Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Perjalanan Stella Rissa sebagai Desainer dan Perhatiannya pada Isu Perempuan
30 Maret 2020 17:06 WIB
ADVERTISEMENT
“Satu hal yang saya tahu dari diri saya, saya itu bold dan tegas sekali,” ungkap Stella Rissa dalam sela-sela wawancara untuk program #SHEMOVES bersama kumparanWOMAN.
ADVERTISEMENT
Kalimat tersebut tak sekadar ungkapan, sebab kami bisa merasakan persona Stella Rissa yang memang bold dan tegas pada pertemuan pertama kami. Meski begitu Stella juga memiliki persona yang hangat dengan gaya bicara yang cenderung blak-blakan.
Mengenakan blazer berwarna cokelat, yang dipadukan dengan celana hitam dan sepatu bermodel Mary Jane dengan heels yang tinggi, Stella menerima kumparanWOMAN di studio sekaligus showroom-nya yang terletak di daerah Menteng.
Ia kemudian mengarahkan kami menuju showroom untuk melakukan sesi pemotretan. “Kita foto dulu saja ya, nanti baru ngobrol. Kita coba di sebelah sini ya, soalnya sudut sebelah sana sudah pernah dipakai media lain. Saya begini saja ya nanti sambil gaya lihat-lihat koleksi,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Rupanya, selain bold dan tegas Stella juga selalu tahu apa yang dia mau. Hal ini juga ternyata yang membantunya melalui berbagai tantangan dalam berkarier. Salah satunya saat ia tengah mengalami quarter life crisis di usia 27 tahun.
“Untungnya saya itu punya mimpi, I’m a dreamer. Saya sudah punya tujuan, di umur sekian saya sudah harus punya pencapaian ini dan itu. Jadi waktu down, saya berpikir kalau berhenti di sini (usia 27 tahun), mimpi saya di umur 30 tidak akan tercapai. Saya menyadari bahwa masa depan saya itu di kaki saya sendiri. Saya kasih diri saya waktu satu minggu untuk menangis, sedih, dan segala macam, tapi setelah itu saya bangkit,” ungkap Stella yang saat ini berusia 35 tahun.
ADVERTISEMENT
Mulai muncul di ranah fashion Indonesia sejak sekitar tahun 2008, karier Stella Rissa menanjak cukup cepat. Sejak awal kemunculannya, ia disebut sebagai desainer muda penuh bakat. Pada 2006, Stella juga meraih gelar murid terbaik, Best of the Best Student di Lasalle College International di Jakarta.
Selalu dikenal dengan desainnya yang oleh Stella sendiri dideskripsikan dengan kata-kata bold, sensuous, dan alluring, baru-baru ini, Stella tengah sibuk meluncurkan lini baru bernama Stellar Made. Sejalan dengan itu, ia juga menggarap sebuah campaign bertema women empowerment.
“Sebenarnya Stellar Made ini bukan brand baru, saya menyebutnya sebagai turunan dari brand saya. Lini ini hadir bersama dengan campaign Stellar Woman yang saya buat. Ini juga jadi cara saya untuk menggaet market yang lebih affordable,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan bahwa dalam kampanye Stellar Woman ini ia menggandeng banyak perempuan dari berbagai level. Jadi Stellar Made ini nantinya tidak hanya menjual produk, tetapi juga memiliki nilai yang bisa menginspirasi perempuan lain. Sebab Stella meyakini bahwa ada banyak kisah perempuan yang bisa menjadi inspirasi bagi perempuan lainnya untuk bisa saling mendukung satu sama lain.
Untuk tahu lebih lengkap soal perjalanan karier Stella Rissa, dan misi barunya sebagai seorang desainer fashion, simak selengkapnya dalam obrolan singkat kumparanWOMAN bersama Stella Rissa berikut ini.
Apa yang ingin disampaikan lewat projek Stellar Made dan kampanye Stellar Woman ini?
Saya ingin menunjukkan tentang sisterhood. Jadi diantara Stellar Woman ini enggak ada kompetisi, tidak ada catfight, tapi semua cerita mereka menginspirasi dan saling mendukung satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Saya berharap cerita yang disampaikan para perempuan Stellar Woman ini bisa menginspirasi siapa saja meskipun tidak saling kenal.
Oleh karena itu saya memilih beberapa perempuan. Dari mereka saya mengulik banyak cerita. Tidak hanya soal prestasi mereka saja, tapi justru mengedepankan cerita di balik prestasi tersebut. Cerita mereka menarik sekali, ada yang sampai mau bunuh diri untuk mencapai apa yang dia inginkan, ada yang mengalami eating disorder, bangkrut, ada juga yang latar belakang keluarganya tidak seindah di media sosial.
Lewat cerita-cerita mereka itu saya jadi menyadari bahwa ada banyak hal yang dialami oleh setiap perempuan. Jadi saya ingin lewat Stellar Woman ini, perempuan tidak hanya dilihat dari sisi bagusnya saja, tetapi juga patut dilihat dari perspektif lain, bagaimana perjuangan dia untuk mencapai titik kesuksesan juga perlu ditunjukkan.
Lalu kalau Stella Rissa sendiri, adakah pengalaman pribadi yang jadi inspirasi dalam membuat Stellar Made ini?
ADVERTISEMENT
Saat ini saya sudah menikah selama 6 tahun dan belum dikaruniai anak. Semua orang sering bertanya soal itu, dan di Indonesia kalau kita sudah menikah dan tidak punya anak, kemungkinannya dianggap ada masalah dalam keluarga atau soal kesehatan reproduksi perempuan. Orang bisa menganggap kita tidak sempurna. Jadi meskipun kita sudah punya segalanya tapi belum punya anak, ya berarti hidup kita enggak ada apa-apanya.
Tapi saat ini saya merasa hidup saya sudah bahagia sekali, saya merasa sebagai individu, sebagai perempuan, kita harus merasa full. Karena menurut saya, your glass have to be full supaya kita bisa bantu orang lain.
Bicara soal perempuan, sebenarnya isu perempuan seperti apa yang menjadi concern bagi Stella Rissa?
ADVERTISEMENT
Menurut saya, perempuan sekarang itu terlalu banyak mengidolakan sesuatu yang tidak nyata. Mulai dari kecantikan, gaya hidup, hingga rumah tangga, dan kadang hal-hal sepele lainnya. Jadi mungkin concern saya adalah karakter perempuan Indonesia yang tidak percaya diri.
Saya mendengar banyak cerita perempuan yang akhirnya menginspirasi saya untuk membuat Stellar Made ini. Harapannya supaya perempuan menyadari you have to feel amazing and be amazing in whatever you do. Menurut saya itu penting. Amazing-nya dalam artian you have to be content with yourself.
Oleh karena itu tulisan yang saya buat di kaos Stellar Made cukup beragam. Tulisan ‘Mother’ misalnya, sebagai ibu, kamu tidak perlu merasa kurang karena tidak bekerja seperti yang lain. Jadi ibu itu tidak mudah. So I think you just have to be proud to be yourself dengan segala keunikan yang kalian punya.
ADVERTISEMENT
Kalau Stella sendiri apakah pernah merasa tidak percaya diri dengan penampilan?
Dulu saya pernah pakai scotch untuk menambah kelopak mata. Karena saya Chinese, jadi tidak punya kelopak mata. Saya pakai itu dan softlens supaya mata saya terlihat lebih besar, itu saya lakukan sampai saya umur 26 atau 27 tahun dan akhirnya saya stop. Saya mau jadi diri saya sendiri saja apa adanya. Karena menurut saya yang perlu diperbaiki adalah mindset. Tadinya saya ingin sekali melakukan prosedur kecantikan biar terlihat lebih muda. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, sekarang saya malah merasa lebih keren di usia 35 ini daripada dulu waktu masih umur 25 tahun.
Apa yang saat itu membuat Stella menyadari bahwa jadi diri sendiri itu cukup?
ADVERTISEMENT
Karena saya merasa wajah saya sama dengan yang lain. So what's so special about you kalau kamu sama dengan yang lain? Menurut saya kesempurnaan itu membosankan dan di dunia ini tidak ada yang sempurna kecuali Tuhan dan kita bukan Tuhan. Bagi saya, in imperfection, there is something interesting.
Lalu apa yang Stella lakukan untuk mendorong perempuan supaya bisa melakukan hal sama?
Nah, salah satunya dengan membuat Stellar Made ini. Membuat banyak kegiatan dan berkolaborasi dengan banyak perempuan karena cerita saya cuma sedikit. Tapi perempuan lain di luar sana juga punya cerita yang lebih beragam yang bisa menginspirasi perempuan lain.
Dengan tahu cerita dan kesulitan mereka, saya percaya itu juga bisa membuat kita jadi lebih bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang ini.
Saat ini Stella sudah berkarier di fashion selama 12 tahun, dan sudah mengalami banyak hal. Apa yang membuat Stella bisa bertahan membangun karier hingga sampai di titik ini?
ADVERTISEMENT
Mungkin salah satunya adalah pengalaman saya dulu saat pernah cuma punya uang Rp 3 ribu di tabungan namun punya utang Rp 100 juta. Saat itu saya tidak bilang ke orang tua kalau saya berhutang sampai ratusan juta untuk membuat fashion show yang membutuhkan biaya Rp 350 juta. Zaman dulu uang sebanyak itu sudah bisa dipakai buat bikin acara pernikahan. Jadi bayangkan saja, saat itu saya perempuan umur 21 tahun dan ibaratnya bisa membiayai pernikahan impian saya sendiri tanpa ada suami, orang tua, atau mertua. Rasanya seperti single parent yang melahirkan anak.
Setelah show, utang itu akhirnya saya bayar dengan mencicil selama 10 bulan, jadi sebulan bayar Rp 10 juta. Tapi enggak sampai 6 bulan juga sudah lunas karena saya benar-benar enggak bisa tidur punya utang sebanyak itu sama orang.
ADVERTISEMENT
Jadi setiap hari saya produksi membuat baju, laku, langsung transfer untuk bayar utang, begitu terus sampai lunas. Karena punya utang itu tidak enak. Dalam pikiran saya, dulu saya benar-benar mulai dari nol jadi I have nothing to lose.
Tapi yang saya lihat anak-anak zaman sekarang sepertinya lebih suka yang instan, padahal proses itu penting sekali, karena tidak ada sesuatu yang instan. Kita harus kreatif dan jangan pernah lupa dengan segala macam proses yang kita lalui. Mungkin lewat pengalaman itu saya jadi tahu bahwa saya pasti bisa menghadapi hal-hal sulit lainnya.
Prinsip kerja seperti apa yang diterapkan oleh Stella sebagai desainer dan saat menjalankan bisnis?
Kalau saya prinsipnya, sebagai desainer, saya harus jujur dengan karya saya sendiri. Saya selalu bilang sama tim saya dan anak magang bahwa semua brand bisa bikin kaos yang bagus, tapi nantinya yang akan membedakan karya kita dengan orang lain adalah kejujuran kita saat membuat karya itu. Terinspirasi boleh saja, tapi kalau menyontek, dalam lubuk hati kita pasti tahu bahwa hasilnya pasti akan sama.
ADVERTISEMENT
Selain itu, saya juga bilang bahwa kita harus menyukai apa yang kita buat. Jadi tanyakan pada diri sendiri apakah kita mau pakai baju yang sudah dibuat? Kalau tidak suka berarti jangan dikasih ke orang lain. Sebagai desainer kita punya keuntungan bikin koleksi dari nol, setelah itu dijual, kalau tidak laku, ya dipakai sendiri saja, kan kita suka dengan hasil karyanya.
Jadi jangan sia-siakan hal itu, jangan mendesain sesuatu yang tidak kita suka. Jangan berpikiran bahwa market akan suka. Karena menuruti market itu bisa jadi hal yang sangat melelahkan karena pada akhirnya kita tidak suka dengan karya tersebut. Itu tidak akan bertahan lama.
Sudah berkarier selama 12 tahun, apa makna pencapaian tertinggi bagi Stella Rissa?
ADVERTISEMENT
Wah, saat ini saya belum sampai di pencapaian tertinggi itu, karena saya baru umur 35. Mungkin nanti kalau saya sudah umur 60 tahun atau pas sudah mau meninggal mungkin baru saya bisa bilang itu. Saya orangnya tidak bisa puas dan justru tidak mau puas. I wanna stay hungry. Kalau saya puas sekarang gila sih, pasti saya merasa sudah berada di puncak dunia. Sombong berarti saya.
Dulu saya pernah mengalami sepertinya saya sudah berada di puncak pencapaian. Semua orang bilang saya ‘A new young designer’. Tapi buat saya masa muda itu selesai setelah kita berusia 30 tahun. Setelah itu kita tidak muda lagi, dan mulai bertanya ‘setelah ini lalu apa?’ Saya bisa bilang begini karena sudah melalui banyak proses. Tidak tiba-tiba bangun lalu jadi begini. Saya juga pernah merasa down. Tapi saya juga dibantu suami saya untuk menyadari ketika down, ternyata masalah saya itu tidak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan orang lain. Dia mengajarkan saya untuk santai saja, nanti juga akan lewat masanya.
ADVERTISEMENT
Terakhir, apa pesan yang ingin disampaikan untuk perempuan lain yang ingin membangun bisnis?
Be free, be happy, be yourself. Karena ketika kita bebas, kita tidak akan mendengarkan omongan orang lain, kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau tapi tetap dengan tanggung jawab. Tidak ada ikatan dan beban untuk mengeksplor diri. Kalau sudah punya kebebasan, jangan lupa jadi diri sendiri. Dan selain itu be happy. Itu penting sekali buat saya.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran virus Corona. Yuk, bantu donasi sekarang!