendiri.
“Olahraga itu tidak hanya fomo-fomoan. Tujuan olahraga untuk sehat, itu yang pertama. Ketika saya jadi medical director di sebuah running event, banyak banget yang cedera bahkan heatstroke. Bahkan kemarin di Bali ada yang meninggal. Saya sampai mikir ini tuh lari pada ngapain sih, tujuannya untuk apa?” jelas Andi pada konferensi pers Samsung Sport & Wellness Style di Jakarta, Rabu (4/9).
ADVERTISEMENT
Menurut Andi, apapun jenis olahraganya, semua harus dilakukan dengan pendekatan mindfulness. Artinya, kamu harus mengetahui dan memahami secara sadar tentang kondisi tubuhmu, Ladies.
Kamu harus memastikan bahwa tubuh berada dalam kondisi sehat untuk melakukan aktivitas fisik, termasuk sudah cukup mengonsumsi makanan (intake) dan cukup istirahat.
“Penting sebelum olahraga, kita tanyakan pada diri sendiri dan jawab dengan jujur are you fit enough to take a part? Kita hari ini fit untuk olahraga nggak? Kurang tidur nggak? Kita harus tahu kondisi tubuh kayak apa,” tegas Andi.
Begitu juga bagi perempuan yang jarang olahraga, Andi sangat menyarankan untuk tidak langsung melakukan aktivitas fisik dengan intensitas tinggi. Menurutnya, perempuan yang baru memulai berolahraga, sangat dianjurkan untuk mulai dengan olahraga ringan.
“Saran saya berolahraga sesuai kemampuan dan kondisi tubuh. Kalau sebelumnya nggak pernah olahraga, berarti harus start slow,” ujarnya. Sebab menurut Andi, berdasarkan penelitian, olahraga dengan intensitas rendah hingga sedang tidak akan menyebabkan kematian. Sebaliknya, olahraga dengan intensitas tinggi bisa mengakibatkan pingsan bahkan kematian.
ADVERTISEMENT
Selain menyadari kondisi tubuh, perempuan juga harus memiliki literasi yang cukup tentang aktivitas fisik. Salah satunya adalah soal Heart Rate (HR) atau jumlah denyut jantung per menit.
Menurut Kementerian Kesehatan, denyut jantung normal saat kita tidak sedang beraktifitas umumnya berkisar antara 60 - 100 detak jantung per menit. Sedangkan saat berolahraga jumlah denyut jantung akan meningkat.
Berdasarkan American Heart Association jumlah denyut jantung aman maksimum seseorang saat berolahraga bisa dihitung dengan rumus 220 dikurangi usia. Misalnya, untuk usia 30 tahun, berarti 220-30, yaitu 190 kali/menit. Artinya saat berolahraga, HR tidak boleh melebihi angka ini, Ladies.
“Yang harus diedukasi adalah berolahragalah sesuai kemampuan dan kondisi tubuh, pentingnya paham soal HR dan mulai olahraga dengan intensitas rendah hingga sedang,” tegas Andi.
ADVERTISEMENT