Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Dari film Breakfast At Tiffany’s yang diperankan Audrey Hepburn hingga pernikahan Meghan Markle dengan Prince Harry, keindahan gaun-gaun Givenchy selalu mencuri perhatian. Sejumlah desainer penerus membawa tafsiran artistik yang berbeda, dari John Galliano, Clare Waight Keller hingga kini Matthew Williamson. Sang pendiri rumah mode, Hubert de Givenchy berpesan satu hal, “Lahirlah dengan keanggunan.”
Keanggunan selalu menjadi ciri khas karya-karya Hubert de Givenchy. Media bahkan menyebut ‘keanggunan ekstrim’ sebagai trademark Givenchy. Majalah Madame Figaro menggambarkan pakaian Givenchy dibuat dengan presisi bak ahli bedah, tidak lebih, tidak kurang. Namun selama hidup, Givenchy selalu merendah. Ia menganggap dirinya sebagai siswa yang tak pernah berhenti belajar. Ia mengidolakan banyak perancang adibusana (haute couture) seperti Chanel, Schiaparelli, dan satu sosok yang sangat ia kagumi dan menjadi mentornya dalam berkarya, Cristóbal Balenciaga. “Balenciaga adalah agamaku,” begitu ucapannya.
Dengan nama lengkap Hubert James Taffin de Givenchy, Givenchy lahir di Prancis Utara, Beauvais, pada Februari 1927. Ayahnya yang seorang bangsawan meninggal sewaktu Givenchy berusia 3 tahun. Ia dibesarkan oleh sang ibu bersama keluarga dari garis ibunya yang memiliki latar belakang artistik yang kental. Kakeknya seorang penggiat tapestri, neneknya penyuka keindahan tekstil. Konon di masa kecil, jika Givenchy berkelakuan manis, sebagai hadiah, ia diperbolehkan melihat-lihat koleksi tekstil mereka.
Satu hal yang sangat berpengaruh pada hidup Givenchy adalah dukungan kuat dari ibunya untuk menjadi seorang desainer. Sang ibu membawanya ke pameran-pameran, memperkenalkannya pada rumah-rumah adibusana. Pada usia 17, Givenchy belajar di sekolah seni École des Beaux-Arts, Paris. Tahun berikutnya, ia magang di rumah adibusana Jacques Fath. Dalam waktu singkat, ia mulai menanjakkan karier dengan bekerja di berbagai rumah mode, seperti Robert Piguet, Lucien Lelong, dan desainer asal Italia legendaris Elsa Schiaparelli. Pada 1952, di usia 25 tahun, Givenchy mendirikan rumah mode atas namanya, La Maison Givenchy.
Givenchy adalah desainer yang memperkenalkan baju padu padan di dunia adibusana. Kala itu haute couture umumnya berupa gaun-gaun. Pada pergelaran pertamanya, koleksi musim Semi/Panas 1952, Givenchy mengetengahkan Les Séparables, pakaian terpisah berupa tiga atasan mewah dan tiga rok yang dipadu padan silang menjadi sembilan tampilan yang berbeda.
Tak seperti perancang lain yang menggunakan bahan mewah, Givenchy yang saat itu tak memiliki banyak modal, menggunakan kain katun sederhana. Terciptalah koleksi Bettina Blouse, kemeja katun putih bermanset tinggi dengan renda berbordir hitam yang menggelombang, dipadu dengan rok pensil berpinggang tinggi. Blus yang dinamai dari nama model dan muse Givenchy, Bettina Graziani, menjadi favorit. Publik melihat seorang desainer yang dapat menciptakan keanggunan dari material yang bersahaja. Tak heran jika begitu peragaan usai, semua koleksinya pun langsung habis terjual.
Karya Givenchy yang Dicintai Selebriti dan Pecinta Mode
Hidup Givenchy lalu dikelilingi oleh para pecinta mode. Putri Monaco Grace Kelly, ibu negara Amerika Serikat Jackie Kennedy, dan Wallis Simpson Duchess of Windsor istri mantan Raja Inggris Edward VIII, adalah nama-nama yang kerap mengenakan rancangannya.
Namun satu sosok ikonik yang sangat berhubungan erat dengan Givenchy tak lain adalah Audrey Hepburn. Persahabatan seumur hidup mereka membuahkan warisan mode yang dikenang sepanjang masa. Gaun-gaun elegan yang dikenakan Hepburn hampir di semua filmnya seperti Sabrina, Funny Face, dan Breakfast at Tiffany’s, menjadi arsip mode yang sangat penting.
Pengaruh mode Givenchy tak hanya menjangkau panggung runway dan para sosialita kelas atas. Berkat penampilan Hepburn di Hollywood, keanggunan karya Givenchy berhasil mempengaruhi gaya berdandan perempuan seluruh dunia. Seperti konsep influencer masa kini namun didasari hal yang lebih tulus.
Selain inovasi karya dan desainnya yang penuh keanggunan, Givenchy terkenal dengan kepribadiannya yang menonjol. Pria bertinggi 195 cm ini, tak hanya memiliki tata krama tanpa cela tapi juga sikap yang memilih kebenaran. Ialah perancang adibusana yang memelopori keragaman ras di era 1970an. Givenchy banyak bekerja sama dengan model Afrika-Amerika melebihi keberagaman runway masa kini. Meski mendapat tekanan dari berbagai pihak, ia teguh menampilkan keberagaman dalam mode.
Salah satu desainer penerus Givenchy, Clare Waight Keller yang merancang gaun pernikahan Meghan Markle , mengenang Hubert de Givenchy sebagai seorang pria sejati. Seorang desainer yang berpihak pada perempuan dan kehidupannya dalam merancang.
Teks: Rifina Marie