Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Perjalanan Spiritual Duo Eks Model: Ratih Sanggarwati (1)
14 April 2022 11:58 WIB
·
waktu baca 5 menitSekitar akhir 2000 Ratih Sanggarwati menghadiri acara ulang tahun sahabatnya di Permata Hijau, Jakarta Selatan. Perayaan mewah itu memang sudah biasa berlangsung tiap tahun. Namun, tahun itu ada yang berbeda, sebab acara digelar berbarengan dengan pengajian Ustaz Othman Omar Shihab.
Pengajian itu membuat Ratih bimbang. Mantan peragawati nomor wahid Indonesia yang telah melanglang buana ke Milan sampai Amerika itu tak pernah datang ke pesta ulang tahun yang punya agenda tausiah. Ia merasa masuk jebakan.
“Saya pikir waktu itu, ini apa, kok ulang tahun di pengajian. Kan kami masih gaya-gaya lama ya,” kata Ratih saat berbincang dengan kumparan, Selasa (12/4).
Saking merasa tak sreg, Ratih berniat duduk paling ujung, di dekat pintu, supaya bisa segera pulang setelah potong tumpeng. Namun saat ia hendak beranjak pergi, sahabatnya yang punya acara, Andri Rais, memintanya tetap tinggal untuk mendengarkan tausiah.
Ratih pun mengalah. Ia berusaha menghargai momen penting temannya. Ia menutupi kepalanya dengan selendang, dan ikut mendengarkan tausiah Ustaz Othman.
Siapa sangka, keputusan itu menjadi titik balik bagi dirinya.
Ratih tersentuh saat mendengarkan tausiah Ustaz Othman mengenai dahsyatnya doa anak kepada orang tua yang telah meninggal. Kebetulan ayah Ratih telah meninggal dunia. Hati Ratih pun luluh lantak.
Ratih memang tak pernah mendapatkan pendidikan agama secara baik. Model yang mengawali kariernya dari Pemilihan Puteri Remaja Indonesia yang digelar Majalah Gadis tahun 1980 itu tak pernah diajari salat dan mengenal rasul. Kini setelah ayahnya meninggal, Ratih hanya bisa mendoakannya.
Tausiah Ustaz Othman bagai pembuka pintu kalbu Ratih. Dari satu tausiah di acara ulang tahun kawannya, ia jadi terus mengikuti kajian-kajian sang ustaz. Pokoknya, di mana Ustaz Othman menghadiri pengajian, Ratih mengupayakan hadir.
Sampai suatu ketika, Ratih bertanya kepada sang ustaz: “Apakah kalau saya belum haji dan belum menutup aurat itu bisa dikatakan saya termasuk anak yang saleh?”
Ratih benar-benar khawatir, sebab doa anak saleh bisa membantu ayahnya di alam baka. Dan kalau ia tak saleh, maka doanya bisa tak sampai.
Ustaz Othman lalu menjawab: “Kesalehan seseorang itu tidak bisa dinilai orang lain.”
Ratih terus bergulat dengan berbagai pertanyaan dan kebimbangan batinnya selama tiga bulan. Ia ingin menjadi perempuan yang lebih baik dan mengerti agama. Ia pun merasa doanya belum tentu dikabulkan Allah bila ia tidak menutup aurat.
Akhirnya, Ratih mengambil keputusan penting tahun 2000. Ia mengenakan hijab.
Trendsetter Hijab
Orang ramai mengomentari penampilan baru Ratih. Gambar dirinya mengenakan jilbab terpampang di televisi, media cetak, sampai papan iklan. Ratih tahu betul konsekuensi yang mungkin bakal ia hadapi.
Sebelum bertekad berhijab, Ratih dibayangi empat ketakutan. Pertama, popularitasnya meredup. “Karena popularitas itu seperti candu. Saya takut tidak populer,” ujar Ratih, jujur.
Kedua, ia takut kehilangan kontrak-kontrak iklan yang berimbas pada pendapatannya. Selama ini, profesi sebagai peragawati telah membawa Ratih melesat ke kancah internasional dan menopang perekonomiannya.
Ketiga, ia cemas kehilangan banyak fans. Dan benar saja, ada beberapa fans yang kemudian menyeletuk bahwa mereka tak menyukai penampilan barunya. Kala itu, Ratih berkata, “Saya pakai kerudung bukan soal suka atau nggak suka.”
Keempat, ia khawatir suaminya tak mengizinkannya berhijab. Ketika itu, banyak suami para model yang tak memperbolehkan istri mereka berhijab.
Nyatanya, yang terjadi tak seperti yang Ratih bayangkan. Memang betul ada penggemarnya yang pergi, tapi kemudian banyak tokoh publik perempuan yang mengikuti jejaknya berhijab.
Muncullah gelombang para artis perempuan yang memutuskan berhijab sepanjang periode 2000–2006 seperti Inneke Koesherawati, Astri Ivo, Dewi Yull, hingga rekan seprofesinya Okky Asokawati.
Maka Ratih malah menjadi pionir. Dengan penampilan barunya, ia menjadi trendsetter. Berhijab di kalangan artis dan public figure tak lagi dianggap tabu.
Selain itu, kontrak iklan ternyata tak hilang. Ratih ingat saat ia mendapat tawaran kontrak iklan dengan penampilan berhijab. Ketika itu, sebuah agen produk kosmetik menawarinya untuk menjadi brand ambassador dengan bayaran “hanya” Rp 50 juta.
Jumlah itu memang terhitung kecil bagi Ratih. Sebelum berjilbab, ia bisa mendapat Rp 100 juta sebagai brand ambassador produk. Maka awalnya Ratih terpikir untuk tak menerima tawaran itu dan meminta pihak agen untuk menaikkan tarifnya.
Di tengah negosiasi dan kebimbangannya selama beberapa hari, Ratih meminta masukan dari Ustaz Othman via telepon. Sang ustaz menjawab, “Ini jalan yang dikasih sama Allah, sudah enggak usah mikir lagi.”
Ratih pun menerima tawaran itu meski dengan tarif separuh lebih rendah dari biasanya.
Tak disangka, setelah satu tawaran itu, rezekinya justru mengalir kian deras. Suatu kali ia bahkan diundang untuk membaca puisi di Gowa dengan tarif lima kali lipat lebih tinggi dari saat ia masih menjadi top model.
Semua itu gara-gara satu tausiah yang semula enggan ia ikuti.
“Alhamdulillah, hebatnya Allah. Saya ‘dipaksa’ keadaan mendengarkan tausiah,” ucap Ratih.
Ratih tak pernah melupakan nasihat Ustaz Othman yang sudah seperti guru baginya. Sesekali ia tetap menyempatkan diri menyambangi sang ustaz untuk bercerita mengenai berbagai soal kehidupan.
Seiring waktu, Ratih bertemu Muhammad Bagir, ustaz yang kemudian menjadi guru spiritualnya pula. Dengan guru-guru spiritualnya itu, Ratih mendalami ilmu agama dan merasa kehidupannya menjadi jauh lebih tenang.
Aib-aibnya di masa lampau seolah disapu Allah secara perlahan. Memang, ada saja yang kadang mencoba membuka cela masa lalu. Tapi Ratih tak khawatir.
“Kalau ada yang membongkar umpamanya foto lama, yang marah orang lain, bukan saya,” kata Ratih.
Rekan seprofesi Ratih, Okky Asokawati, enam tahun kemudian juga memutuskan untuk berhijab. Okky dan Ratih adalah dua nama yang pada era 80-an mendominasi wajah permodelan Indonesia.
Keputusan Okky untuk berhijab bermula ketika ia berjalan-jalan di sebuah mal di Jakarta…