Role Model: Kecintaan Farwiza Farhan terhadap Alam Memberi Sederet Prestasi

31 Maret 2024 9:57 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Role Model: Farwiza Farhan, Forest Conservationist. Foto: Panji Indra
zoom-in-whitePerbesar
Role Model: Farwiza Farhan, Forest Conservationist. Foto: Panji Indra
ADVERTISEMENT
Mimpi untuk menjadi seorang Forest Conservationist atau Konservasionis Hutan memang sudah ada sejak Farwiza Farhan kecil. Namun menjalani peran sebagai aktivis yang memperjuangkan hak-hak lingkungan ternyata tidak mudah bagi perempuan yang dijuluki “sang penjaga hutan Leuser” itu.
ADVERTISEMENT
Ragam tantangan dan hambatan yang dihadapi Wiza setiap harinya justru semakin membuatnya berdedikasi untuk menyelamatkan hutan dan satwa di dalamnya. Bagi perempuan 37 tahun itu, permasalahan lingkungan yang pelik merupakan salah satu isu besar para perempuan yang harus terus disuarakan.
Bertahun-tahun menjadi seorang konservasionis membuat Wiza semakin bertumbuh baik sebagai perempuan mau pun dirinya sebagai manusia. Deretan prestasi internasional yang dicapai Wiza seiring waktu sebagai konservasionis hutan merupakan bukti kecintaannya terhadap alam tidaklah main-main.
Untuk mengenal lebih dalam Farwiza Farhan, kumparanWOMAN mendapat kesempatan berbincang langsung dengan perempuan “sang penjaga hutan Leuser” lewat wawancara eksklusif beberapa waktu lalu. Wiza membagikan pengalamannya selama berkarier sebagai konservasionis hutan dalam program Role Model kumparanWOMAN dalam rangka perayaan International Women’s Day 2024 berikut ini.
Farwiza Farhan, Forest Conservationist. Foto: Dok. Panji Indra

Bisa diceritakan bagaimana Farwiza bisa jatuh cinta dengan alam dan ekosistem satwa?

Aku itu seorang anak yang lahir dan besar di Aceh yang dikenal dengan kekayaan alam luar biasa. Masa kecil aku banyak dihabiskan dengan berenang di sungai, ke pantai manjat pohon, jadi dari kecil aku membayangkan masa depan di mana aku bisa bekerja dan berinteraksi dekat dengan alam.
ADVERTISEMENT
Awalnya aku jatuh cinta sama laut tapi kemudian aku melihat kehancuran yang terjadi terhadap terumbu karang di Aceh membuatku patah hati dan mempertanyakan —emang gue sanggup ya harus melakukan sesuatu buat ini? Tapi yang namanya cinta nggak setia, waktu itu aku pikir –ya, sudah mungkin aku coba ikutan terlibat dalam melindungi hutan (saja), mungkin perlindungan hutan itu lebih mudah. (Ternyata) Enggak mudah sama sekali.

Apa momen penting yang membuat Farwiza berkomitmen menjadi konservasionis hutan?

Ada begitu banyak momen penting sepanjang hidup yang akhirnya mendorong aku mendedikasikan diri untuk berada di dunia karena konservasi.
Waktu kecil kan Aceh daerah konflik, ya dan waktu itu nggak banyak penerbangan dari Banda Aceh untuk keluar daerah dan penerbangan itu sangat mahal. Jadi pernah suatu ketika aku bersama keluarga orang tuaku waktu itu lagi perjalanan dari Banda Aceh ke Medan tiba-tiba di perjalanan ada kemacetan, Aceh itu (biasanya) enggak pernah macet.
ADVERTISEMENT
Aku tanya kenapa macet, tiba-tiba Ayahku bilang ada kawanan gajah menyeberang. Ketika dia menyadari ada kawanan gajah menyeberang dia langsung mematikan mobil, matikan lampu, karena itu adalah bentuk rasa hormat membiarkan satwa untuk berada di habitatnya. Di masa itu aku tidak menyadari betapa istimewanya momen itu.
Semakin ke sini dengan populasi gajah yang semakin menurun, habitat yang terganggu, gajah yang terbunuh itu semakin menguatkan bahwa sebenarnya apa yang aku saksikan dan aku alami ketika masih kecil itu berdampak besar terhadap hidupku.
Isu perlindungan lingkungan itu adalah isu perempuan. Kadang banyak dari kita merasa kalau sesuatu itu punya dampak yang besar terhadap perempuan maka sang perempuan lah yang harus mengambil tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah itu dan memberikan solusi untuk masalah itu. Padahal sebenarnya itu berdampak bagi kita semua.
ADVERTISEMENT
Jadi menurutku ada sangat banyak perempuan yang peduli lingkungan di luar sana yang mungkin kita nggak pernah kenal, nggak pernah hargai, nggak pernah apresiasi.

Memilih karier sebagai konservasionis memberi Farwiza banyak prestasi, bahkan ke ranah global seperti Time 100 Next 2022. Bagaimana Farwiza memaknai hal itu?

Aku harus bilang bahwa pencapaian itu sebuah privilege, ya. Karena untuk bisa bicara di luar negeri tentu kamu bisa berbahasa Inggris dan berartikulasi dengan baik. Bisa bahasa Inggris dan berartikulasi dengan baik itu berangkat dari background pendidikan yang ternyata aku beruntung memiliki akses untuk itu.
Nggak semua orang yang bekerja keras di lapangan bisa bercerita dalam bahasa Inggris dengan concise. Jadi menurutku apa yang aku lakukan itu hanyalah menjadi penghubung dari upaya-upaya yang dilakukan di tingkat akar rumput supaya cerita itu terdengar untuk lebih banyak masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
Farwiza Farhan, Forest Conservationist. Foto: Panji Indra

Apa pelajaran paling berharga bagi Farwiza sepanjang hidup dan karier, yang sangat memengaruhi progres Farwiza sebagai seorang perempuan?

Mengakui aku tidak tahu segalanya. Belajar untuk mendengar, belajar untuk berempati, dan belajar untuk melihat perspektif dari sisi yang berbeda. Sebagai seorang scientist yang belajarnya ekologi, aku pikir kalau semua orang punya pemahaman yang sama soal perlindungan lingkungan, pentingnya ekosistem, maka by default mereka akan melindungi lingkungan. Tapi ternyata aku salah, ternyata setiap orang punya kepentingan dan perspektif yang berbeda sehingga memahami perbedaan perspektif dan kepentingan itu membuka jembatan dan jalur untuk kita bersama-sama berproses ke masa depan yang lebih baik.
Perempuan menghadapi sangat banyak tantangan. Dulu ayahku pernah bilang perempuan hampir nggak pernah menjadi dirinya sendiri, nggak pernah memiliki dirinya sendiri, dia (harus) pindah dari rumah orang tuanya ke rumah suaminya. Kapan dia bisa berdikari? Maka ajarkanlah anak-anak perempuanmu supaya mereka bisa memiliki kapasitas yang membuat mereka tidak terdikte dengan lingkungan, serta bisa berdiri sendiri dan melakukan keinginan mereka sesuai dengan preferensi masing-masing.
Farwiza Farhan, Forest Conservationist. Foto: Panji Indra

Bagi kami di kumparanWOMAN, sosok Farwiza dan kegigihan serta prestasinya sangat menginspirasi dan layak untuk menjadi role model bagi perempuan lain. Bagaimana Farwiza memaknai hal ini?

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Aku rasa campur aduk ya. Setiap kali aku mendapatkan semacam pengakuan penghargaan, ada rasa kecil hati bahwa seharusnya ini tidak untukku. Ada begitu banyak orang lain yang aku kagumi, ada begitu banyak orang lain yang aku hormati, yang rasanya lebih layak, tetapi di saat yang bersamaan aku juga menyadari bahwa tugas untuk terus-menerus mendorong menyambung, menyuarakan suara-suara yang aku temukan di tingkat tapak itu juga tugas yang penting dan entah gimana ceritanya itu jatuh ke pangkuanku, jadi ya sudah aku jalani.

Lalu bagaimana cara Farwiza memberikan contoh untuk perempuan lain, dan dalam hal apakah Farwiza ingin memberikan pengaruh dan inspirasi bagi mereka?

Aku pengen lebih banyak perempuan itu percaya sama kemampuan dirinya, percaya bahwa dia bisa melakukan apa saja yang diinginkan. Kadang-kadang kita menunggu orang lain untuk percaya sama kita, baru kita punya kepercayaan diri. Padahal sebenarnya kalau confidence itu datang dari diri sendiri, bahwa kita bisa menghadapi apa pun, maka sebenarnya kita akan bisa menyelesaikan semua masalah yang mungkin muncul.
ADVERTISEMENT