Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Sakdiyah Ma’ruf Akui Meragukan Diri Sendiri Jadi Batasan Terbesar di Hidupnya
2 April 2022 11:42 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Kehadiran Sakdiyah Ma’ruf, seorang stand up comedian perempuan , sungguh meramaikan panggung stand up comedy Indonesia. Belum lama ini, Sakdiyah juga mewarnai rangkaian program spesial Road to Women’s Week 2022, Woman in Comedy persembahan kumparanWOMAN.
ADVERTISEMENT
Selain aksinya mengundang gelak tawa, isi materi komedi yang Sakdiyah sampaikan di sesi Women in Comedy: Mendobrak Batasan lewat Komedi penuh dengan aspirasi dan pesan inspiratif soal isu-isu perempuan.
Usai ia tampil dalam program itu, kumparanWOMAN berkesempatan untuk berbincang dengan perempuan kelahiran 11 Februari 1982 tersebut. Dalam momen ini, Sakdiyah membeberkan berbagai hal mulai dari alasannya memutuskan untuk menjadi komika (sebutan untuk stand up comedian), hingga batasan (barrier) terbesar yang ia hadapi sebagai komika perempuan.
Bagi Sakdiyah, mimpinya menjadi komedian dimulai dengan pribadinya yang cenderung tidak mau diam. Ia memiliki banyak aspirasi; aspirasi yang lahir dari keprihatinan menyaksikan tekanan yang ditemui perempuan sehari-hari. Tekanan itu berujung pada banyak perempuan meragukan diri dan kemampuannya sendiri.
“Kalau kita bicara soal breaking barriers, barriers perempuan di dalam budaya patriarki banyak sekali. Bagaimana tubuh perempuan di ruang publik dianggap sebagai fitnah, bahkan kayaknya suara perempuan adalah aurat. Bagi saya akhirnya dampak dari semua itu adalah self-doubt,” ungkap Sakdiyah pada Jumat (25/3) lalu.
ADVERTISEMENT
Sakdiyah melanjutkan, perempuan meragukan diri sendiri karena sering kali, mimpi-mimpi perempuan tidak didukung. Banyak dari mereka yang tidak menerima kata-kata encouragement seperti, “Kamu bisa, kamu bisa jadi besar, kamu keren.”
“Kita melihat kenyataan di luar, sekian banyak halangan batasan, semua itu akhirnya kita internalisasi dan [membuat kita] meragukan diri sendiri,” lanjut perempuan lulusan S1 Sastra Inggris di Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.
Sakdiyah pun mengakui bahwa mindset yang ia saksikan di banyak perempuan itu, ternyata juga ia rasakan. Bagi dia, salah satu tantangan terbesar yang ia hadapi adalah self-doubt atau meragukan diri sendiri.
“Bukan berarti Sakdiyah yang ceria di panggung itu tanpa struggle. Struggle-nya banyak banget. Saya merasa, ‘Ini [stand up comedy] layak untuk dilanjutkan enggak, sih? Saya sudah berada di jalan yang benar enggak, sih?’ Kayak begitu,” papar perempuan yang diketahui juga memiliki gelar magister di program studi American Studies, UGM.
ADVERTISEMENT
Mindset yang ditanam Sakdiyah untuk break the barrier
Tentunya, hidup di dalam rasa takut dan ragu-ragu terhadap diri sendiri akan sangat menghalangi langkah untuk maju ke depan. Menurut Sakdiyah, ada dua hal yang jauh lebih penting dibandingkan rasa takut dan keraguan: Self-worth (nilai diri) dan community service.
“Apa itu yang more important than fear? Harkat dan nilai diri kita. Our own value, itu lebih penting daripada rasa takut,” ungkap Sakdiyah.
Menurut dia, perempuan harus menghargai dan mencintai diri sendiri. Sebab, Tuhan sudah memberikan berbagai berkah kepada perempuan, seperti kesempatan umur dan keahlian.
“Itu semua bukan gratis. Harus dipertanggungjawabkan, lho, kalau nggak dipakai. Kalau enggak dipakai kenapa, kan sudah dikasih sama Tuhan, harus dipertanggungjawabkan di akhirat. That’s what I believe,” imbuhnya.
Bicara soal community service, yang dimaksud Sakdiyah adalah bagaimana kita, sebagai manusia, bisa memberikan manfaat bagi banyak orang. Karena, menurut perempuan yang pernah masuk 100 Women BBC ini, ia percaya bahwa sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi banyak orang.
ADVERTISEMENT
“Kalau pun dalam masa hidup saya hanya ada satu orang anak perempuan yang kemudian bisa menjadi besar, bisa menemukan jalan hidupnya yang baik, bisa jadi anak yang berani, bisa mengatasi berbagai kesulitan hidupnya hanya karena menonton saya, itu sudah mission accomplished,” tutup dia.
Inilah yang membuat Sakdiyah memutuskan untuk mendalami dan mencintai dunia stand up comedy-nya. Selain menjadi wadahnya untuk beraspirasi, ia pun menjadikan komedi sebagai sarana untuk mendobrak batasan dan mengajak perempuan untuk berani menjadi versi terbaik diri mereka sendiri.
—
Ikuti artikel-artikel inspiratif lainnya soal perempuan yang berani mendobrak batasan, lewat topik Break the Barriers.