Selain Sanna Marin, Ini 5 Perempuan yang Kini Menjabat Sebagai Perdana Menteri

22 Agustus 2022 18:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deretan perempuan yang saat ini menjabat sebagai perdana menteri. Foto: AFP dan Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Deretan perempuan yang saat ini menjabat sebagai perdana menteri. Foto: AFP dan Reuters
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin kembali menjadi perbincangan publik. Video Sanna saat berpesta tersebar luas di dunia maya pada Kamis (18/8) lalu, memicu desakan dari para politikus Finlandia agar Sanna melakukan tes narkoba.
ADVERTISEMENT
Perempuan yang menjadi perdana menteri termuda di Finlandia ini sudah beberapa kali terjerat kontroversi. Sebelumnya, pada 2021, Sanna dikabarkan mendatangi sebuah klub malam dan berkontak erat dengan kasus positif COVID-19. Sanna diketahui sangat menikmati kehidupan sosial bersama teman-temannya, termasuk berpesta.
Kendati demikian, kepemimpinan Sanna tidak selamanya dipenuhi oleh kontroversi dan skandal. Di bawah kepemimpinannya, perempuan berusia 36 tahun itu memperjuangkan kesetaraan gender di Finlandia, berfokus pada kesejahteraan masyarakat, serta aksi melawan perubahan iklim.
Perdana Menteri Finlandia, Sanna Marin. Foto: Robert ATANASOVSKI/AFP
Dikutip dari BBC, Sanna selalu menegaskan bahwa pendapat dan pertimbangannya sebagai seorang PM tidak terpengaruh oleh kehidupan pribadinya di luar sisi profesionalnya.
Selain Sanna dan gaya kepemimpinan yang cenderung unik, ada sejumlah perempuan tangguh lain yang saat ini memegang jabatan sebagai perdana menteri negara mereka. Sebagai seorang PM, mereka mengawasi dan bertanggung jawab atas berjalannya pemerintahan di negara mereka.
ADVERTISEMENT
Nah, siapa saja perdana menteri perempuan tangguh tersebut selain Sanna Marin? Simak daftar yang telah kumparanWOMAN rangkum berikut ini, Ladies.

1. Sheikh Hasina, Bangladesh

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina memberikan pidato selama perayaan 75 tahun Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) di markas besar UNESCO di Paris pada 12 November 2021. Foto: Julien De Rosa / POOL / AFP
Sheikh Hasina adalah Perdana Menteri Bangladesh yang menjabat sejak Juni 1996–Juli 2001, kemudian menjabat lagi pada Januari 2009 hingga sekarang.
Perempuan ini lahir di Tungipara, Distrik Gopalganj, pada 28 September 1947. Alumnus University of Dhaka, Bangladesh, ini pernah berada di pengasingan selama enam tahun, dijadikan tahanan rumah, hingga dipenjara oleh pemerintahan militer. Ia juga berkali-kali selamat dari percobaan pembunuhan pada 1991, 1994, dan 2000.
Di masa pemerintahan Hasina, kehidupan sektor sosio-ekonomi Bangladesh kian membaik. Ibu dua anak ini telah menjabat sebagai PM selama 18 tahun, menjadikan Hasina sebagai kepala pemerintahan perempuan dengan masa jabatan terlama di dunia.
ADVERTISEMENT

2. Jacinda Ardern, Selandia Baru

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern. Foto: MARTY MELVILLE/AFP
Siapa yang tidak kenal dengan Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern. Perempuan berusia 42 tahun ini menjabat sebagai kepala pemerintahan sejak 2017 lalu, ketika usianya masih 37 tahun. Saat itu, ia merupakan perdana menteri termuda di Selandia Baru.
Pada 2018 lalu, Jacinda melahirkan anak pertamanya, Neve. Ini menjadikan Jacinda sebagai pemimpin perempuan kedua di dunia yang melahirkan ketika tengah menjabat. Tak hanya itu, dikutip dari situs resmi Partai Buruh Selandia Baru, Jacinda juga menjadi pemimpin dunia pertama yang membawa anak yang masih bayi ke ruang Sidang Majelis Umum PBB pada 2018 silam.
Pada 2020 dan 2021 lalu, Jacinda mendapatkan pujian dari dunia berkat penanganan COVID-19 yang ketat di negaranya.
ADVERTISEMENT

3. Najla Bouden, Tunisia

Perdana Menteri Tunisia yang baru diangkat Najla Bouden Romdhane, di Tunis, Tunisia, Rabu (29/9). Foto: Tunisian Presidency/Handout via REUTERS
Najla Bouden Romdhane merupakan seorang ahli geologi yang resmi menjabat sebagai Perdana Menteri Tunisia sejak Oktober 2021. Ini menjadikan Najla sebagai perdana menteri perempuan pertama di Tunisia dan di penjuru negara Arab.
Najla, lahir pada 29 Juni 1958, adalah eks Direktur di PromESsE, sebuah proyek reformasi pendidikan. Sebelumnya, Najla juga pernah memegang jabatan senior di Kementerian Pendidikan Tinggi Tunisia.
Presiden Kais Saied, presiden Tunisia yang menunjuk Najla sebagai perdana menteri, menegaskan bahwa pengangkatan Najla merupakan hal bersejarah, bentuk kehormatan bagi Tunisia, serta penghormatan bagi para perempuan Tunisia.

4. Magdalena Andersson, Swedia

Magdalena Andersson, PM Swedia. Foto: JONATHAN NACKSTRAND/AFP
Eva Magdalena Andersson merupakan perempuan pertama yang menjabat sebagai Perdana Menteri Swedia. Ia resmi menduduki posisi kepala pemerintahan ini pada November 2021 lalu. Sebelum menjadi PM, politikus Partai Sosial Demokrat ini menjabat sebagai Menteri Keuangan Swedia.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Britannica, gaya kepemimpinan Magdalena disebut serupa dengan eks kanselir Jerman, Angela Merkel. Magdalena dikenal dengan gayanya yang blak-blakan dan tanpa basa-basi. Gaya kepemimpinannya yang tegas ini membuat Magdalena memperoleh julukan “Buldoser”.
Sebagai seorang PM, Magdalena memiliki tiga tujuan politik: Menjauhkan Swedia dari privatisasi, menjadikan Swedia sebagai role model dalam melawan perubahan iklim, dan mengakhiri gangster dan segregasi imigran yang sudah lama mengakar.

5. Elisabeth Borne, Prancis

Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne memberikan pidato setelah hasil pertama pemilihan parlemen di Matignon di Paris pada Minggu (19/6/2022). Foto: Ludovic Marin/POOL / AFP
Elisabeth Borne ditunjuk sebagai perdana menteri oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Mei 2022 lalu. Perempuan berusia 61 tahun ini merupakan perempuan kedua yang menjabat sebagai Perdana Menteri Prancis. Sebelum menjabat sebagai PM, ia merupakan menteri urusan buruh di bawah Presiden Emmanuel Macron.
ADVERTISEMENT
Elisabeth merupakan anggota di dua partai, yakni Partai Renaissance yang didirikan oleh Emmanuel Macron dan Partai Territories of Progress. Dilansir BBC, di bawah kepemimpinannya ini, Elisabeth berharap bisa menginspirasi perempuan dan anak-anak perempuan agar terus mengejar mimpi mereka.